Langsung ke konten utama

Tidak Ada Larangan Untuk Berpacaran


Sumber Gambar


Assalamu’alaikum….

Halo! Siapa di sini yang punya pacar? Satu, dua, tiga,…., seratus, … Oh ternyata banyak ya, wkwkwk. Bicara soal pacar-pacaran memang tak akan pernah ada habisnya, rasanya tak bosan menjadikannya sebagai topik pembahasan. Kurasa pacaran selalu menjadi tren di segala zaman. Nggak pacaran itu kuno apalagi bagi remaja-remaja yang dalam masa puber. Bagi sebagian orang pacaran diusia belia itu bisa dibilang wajar karena dirasa sudah masanya masuk fase pubertas, fase dimana seseorang mulai merasakan adanya perubahan-perubahan dalam diri, entah perubahan fisik, hormonal, maupun psikologi.

Fase pubertas dianggap sebagai masa transisi seseorang menuju pendewasaan yang katanya rentan terpengaruh oleh segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Oleh karena itu, tak sedikit orang tua yang melakukan segala upaya untuk mengawasi pergaulan anaknya yang tengah berada dalam fase puber agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan, salah satunya yaitu dengan cara membuat larangan tidak boleh pacaran. Orang tuaku pun melakukan hal yang sama hingga sempat membuatku kesal karena merasa adanya diskriminasi antara aku dengan beberapa remaja lain yang saat itu mereka diberi izin pacaran oleh orang tuanya masing-masing. Kenapa aku nggak? Backstreet adalah salah satu jalan terbaik agar aku bisa merasakan seperti apa rasanya dicintai, disayangi, diperhatikan oleh selain keluargaku yang kurasa semuanya itu hanya nafsu.

Aku tahu orang tua melarang anaknya pacaran itu demi kebaikan, terutama untuk melindungi anaknya dari pergaulan remaja-remaja yang semakin hari semakin krisis ahlak. Pergaulan bebas dimana-mana, tak mengenal ini desa atau kota, kasus perzinaan merebak dimana-mana, banyak remaja perempuan yang hamil di luar nikah, dan mirisnya lagi  tak sedikit remaja-remaja yang terpaksa putus sekolah karenanya.

Dari tadi ngebahas pacaran, sebenarnya pacaran itu apa sih? menurut KBBI, pacar adalah teman lawan jenis yang tetap dan mempunyai hubungan berdasarkan cinta dan kasih, sedangkan pacaran berarti kegiatan yang dilakukan dengan lawan jenis yang didasari perasaan kasih sayang. Hmmm… kegiatan seperti apa ya?.

Rasanya tak perlu lagi kujabarkan secara detail seperti apa kegiatan yang dilakukan oleh mereka yang berpacaran. Jalan-jalan berdua, saling memberi perhatian secara langsung ataupun tidak langsung, boncengan sambil sesekali memeluk pasangan, pegangan tangan, saling tatap, atau bahkan lebih dari itu yang seharusnya dilakukan dengan syarat telah memiliki buku nikah sebagai tanda ikatan yang sah. Namun, tak jarang dianggap wajar ketika dilakukan oleh sebagian orang meski belum memenuhi persyaratan yang baru saja disebutkan.

Pacaran yang menjadi topik di diary kali ini adalah pacaran yang dilakukan oleh pasangan yang belum halal ya. Jika dilihat dari kegiatannya, pacaran merupakan salah satu jembatan utama yang menghubungkan seseorang dengan perbuatan zina. Namun, tak sedikit orang berpendapat bahwa pacaran tak harus melulu seperti itu, mereka menganggap masih ada hal positif yang bisa diambil selain positif hamil (eh, bercanda sayang. Wkwkwk), na’udzubillah.

Saling ingatkan waktu shalat, mengaji, saling menyemangati, dianggap sebagai sisi positif dari pacaran. Tidak sedikit pula orang tua yang memberi kebebasan pacaran kepada anaknya, mereka percaya bahwa anaknya bisa menjaga diri. Mereka mengizinkan anaknya pacaran selama aktivitasnya masih dalam batas kewajaran. Hmmm… kewajaran yang seperti apa? Bahkan ada juga orang tua yang menyerahkan sebagian tanggung jawabnya pada pacar si anak, orang tua lebih percaya anaknya pergi bersama pacarnya daripada dengan teman-temannya.

