Assalamu'alaykum Diaris.
Alhamdulillaah udah masuk bulan Februari aja nih, perasaan baru kemarin deh perpindahan tahun dari 2023 ke 2024. Rasanya cepet banget sampai mikir apa aja nih yang udah dilakukan di bulan Januari kemarin. Bagaimana nih Diaris, hal apa aja yang sudah dilakukan selama bulan Januari? Adakah resolusi 2024 yang telah berjalan?. Jujur, untuk tahun ini aku nggak punya resolusi apa-apa. Menjalani hidup sebagaimana mestinya, mengikuti alur yang ada, dan berusaha memanfaatkan sisa waktu yang kupunya dengan sebaik mungkin itu udah cukup untuk bekal tahun ini.
Bukannya aku nggak punya keinginan, sebagai manusia normal pastinya punya banyak yang ingin dicapai, ingin ini, ingin itu, banyak sekali, tapi setelah begitu banyak hal yang aku alami beberapa tahun belakang ini, aku jadi berpikir hanya tentang hal baik apa yang harus aku lakukan hari ini, meski hanya sekadar bangun subuh, beres-beres rumah, siapkan sarapan untuk keluarga kecilku, merawat dan menemani anak main, dan aktivitas bermanfaat lainnya.
Hmmm... Aku hidup di dunia ini udah cukup lamalah ya, hampir 30 tahun, tapi aku baru sadar sekarang bahwa hidup itu hanya sekadar perlu dijalani sesuai pedoman yang telah ada, Alquran dan hadist supaya bisa kembali padaNya dalam keadaan bersih, sama seperti saat terlahir ke dunia pertama kali. Apa yang udah aku lakukan selama 20 tahunan ke belakang ini?, duh serem deh kalau ingat aku yang dulu sering merasa selalu aman dan nyaman hingga keadaan itu malah membuatku semakin jauh dari Alloh Swt.
Aku baru sadar bahwa ternyata hidup itu memang penuh risiko setelah aku melewatkan hampir 30 tahun hidup di dunia, sampai suamiku bilang bahwa aku terlalu menikmati hidup katanya, wakakak. Emang bener sih, dulu aku merasa bahwa duniaku selalu baik-baik saja, sekalipun ada masalah, itu tak membuatku sadar, duh parah ya. Apalagi waktu almh Mama masih ada, duh tenteram banget nih hidup berasa nyaman dan aman, padahal kan ya yang memberi rasa aman dan nyaman itu Alloh Swt. loh, astagfirulloh, parahnya lagi aku sering lupa bahwa aku bakal mati.
Nih ya kalau perasaan lagi adem-ayem, rasanya tuh lupa bahwa mati ada di depan mata. Jujur ya dulu tuh kalau ditanya titik terendah dalam hidup, aku pasti bingung jawabnya karena memang nggak ada. Hidupku tuh tenteram, damai, nyamanlah ya. Alloh Swt. bener-bener memberiku banyak nikmat yang seringnya aku lupa untuk bersyukur, saking nyamannya aku nggak takut-takut tuh sama dosa, salah satunya dengan selalu berlindung pada kalimat, "eh bukan maksud ngomongin nih ya, gw cuma kesel aja bla.. bla.. bla", hah sudahlah hidupku tuh kelam banget. Emang bener ya, menjalankan perintahNya lebih mudah dibandingkan menjauhi laranganNya, eh tapi menjauhi laranganNya kan termasuk perintahNya juga, duh tahu ah pusing. Intinya aku adalah manusia pendosa dan jahat banget. Titik.
Meski aku bukan orang kaya yang hartanya melimpah, tapi alhamdulillaah aku nggak pernah kurang dalam segi ekonomi. Aku juga selalu di kelilingi orang-orang baik, khususnya orang tuaku yang sering memberiku kenyamanan. Aku berdoa ingin menikah dengan laki-laki yang baik dan Alloh Swt. kabulkan, maa sha Alloh. Aku berdoa ingin punya keturunan, dan Alloh Swt. kasih aku kepercayaan itu, dan masih banyak lagi nikmat-nikmat lainnya. Namun, dari sekian banyak kenikmatan yang aku dapat, bukannya aku malah bersyukur dalam artian menjadi hambaNya yang lebih baik, tapi malah makin kesana-sini sampai akhirnya Alloh Swt. tegur aku dengan cara lain yang membuatku sadar bahwa hidup itu hanya tentang diuji, hanya ada hamba dan Tuhannya. Hidup itu penuh risiko. Hidup itu untuk mati.
