Sumber Gambar |
Assalamu’alaikum…
Tak
mesti selalu di bulan Agustus karena kemerdekaan dikenang setiap hari.
“Tujuh belas Agustus tahun
empat lima, itulah hari kemerdekaan kita…” mungkin setahun
sekali kita mendengar atau bahkan ikut serta menyanyikan lagu tersebut, lagu kemerdekaan
Indonesia yang selalu mengiringi kegiatan upacara bendera 17 Agustus sebagai
bentuk penghormatan kepada para pejuang yang telah menyelamatkan Indonesia dari
penjajahan bangsa asing.
Selain
upacara bendera, hari ulang tahun Indonesia biasanya diperingati oleh
masyarakat Indonesia dengan mengadakan berbagai macam perlombaan, seperti
panjat pinang, tarik tambang, balap karung, serta perlombaan-perlombaan lainnya
yang dapat melatih kerjasama dan semangat berjuang seperti para pahlawan yang
telah berjuang untuk kemerdekaan Indonesia.
Merdeka itu apa sih?
Bicara
tentang hari kemerdekaan, sebenaranya apa yang dimaksud dengan merdeka?.
Menurut KBBI merdeka adalah bebas (dari perhambaan, penjajahan, dan
sebagainya), berdiri sendiri. Mendengar kata merdeka, biasanya yang terlintas
di kepala adalah Indonesia, penjajahan, dan bangsa asing. Merdeka tak melulu
soal itu. Tengoklah kondisi Indonesia saat ini yang juga tengah kembali dijajah
meski bukan oleh bangsa asing melainkan oleh suatu organisme mikroskopik yang tak tampak keberadaannya, tapi impactnya dimana-mana. Seratus ribu
lebih jiwa diserang olehnya, teori konspirasi berlalu-lalang di media yang tak
jarang mengadu domba banyak manusia, PHK besar-besaran di berbagai industri,
dan ngerinya lagi resesi di depan mata.
Nasionalisme di tengah
pandemi
Seperti
yang telah dikatakan sebelumnya bahwa setiap tanggal 17 Agustus biasanya
masyarakat Indonesia menunjukan sikap nasionalisnya dengan mengadakan kegiatan
upacara bendera lalu perlombaan setelahnya, tapi untuk tahun ini mungkin agak
sedikit berbeda. Kebebasan masyarakat Indonesia tengah dibatasi karena situasi
yang masih berada di tengah pandemi. Namun, bukan berarti masyarakat Indonesia
tidak bisa mengekspresikan sikap nasionalisnya, tapi hanya sedikit berubah.
Selalu menjaga jarak (physical distancing),
menggunakan masker (bukan skincare, hehehe),
rajin mencuci tangan pakai sabun setelah melakukan aktivitas dan sebelum makan
tentunya yang mana beberapa hal tersebut merupakan sikap nasionalis atau bentuk
kepedulian terhadap bangsa Indonesia di tengah pandemi ini.
Merdeka
itu dimulai dari diri sendiri
Merdeka
merupakan keinginan, tujuan dan cita-cita seluruh bangsa Indonesia. Memiliki tujuan
yang sama akan memudahkan proses untuk meraihnya. Memang tak semudah membalikan
telapak tangan, butuh perjuangan didalamnya, tapi setidaknya kala itu bangsa
Indonesia berhimpun menjadi satu kesatuan demi tercapainya kemerdekaan.
Usai
meraih kemerdekaan, mulailah bangsa Indonesia berupaya menata negara agar
Indonesia menjadi lebih baik dan dapat berdiri sendiri meski dalam prosesnya
tak jarang menghadapi hambatan-hambatan, baik hambatan internal maupun
eksternal, apapun itu harus dihadapi demi mencapai Indonesia yang lebih baik.
Hingga
detik ini seluruh bangsa Indonesia masih dan selalu berharap negaranya menjadi
lebih baik meski nyatanya sedang dalam keadaan yang tidak baik. Kasus korupsi
diiringi dengan kasus suap, pencucian uang, dan kasus-kasus lain yang merugikan
keuangan negara masih saja bermunculan. Pembunuhan, pelecehan dan kekerasan
seksual, serta konflik yang disebabkan oleh masyarakat sendiri karena perbedaan
sudut pandang, ditambah lagi dengan munculnya wabah yang memberikan impact kurang baik, seperti bertambahnya
angka pengangguran, semakin maraknya kriminalitas, eskalasi pasien wabah
meninggi, melemahnya sistem ekonomi, dan resesi mulai membayangi.
