Langsung ke konten utama

Ngebet Nikah Ala Milenial Versi Aku

 Assalamu’alaikum…

Dan lagi bicara soal pernikahan. Siapa sih yang tak ingin menikah? Meski ada saja orang yang memilih untuk tidak menikah, tapi mereka yang memilih untuk menikah juga tak kalah banyak termasuk aku yang menjadi salah satunya bahkan dulu sempat berikrar bahwa aku ingin menikah diusia dua puluh lima tahun, kenapa? Karena menurutku itu usia yang ideal dimana kedewasaan terbentuk dengan sempurna, baik fisik maupun psikis.

Berdasarkan UU Nomor 16 tahun 2019 dikatakan bahwa “Perkawinan hanya diizinkan apabila pria dan wanita sudah mencapai umur Sembilan belastahun. Pemerintah  mengeluarkan aturan tersebut demi kebaikan masyarakat yang berkeinginan menikah muda supaya lebih siap secara lahir maupun bathin. Namun, adanya peraturan tersebut tidak menutup kemungkinan mereka yang masih usia belia (dibawah 19 tahun) untuk tetap melakukan pernikahan dengan berbagai macam alasan yang menyertainya, misalnya untuk menghindari zina atau alasan lain yang bersifat urgensi, tapi dengan catatan mereka belum mendapatkan buku nikah karena usianya yang menyimpang dari aturan pemerintah.

Entah hanya perasaanku saja atau memang begitu adanya. Akhir-akhir ini banyak dari mereka yang masih usia belia memilih untuk menikah muda, pernikahan dini sudah seperti trend masa kini. Mereka yang baru lulus SMA tak sedikit memilih untuk langsung menikah, ada juga yang masih gadis belia merengek-rengek minta dinikahi oleh pacarnya, bahkan ada yang belia galau ngebet nikah meski calonnya belum nampak. Nggak apa-apa sih, nggak ada larangan menikah untuk mereka. Hanya saja aku sedikit bingung denganku yang saat diusia seperti mereka belum sempat terpikir untuk menikah.

 Ya, aku adalah aku, mereka adalah mereka dengan karakter serta keinginan yang berbeda. Namun, aku sedikit menyayangkan ketika mendengar beberapa alasan dari mereka yang memilih menikah muda karena sudah terlalu lama pacaran, lalu didesak orang tua, takut jadi bahan perbincangan tetangga, melihat teman yang sebagian besar telah menikah, dan untuk menghindari zina yang biasanya banyak dijadikan sebagai alasan. Apakah tujuan atau alasan utama menikah hanya untuk itu? Apakah pernikahan hanya perihal keintiman yang menjurus pada perzinahan saja?. Entahlah, kenyataannya aku cukup salut dengan mereka yang masih belia begitu mudah memutuskan untuk menikah muda, sedangkan aku yang kini berusia seperempat abad tak jarang diliputi keraguan dengan berbagai macam pertimbangan saat hendak memutuskan untuk menikah.

 Baca juga : So, Kapan Sebaiknya Kamu Menikah?

Keinginan untuk menikah memang sudah ada sejak usia masuk kepala dua apalagi saat menghadiri acara resepsi pernikahan teman, rasanya semakin ngebet untuk menikah meski keinginan itu hanya sesaat karena setelah acara terlewati rasanya kembali seperti biasa. Ngebet nikah hanya karena melihat orang lain menikah, bukan benar-benar siap untuk menikah apalagi saat mendengar curhatan mereka yang telah menikah atau bahkan menyaksikan sendiri kehidupan mereka setelah menikah yang ternyata diluar ekspektasi yang dibayangkan, tak selalu indah juga tak melulu buruk.

Menikah memang tak harus menunggu mapan, tapi perlu persiapan yang matang. Membuat sebuah perencanaan baik sebelum maupun sesudah menikah. Menurutku menikah adalah langkah awal untuk membangun keluarga baru sama halnya seperti membangun sebuah organisasi yang mana harus memiliki visi dan misi. Pernikahan seperti apa yang ingin dilangsungkan dan kelurga seperti apa yang ingin dibangun.