Menurutku, pacaran bisa dikatakan wajar itu jika kegiatannya tidak mendekati zina, seperti tidak bersentuha, tidak berduaan dimanapun, hanya sekadar belajar bersama di sekolah, pergi jalan-jalan ke tempat ramai bersama teman-teman yang lainnya agar tidak menimbulkan fitnah dan menutup celah syaiton. Namun, kurasa minim sekali gaya pacaran yang seperti itu malah mungkin dianggap aneh karena memang tak sesuai dengan standar pacaran seperti pada umumnya.

Tidak Ada Larangan Untuk Berpacaran

Di era yang serba canggih ini, aku mencoba untuk browsing dalil tentang larangan berpacaran di internet yang mana ingin kujadikan sebagai pedoman atau dasar untuk tidak pacaran, tapi sayangnya aku tak menemukan dalil yang betul-betul melarang pacaran sehingga kusimpulkan bahwa pacaran memang tidak dilarang. Namun, tak sedikit kutemukan perintah-perintah Alloh Swt. untuk selalu menjaga pandangan, kemaluan, anjuran untuk menikah, dan larangan mendekati zina yang salah satunya tercantum dalam surah Al-Isra ayat 32 yang artinya :

“Dan janganlah kalian mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.”

Ayat tersebut di atas memang tidak melarang pacaran, melainkan larangan untuk mendekati zina. Pacaran dengan segala macam aktifitasnya merupakan salah satu pintu menuju perbuatan zina dan manusia diperintahkan untuk menjauhinya melalui ayat tersebut.

Alasan Memilih Untuk Berpacaran

Begitu banyak alasan seseorang saat memutuskan untuk berpacaran, di antaranya adalah untuk mengikuti tren dalam lingkup pergaulansupaya ada yang memberi perhatian selain orang tua dan keluarga, sebagai motivasi hidup atau belajar (alasan yang biasanya diutarakan oleh para remaja-remaja usia sekolah), sebagai media perkenalan sebelum masuk ke tahap pernikahan, dan masih banyak lagi alasan lain yang melatarbelakangi seseorang  untuk berpacaran.

Awal mula aku memutuskan untuk berpacaran adalah karena lingkungan pergaulan yang mana mayoritas teman-temanku memiliki pacar. Membicarakan pasangan (non halal) selalu menjadi salah satu topik yang dibahas dalam setiap obrolan, aku yang tak ingin berbeda sendiri terpaksa menerima seseorang yang baru saja menyatakan perasaannya padaku tanpa ada pertimbangan apapun.

Selain itu, alasanku berpacaran juga karena aku tak ingin menyakiti mereka yang mengungkapkan perasaannya padaku yang kurasa itu alasan bodoh yang pernah kubuat. Saat itu aku berpikir bahwa aku tak ingin di cap sebagai perempuan sombong dan sok jual mahal. So, apa salahnya dengan mengizinkan mereka untuk menjadi salah satu lakon dalam perjalanan hidupku, khususnya dalam kehidupan asmara. Bodoh banget kan aku?.

Pernah nggak sih temen-temen mengagumi seseorang lawan jenis lalu orang tersebut memberi respon yang baik, artinya dia mengagumimu juga. Hal tersebut tak jarang menjadi salah satu alasan seseorang memutuskan untuk berpacaran. Ya iyalah, aku aja yang kala itu tanpa perasaan bisa pacaran, apalagi yang saling suka.

 Apapun yang menjadi alasan untuk berpacaran tetaplah tidak dibenarkan mengingat aktifitas pacaran itu sendiri yang gerak-geriknya berpotensi mendekati zina yang jelas dilarang dalam Alqur-an. Alloh Swt. telah memberikan jalan untuk setiap hambaNya yang ingin berbagi rasa, berkasih sayang dengan lawan jenis yaitu melalui proses pernikahan dengan taaruf sebagai fase perkenalan sesuai syariat islam, lalu khitbah yaitu fase meminta izin kepada wali perempuan untuk meminang sebelum melakukan akad.