Tak
sedikit aturan pemerintah diupayakan, hukum-hukum negara pun tak ayal
ditegakkan demi Indonesia menjadi lebih baik, tapi semua hanya akan percuma
jika setiap individu tak memiliki kepedulian akan hal tersebut. Semua akan
berjalan sesuai dengan rencana, tiba di tujuan yang telah ditentukan jika
seluruh penduduk Indonesia memiliki kesadaran dan keinginan untuk mencapai
Indonesia yang lebih baik dengan mematuhi aturan pemerintah dan aturan Tuhan
yang utama tentunya. Memang benar bahwa negara terdiri dari banyak pulau, suku
dan budaya yang beragam, maka bukan hal yang mudah untuk membuat semuanya
menjadi satu frekuensi kecuali atas dasar keinginan masing-masing individunya
untuk mulai memerdekakan diri sendiri.
Menjadi pahlawan
Ibarat
mengobati suatu penyakit, maka langkah pertama yang dilakukan adalah mencari
penyebab utamanya lalu mengambil tindakan untuk memperbaikinya. Pun dengan
Indonesia, sebelum memperbaiki dalam skala yang besar, coba tengoklah elemen
utama yang ada didalamnya yakni masyarakat Indonesia itu sendiri, kita.
Sudahkah memerdekakan diri sendiri? mengevaluasi diri agar menjadi lebih baik
setiap harinya, jadilah pahlawan untuk diri sendiri, pahlawan yang memiliki
cita-cita lalu berjuang dengan selalu mendorong dirinya dari dalam untuk
berubah menjadi lebih baik.
Menjadi
pahlawan dengan semangat memerdekakan diri dari masa lalu. Mulailah dengan
hal-hal kecil, seperti:
·
Jika sebelumnya merasa terpenjara dalam
kemalasan untuk melaksanakan kewajiban kepada Tuhan, maka cobalah untuk
melawannya dengan tetap memaksakan diri melaksanakan shalat seraya mengingat
kenikmatan tak terhingga yang dirasakan hingga kini. Bagaimanapun juga agama
merupakan dasar utama dalam kehidupan. Mungkin awalnya terpaksa, lama-lama juga
terbiasa lalu jangan kaget jika suatu hari hal tersebut akan menjadi kebutuhan
yang rasanya sulit untuk ditinggalkan. Ingat, perubahan itu hanya datang dari
dalam diri yang memang ingin berubah. Meski jutaan kali menonton tausyiah atau
motivasi tak akan pernah ada hasilnya jika diri menampik dan tak ada keinginan
untuk berubah. Bukankah penjajah harus dilawan?
·
Jika sebelumnya mudah terpancing dengan
isu-isu yang berkeliaran di berbagai macam media, terutama media sosial yang di
era serba digital ini menjadi media yang begitu likuid dalam penyebaran isu
tanpa melalui proses filtrasi terlebih dahulu. Berita yang belum valid
kebenarannya bahkan berita yang memang sengaja dibuat-buat pun begitu mudah tersebar
dan mudah diterima oleh masyarakat. Selain itu, melatih diri untuk bijak dalam
bersosial media. Tak sedikit orang yang
depresi bahkan sampai bunuh diri karena hujatan netizen yang mungkin kita salah
satunya. Bayangkan jika sebagai penghujat belum sempat meminta maaf sedangkan
dia yang dihujat telah meninggal dunia karena sakit hati akibat hujatan
tersebut. Namanya juga sosia media berarti boleh dikonsumsi oleh semua orang.
Setiap orang berhak melakukan apapun di sana. Abaikan yang tak disukai, apresiasi
yang sekiranya memang bermanfaat, tak perlu menghujat yang hanya akan memicu
perdebatan. Jadilah pahlawan untuk diri sendiri yang melindungi dari sifat
mudah tersinggung dengan postingan orang lain.
·
Sebelum melindungi negara dengan skala yang
besar, belajarlah untuk mulai melindungi diri dari hal-hal yang merugikan diri
sendiri maupun orang lain. Sifat serakah yang bisa melekat pada siapa saja
perlu dilawan agar tidak terciptanya individu-individu bermental koruptor. Menjadi pahlawan untuk melindungi diri dari nafsu sesaat yang
dapat menyebabkan galau, patah hati, bahkan yang lebih parahnya adalah sampai
kehilangan kehormatan.
·
Menjadi pahlawan untuk diri sendiri tidak
perlu menyiapkan bambu runcing lalu beradu fisik dengan penjajah asing. Namun,
cukup dengan mencoba menata hati dan pikiran bahwa hidup tidak untuk orang lain melainkan untuk diri sendiri dengan selalu mengumpulkan
bekal sebanyak mungkin agar siap menghadapi kematian dan keabadian setelahnya.
Belajar menjadi baik, lebih baik, bermanfaat untuk sekitar di setiap harinya.
And then,
jangan lupa menjadi pahlawan
untuk diri sendiri ditengah pandemi dengan selalu mengikuti protokol kesehatan
yang diberlakukan oleh pemerintah. Stay
health for us…..
Semoga bermanfaat, akhirulkalam…
Komentar
Posting Komentar