Sebagai generasi milenial, sudah bukan waktunya berpikir bahwa menikah itu hanya sekadar pesta meriah sebagai wedding dream, lalu heboh menunjukan kepada publik melalui postingan social media bahwa telah memiliki teman hidup, mempertontonkan kehidupan rumah tangga di social media, mending jika yang dishowup bisa menginspirasi orang lain karena tak jarang keburukan pasangan pun menjadi tontonan publik.

Nah, di diary kali ini aku mau sedikit berbagi tentang apa saja yang aku persiapkan saat hasrat ingin menikah mulai menyapa. Check this out!!

Tabungan


Sumber gambar

Saat kita mulai memikirkan atau berkeinginan untuk menikah, sebaiknya mulai siapkan tabungan, berlaku untuk laki-laki yang akan meminang maupun perempuan yang akan dipinang. Namun, sebaiknya mempersiapkan tabungan dari jauh-jauh hari meski sang jodoh belum juga tampak batang hidungnya sehingga ketika Alloh Swt. telah mempertemukan dengan sang jodoh, kita sudah siap dalam segi finansial.

Seperti yang kita ketahui bahwa saat memutuskan untuk menikah, biasanya laki-laki lebih cenderung memiliki banyak pengeluaran, mulai dari membeli mas kawin, biaya KUA, membeli hantaran untuk calon istri, dan juga uang seserahan, belum lagi kebutuhan lainnya. Namun, tidak terkecuali perempuan juga memiliki pengeluaran yang tak sedikit apalagi jika pesta pernikahannya diadakan secara meriah.

 Rancanglah pernikahan sesuai budget ya, jangan sampai memaksakan sesuatu diluar kemampuan apalagi sampai membebankan orang tua, mencari pinjaman kesana-kemari demi sebuah pesta meriah yang hanya dinikmati sesaat tanpa memikirkan setelahnya. So, laki-laki dan perempuan harus punya tabungan ya.

Sebenarnya menabung itu tidak hanya perihal menikah saja. Membiasakan diri untuk menabung sejak dini dianjurkan bagi setiap orang dengan melihat fungsinya sebagai dana cadangan yang bisa digunakan apabila ada kebutuhan mendadak dikemudian hari sehingga tak mesti kebingungan atau bisa juga sebagai upaya minimalisir munculnya utang-piutang.

Calon Pasangan

Sumber gambar

Salah satu syarat menikah adalah tentunya memiliki calon pasangan. Masak iya mau nikah, tapi nggak ada calonnya, hehehe. Kebanyakan orang mencari calon pasangan melalui pacaran padahal Islam memberi jalan dengan proses taaruf karena pacaran inilah yang menjadi salah satu faktor munculnya alasan-alasan mereka  yang memilih menikah muda seperti yang  disebutkan di atas.

Sebagian orang berpendapat bahwa pacaran adalah cara mudah mengenali calon pasangan dibandingkan dengan taaruf padahal mereka yang pacaran pun tak selalu menunjukan sifat asli. Kebanyakan diantara mereka hanya menunjukan baiknya saja, jaga image seolah tak ingin tampak buruk di depan pacarnya bahkan tak jarang pacaran bisa menutupi kenyataan buruk yang bisa mengganggu keharmonisan berumah tangga, misalnya seseorang mau menerima calon pasangan yang sudah menunjukan sifat ringan tangan selama pacaran karena terlanjur nyaman atau sayang. Alhasil selama berumah tangga tak lepas dari tindakan kekerasan dari pasangannya.

Carilah calon pasangan yang tidak hanya untuk menjadi suami/ istrimu, tapi carilah calon pasangan yang bisa menjadi ayah/ ibu bagi anak-anakmu, artinya yang bisa mendidik dan membimbing anak-anakmu menjadi generasi-generasi soleh/ha yang mampu membawa perubahan ke arah yang lebih baik di lingkungan sekitar, demikian yang sering kudengar. Jadi, sebelum memutuskan untuk menikah, kenali terlebih dulu calon pasangan, cari tahu selengkap-lengkapnya tentang dia yang akan mendampingimu kelak, dan selalu libatkan Alloh Swt. agar diberi petunjuk tentang siapa jodoh yang pantas untuk kita.