Bukannya bertingkah sok benar, menggurui, apalagi menjudge. Di diary ini seperti biasa aku hanya ingin berbagi tentang segala hal yang pernah kurasa dan kualami termasuk tentang pacaran yang menjadi pembahasan saat ini. Aku pernah pacaran karena ketidaktahuanku, terlalu mementingkan ego dan perasaan tanpa tahu apa yang akan terjadi walaupun selama aku berpacaran tak terjadi apa-apa, maksudnya hal-hal negative seperti yang sering dikhawatirkan para orang tua di luar sana. Kesalahan-kesalahan terbesar dan kuanggap teramat bodoh selama pacaran waktu itu adalah berpegangan tangan dengan saling membalas perasaan yang kala itu kusebut cinta padahal nyatanya hanya nafsu semata.

“Siapa yang beriman kepada Alloh  dan hari akhir, jangan sekali-kali ia berdua-duaan dengan wanita (ajnabiyah/ yang bukan mahram) tanpa disertai oleh mahram si wanita karena yang ketiganya adalah setan.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

“Ingatlah, bahwa tidaklah seorang laki-laki itu berkhalwat dengan seorang wanita kecuali yang ketiganya setan.” ( HR. Ahmad, At-Tirmidzi dan Al-Hakim).

Hadits tersebut menjelaskan bahwa jika laki-laki dan perempuan hanya berdua saja di dalam satu tempat yang sama, maka setan akan berada di antaranya. Ketika seseorang memutuskan untuk berpacaran, meski tak ada niat untuk melakukan hal-hal negative, tapi tidak menutup kemungkinan bahwa hal-hal negative akan terjadi karena setan selalu mencari celah dalam setiap kesempatan. Aku yang begitu minim pemahaman agamanya terutama perihal pacaran mungkin bisa saja terjerumus dengan bermula dari pegangan tangan yang menurut sebagian orang itu hal wajar yang dilakukan orang-orang pacaran. Setelah pegangan tangan, bisa saja pegang-pegang yang lain, berpelukan (kayak teletubbies), ciuman (bebas ya, pipi, kening, bibir), hingga melakukan hal-hal yang lebih ekstreme.

Beberapa orang menilai sikap orang tua yang melarang anaknya pacaran seperti orang tuaku adalah orang tua yang tidak demokratis, tidak memberi kebebasan dan kepercayaan kepada anaknya. Dulu aku sempat berpikir seperti itu, bahkan bertanya-tanya kenapa orang tuaku tidak seperti orang tua mereka yang begitu memberi kebebasan kepada anak-anaknya untuk menikmati masa puber mereka dengan mengizinkan pacaran, bahkan tidak sedikit teman-temanku yang begitu terbuka dengan orang tuanya, mereka curhat tentang pacarnya. Aku? mungkin aku bisa habis kena omel jika curhat mengenai pacarku, hehehe. Namun, meski begitu aku sangat berterima kasih kepada orang tuaku dan orang tua lain di luar sana yang telah membuat larangan tidak boleh pacaran untuk anak-anaknya. Ketahuilah, mereka bukanlah orang tua yang tidak demokratis, mereka hanya ingin melindungi anak-anaknya dari hal-hal negative di luar sana. Sebuah bentuk perlindungan agar anak-anaknya tidak terjerumus pada lingkaran nafsu sesaat, agar anak-anaknya tidak disentuh oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Meski aku sempat melanggar larangan tersebut, tapi setidaknya aku masih memiliki rasa takut dan peduli dengan siapa yang kelak ikut menanggung dosa-dosa selain orang tua dan pasangan halalmu.

Ok friends, jadi alasan kalian memilih pacaran untuk apa nih?. Apapun itu, semuanya berpotensi mendekati zina. Meski alasannya hanya karena tren biar kekinian tanpa melibatkan perasaan, tapi seiring berjalannya waktu rasa itu bisa muncul dengan sendirinya ditambah bisikan setan yang menggoda dari segala arah. Pun dengan alasan sebagai media perkenalan sebelum menikah, hmmmm…. Masih banyak cara yang bisa dilakukan untuk berkenalan, misalnya dengan taaruf. Katanya taaruf itu ngeri, takut salah memilih calon. Proses taaruf itu beragam jangka waktunya sampai masing-masing calon pasangan betul-betul saling mengenal dan selama prosesnya melibatkan pihak ketiga tentunya. Mungkin dengan taaruf takut salah pilih pasangan, pun yang pacaran bertahun-tahun lamanya juga tak menjamin akan berjodoh. Perihal jodoh dan kelanggengan bisa dikembalikan lagi kepada masing-masing orang yang menjalaninya dan kepada Alloh Swt. Sang pemilik cinta itu sendiri.

