Assa lamu’alaykum , Diaris. Alhamdulillaah , akhirnya aku bisa nulis lagi setelah libur beberapa minggu karena terlalu sok sibuk dengan rutinitas baru. Jadi, bayiku baru saja masuk usia enam bulan dan itu berarti dia mulai membutuhkan makanan pendamping ASI atau biasa disebut MPASI karena kandungan nutrisi dalam ASI sudah tidak mencukupi. Sebagai ibu baru yang agak lebay bin alay, aku harus memerhatikan makanan bayiku serta jadwal makannya. Untuk makanannya, aku memilih memasak sendiri. Seperti yang kita ketahui bahwa bayi yang baru belajar makan tidak boleh diberi makanan sembarangan, teksturnya pun harus dibuat lumat agar mudah dikunyah, ditelan, serta dicerna. Awalnya sih ribet, tapi lama-lama terbiasa juga. Bayiku makan tiga kali sehari, sama seperti orang tuanya. Setiap makan selalu kuberi makanan baru. Jadi, sehari aku bisa masak berkali-kali, sebagian besar waktu kuhabiskan di dapur. Aku jadi semakin sering terpapar oleh polusi dapur yaitu asap-asap dari olahanku, terutama wajah
Dear diary . Berdasarkan informasi yang kudapat dari kominfo.go.id , UNESCO menyebutkan bahwa minat baca masyarakat Indonesia sangat rendah, hanya 0,001% yang artinya dari 1000 orang Indonesia cuma 1 orang yang rajin membaca . Bagi sebagian orang, hobi membaca mungkin membosankan, tapi bagiku cukup mengasyikan. Tak perlu kujelaskan panjang lebar manfaat membaca karena kurasa semua orang pun tahu. Banyak informasi yang bisa didapat dari membaca selama membaca dengan utuh, bukan sekadar membaca judulnya karena tak sedikit diantara kita yang lebih tertarik dengan hanya membaca judul tanpa membaca isinya, lalu berasumsi berdasarkan sumber yang kurang lengkap. Hal tersebut memicu kesalah pahaman dalam menerima informasi. Ketika mendengar kata membaca biasanya yang terbayang adalah buku tebal dengan beratus-ratus halaman, padahal membaca tak selalu dengan buku, bisa dengan media lain yang penting menghasilkan informasi. Aku yang entah karena hobi atau memang kurang kerjaan. Selain buku, ke