Edukasi Diri

Sumber gambar

Selain mengenali calon pasangan dengan baik, kita juga perlu memahami konsep pernikahan itu sendiri. Menikah adalah ibadah seumur hidup. Membina rumah tangga bersama seseorang dengan latar belakang serta karakter yang berbeda itu adalah sebuah tantangan yang harus dimenangkan. Bagaimana cara memenangkannya? Dengan selalu berusaha menjaga keutuhan rumah tangga. Masih ingatkah tentang Sertifikasi Pra Nikah yang dianjurkan oleh pemerintah yang bertujuan untuk mengedukasi setiap calon pengantin agar melek tentang pernikahan yang bukan hanya sekadar pesta meriah, tapi juga tentang adab-adab berumah tangga sesuai dengan ajaran agama dan juga tentang kesehatan organ reproduksi.

Meski hingga kini program pemerintah tersebut belum berjalan, tapi bukan berarti para calon pengantin abai akan hal tersebut. Di era digital ini calon pengantin bisa mengedukasi diri mengenai pernikahan atau kehidupan berumah tangga secara daring. Banyak platform di social media yang bisa memberi informasi sesuai kebutuhan kita.

Mentalitas


Sumber gambar

Setelah mengedukasi diri tentang pernikahan, calon pengantin akan mendapat gambaran tentang kehidupan setelah pernikahan, tentang bagaimana menghadapi permasalahn rumah tangga, bagaimana dalam menjaga kandungan serta mendidik anak jika kelak dikaruniai buah hati oleh Alloh Swt.

Menjalani hidup seorang diri yang tak lepas dari ragam masalah kehidupan apalagi hidup berdampingan bersama orang lain dengan karakter yang berbeda, bukankah akan menghadirkan masalah-masalah baru sebagai ujian dalam berumah tangga yang tentu harus dihadapi dengan baik. Pernikahan itu sendiri merupakan ujian dengan hadirnya pasangan dan keturunan yang keduanya merupakan amanah dari Alloh Swt. yang harus dijaga. Maka dari itu perlu persiapan mental yang kuat, serta menyadari bahwa perikahan itu tak selalu bahagia.

Kesiapan mental dapat terbentuk dengan baik ketika tujuan menikah untuk beribadah kepada Alloh Swt. Niatkan segala aktivitas dalam mengarungi bahtera rumah tangga semata-mata karena mencari ridhlo-Nya sehingga ketika dihadapkan dengan ujian berumah tangga atau ada perbedaan prinsip dengan pasangan, kita masih bisa bergantung pada-Nya, mencari solusi berdasarkan ridhlo-Nya sebelum membuat keputusan yang dibenci oleh-Nya.

Itulah empat hal yang perlu diperhatikan atau disiapkan saat teman-teman ngebet nikah. So, untuk anak milenial yang ngebet nikah, coba perhatikan empat hal di atas ya. Kita semua tentu menginginkan sakinah until jannah. Tulisan ini bukan untuk menggurui ya, ini hanya sebuah keresahan pribadi menjelang pernikahan, hehehe. Oh iya, satu lagi. Tulisan ini juga disemangati oleh Kelas Ruang Aksara , terimakasih atas kesempatannya. Semoga bermanfaat.

Akhirulkalam..

 

Komentar

  1. Terima kasih tips dan kiatnya Mbak (berdoa kenceng biar didekatkan jodoh :D)

    BalasHapus
  2. Iya amannya kita ambil sikap pertengahan aja mba, jangan terlalu menggampangkan urusan pernikahan tetapi jangan juga terlalu meribetkan dan overthinking. Nice sharing mba😍

    BalasHapus
  3. terima kasih sharingnya ygbermanfaat Mbak,...

    BalasHapus
  4. setujuuu banget, suka sama tulisannya :D

    BalasHapus
  5. setuju banget, menikah tak hanya urusan yang satu itu, tapi komitmen jangka panjang ya, butuh persiapan segala hal..

    BalasHapus
  6. Aku setuju banget kata kata ini mbak "Menikah memang tak harus menunggu mapan, tapi perlu persiapan yang matang"

    Menikah itu persiapannya harus matang karena ibadah sekali seumur hidup mbak :)

    BalasHapus
  7. Sharingnya bermanfaat banget Kak. Sama satu lagi, cintai diri sendiri juga.