Akhirulkalam…


Komentar

Postingan populer dari blog ini

PENGALAMAN PERTAMA KALI IKUT SELEKSI CPNS KEMENTERIAN KEUANGAN

  Assalamu'alaykum Diaris Beberapa minggu yang lalu aku mendapat informasi pembukaan pendaftaran CPNS (Calon Pegawai Negeri Sipil) dari sebuah grup whatsapp. Aku coba iseng buka tautannya, lalu membaca beberapa persyaratan umum yang tertera di sana. Ternyata batas usia untuk CPNS tahun ini sampai 35 tahun. Lumayan juga ya nggak seperti terakhir kali aku ikut pendaftaran CPNS yang mana batas usianya rata-rata sampai 25 tahun aja. Aku ingat waktu itu tinggal hitungan hari usiaku sudah masuk 25 tahun. Cukup ketar-ketir. Sudah tiga kali aku ikut mendaftar CPNS. Kalau nggak salah sih dari tahun 2017, 2018, dan 2019. Wah ternyata tiap tahun ada pembukaan CPNS ya. Menjadi PNS merupakan salah satu hal yang diinginkan oleh kedua orang tuaku karena menurut mereka PNS adalah jenjang karir yang bisa dikatakan aman mengingat adanya uang pensiun saat purna bakti. Seperti Bapakku mantan pegawai BUMN yang sampai saat ini sudah dalam masa purna bakti, tapi masih mendapatkan uang pensiun yang alhamd...

Pengalaman lahiran normal anak pertama di Rumah Sakit

  Assa lamu’alaikum… Dear diary. Kali ini aku hanya ingin berbagi cerita tentang pengalaman melahirkan anak pertama di rumah sakit dengan harapan ada manfaat yang bisa diambil dari pengalaman pertamaku ini. Kenapa Rumah Sakit? Sebelum memilih rumah sakit, aku mengunjungi bidan terlebih dahulu untuk memastikan di dalam rahimku ada calon bayi setelah kuyakin dengan benar test pack  yang kupakai bergaris dua, tapi di sana aku tidak mendapatkan apa-apa selain hasil tensi darah bahkan bu bidan tak menyentuh perutku sama sekali karena alasan usia kandunganku terbilang masih sangat muda, “belum kepegang” begitu katanya. Dia juga bilang bisa saja aku menstruasi lagi dan menyarankan untuk berkunjung lagi bulan depan. Kondisiku makin hari makin nggak karuan. Aku mulai merasakan pusing, mual, muntah hingga badan terasa lemas. Tak tahan rasanya jika harus menunggu hingga bulan depan. Kuputuskan untuk periksa ke dokter saja sekalian USG dan siapa tahu dikasih vitamin atau obat pereda rasa ...

Muntah darah saat hamil trimester pertama, mungkin ini penyebabnya...

Assalamu’alaikum…. Muntah darah. Kok ngeri ya judulnya berdarah-darah. Jadi, ini adalah pengalaman pertamaku menjalani kehamilan. Seperti wanita-wanita hamil pada umumnya yang mengalami morning sickness yaitu suatu kondisi dimana wanita hamil merasa mual dan muntah pada trimester pertama. Memang tidak semua wanita hamil mengalaminya, tapi morning sickness wajar dirasakan oleh wanita hamil karena adanya peningkatan hormon beta HCG . Berdasarkan informasi yang didapat dari Halodoc.com, kondisi tersebut dikatakan normal dan pertanda baik karena mengindikasikan adanya plasenta yang tumbuh dengan baik dan normal.  Meski begitu, morning sickness bisa saja mengganggu aktivitas sehari-hari bahkan dapat membahayakan jika mual dan muntah dirasa berlebihan, seperti yang pernah kualami di trimester pertama. Jika dilihat dari kalimatnya, morning sickness harusnya terjadi pada pagi hari. Namun, kenyataannya dapat dirasakan dalam beragam waktu, entah itu pagi, siang, sore atau malam. Aku...