    BalasHapus
  8. hahaha jadi ingat waktu masih kuliah aku ngebet pengen nikah abis lulus s1 🤣🤣🤣🤣, menggelikan kalau diingat, ya kali skripsi aja belum mau mikir momong anak aduh faraah kamu ini 🤣🤣🤣.
    Tapi setelah lulus kuliah, aku justru merasa gamau buru buru nikah, soalnya ya banyak sih, lagian single alias belum nikah juga masih bisa hepi kok, alhamdulillah masih makan juga hehehe, jadi fokus yg lain duluuu 😄
    *But I am still appreciate buat orang orang yg nikah muda, It's your choice, happy to see you happy 🤗

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengalaman lahiran normal anak pertama di Rumah Sakit

  Assa lamu’alaikum… Dear diary. Kali ini aku hanya ingin berbagi cerita tentang pengalaman melahirkan anak pertama di rumah sakit dengan harapan ada manfaat yang bisa diambil dari pengalaman pertamaku ini. Kenapa Rumah Sakit? Sebelum memilih rumah sakit, aku mengunjungi bidan terlebih dahulu untuk memastikan di dalam rahimku ada calon bayi setelah kuyakin dengan benar test pack  yang kupakai bergaris dua, tapi di sana aku tidak mendapatkan apa-apa selain hasil tensi darah bahkan bu bidan tak menyentuh perutku sama sekali karena alasan usia kandunganku terbilang masih sangat muda, “belum kepegang” begitu katanya. Dia juga bilang bisa saja aku menstruasi lagi dan menyarankan untuk berkunjung lagi bulan depan. Kondisiku makin hari makin nggak karuan. Aku mulai merasakan pusing, mual, muntah hingga badan terasa lemas. Tak tahan rasanya jika harus menunggu hingga bulan depan. Kuputuskan untuk periksa ke dokter saja sekalian USG dan siapa tahu dikasih vitamin atau obat pereda rasa mual. Seb

Awal Mula Terkena Eye Floaters

  Eye Floaters Itu Apa Sih? Assa lamuálaykum , Diaris. Alhamdulillah aku udah nulis lagi sekarang. Mudah-mudahan bisa istiqomah  seperti janjiku dari dulu. Beberapa bulan lalu aku sempat vakum nulis di Blog. Bukan karena malas atau kena writer’s block, tetapi ada sedikit masalah dengan kesehatan mataku, ditambah lagi aktivitas sehari-hariku sebagai ibu rumah tangga yang cukup padat, anakku lagi fase aktif-aktifnya, serba ingin eksplor sana-sini. Sok sibuk banget deh aku pokoknya. Hehehe. Bicara tentang kesehatan mata yang menjadi alasanku vakum nulis di Blog. Aku lupa persisnya. Kalau nggak salah sekitar Bulan Juli 2022. Awalnya aku merasakan ada yang aneh dengan mataku yang sebelah kiri. Setelah kucari tahu dari berbagai sumber ternyata mataku yang sebelah kiri menderita Eye Floaters . Berdasarkan informasi yang kudapat dari laman alodokter, floaters adalah bayangan berbentuk bintik atau garis yang tampak mengambang atau melayang-layang pada penglihatan. Floaters sering terjadi dan um

Review BREYLEE BLACKHEAD MASK STEP 1 : Jagonya angkat komedo

Bismillaahirrahmaanirrahiim Hai dears, tampil cantik selalu menjadi salah satu keinginan seorang perempuan walaupun cantik itu relative yang artinya setiap perempuan memiliki standar kecantikan yang berbeda tentunya. So, menurutku kecantikan seorang perempuan itu tak bisa disamaratakan ya. Dikarenakan wajah menjadi salah satu parameter kecantikan seorang perempuan sehingga   wajah yang good looking selalu diidamkan setiap perempuan. Tak harus seperti artis Korea yang shining, shimmering, splendid, and glowing , tapi bersih dari jerawat dan komedo pun sudah sangat disyukuri seperti aku yang dari dulu selalu menginginkan wajah yang bersih dari komedo di area hidung yang agak mengganggu, hehehe. Tak sedikit produk skincare penghilang komedo yang berseliweran di iklan telah kucoba, mulai dari bentuk krim, sabun, dan berupa kertas pernah kucoba, tapi hasilnya   kurang memuaskan karena komedo tak terangkat tuntas terutama komedo yang sudah mulai menghitam, curiga takutnya jadi fosi