Berawal dari tahun 2021. Waktu itu aku kehilangan almh Mama di detik-detik menjelang aku lahiran anak pertama, cerita lengkapnya sudah kutulis di diary Mama : Bukankan jodoh, rezeki, dan maut telah Alloh Swt. tetapkan?. Siapa sih nggak tepukul? Rasanya tuh hancur banget hidup aku, tapi di momen itu aku msih terselamatkan dengan kehadiran anakku sehingga aku bisa megalihkan rasa sedih dengan memiliki kesibukan baru yaitu merawat bayi, bahkan aku sampai lupa bahwa almh Mama udah nggak ada, aku merasa beliau masih ada di rumahnya, mungkin karena aku memang sudah terbiasa tinggal jauh dari oran tua ya, tapi sekalinya aku menyadari dan dipaksa untuk sadar bahwa almh Mama udah nggak ada, itu tuh pedihnya luar biasa kayak luka yang masih menganga terus kesiram air cuka.
Tak henti sampai disitu, di tahun 2022 aku dapat hadiah dari Alloh Swt. berupa sesuatu yang sampai saat ini aku belum siap untuk menuliskannya. Sesuatu yang membuatku down, stres sampai nggak enak makan, minum, bahkan nggak mau melakukan apa-apa. Kondisi itu bener-bener membuat aku kaget, kok bisa sih?. Namun, aku ingat waktu itu aku punya bayi yang masih perlu menyusu, dan kalau aku stres nanti ASIku seret lagi kayak dulu, kasihan bayiku, jangan sampai aku abai atas amanah yang telah Alloh Swt. titipkan untukku. Dengan berusaha lapangkan hati, perlahan-lahan aku menerima keadaan itu hingga aku merasa cukup membaik dan bisa kembali melanjutkan hidup lagi.
Nah di tahun 2023, kuberharap akan lebih baik dari tahun sebelumnya, aku buat resolusi ini dan itu, tapi apalah daya aku harus dihadapkan dengan beberapa kondisi yang levelnya naik dari sebelumnya. Tahun 2023 itu merupakan seperti tahun terberat buat aku, tahun dimana aku bener-bener stres, lebih buruk dari tahun sebelumnya. Berat badanku turun dengan mudahnya setiap hari, aku lebih sering meratapi keadaan, menangis sambil teriak dalam hati "Ya Alloh, KENAPA HARUS AKU?". Aku seolah marah sama Alloh Swt yang telah memberiku kondisi yang sangat tidak mengenakan ini. Mungkin ada yang bingung, masalah apa sih?. Mon maap, aku belum mau cerita, intinya ini adalah masalah terberat sepanjang hidupku sampai aku punya jawabah kalau ada yang nanya titik terendah dalam hidup.
Aku benar-benar putus asa, anxiety berlebih yang malah menimbulkan masalah baru, tambah-tambah aja lagi ya. Aku yang si nggak suka curhat, kali itu bener-bener pengin banget curhat menumpahkan segala duka lara yang aku rasa, tapi aku bingung curhat sama siapa. Dari dulu aku memang sulit nemu tempat curhat yang cocok buat aku selain buku diary. Suami aku tahu segala kondisiku saat itu, tapi aku nggak bisa curhat ke dia tentang kacaunya perasaanku karena aku sudah tahu responnya akan seperti apa. Berbulan-bulan lamanya aku berada dalam kondisi stres atau depresi, aku berusaha mencoba memulihkan diri.
Mungkin ada yang bilang, "Ya udah shalat aja, berdoa". Ya tanpa disuruh pun sudah aku lakukan, dan sudah menjadi rutinitas, makanya nggak aku bahas-bahas dari tadi karena itu sudah menjadi rutinitas aku sebagai muslim untuk shalat dan berdoa tentunya, tapi anehnya setiap selesai shalat aku merasa nggak ada perubahan, rasanya masih nggak nyaman, aku masih marah sama Alloh Swt. dalam setiap doaku, emang dasar nggak tahu diri aja mahluk yang satu ini.
Masih dalam kondisi yang buruk, aku mulai menjalankan aktivitas yang sudah terbengkalai beberapa bulan itu, mulai dari mengerjakan pekerjaan rumah, dan lain sebagainya. Sebelnya aku hanya malas-malasan dan meratap. Pekerjaan rumah di handle sama suami semuanya, aku hanya temani anak aja dikala suami kerja, sumpah aku merasa nggak berarti banget deh sampai akhirnya aku menemukan satu video tausyiah di youtube yang secara random aku pilih untuk menemani nyetrika siang itu. Tausyiahnya ustadz Adi Hidayat membahas tafsir surah Ad-duha yang perlahan menenangkan jiwa sekaligus mengenalkan aku pada Alloh Swt. Emang selama ini nggak kenal? Aku jawab 'nggak' dan aku pun baru menyadarainya ketika aku tak merasakan kehadiranNya dalam shalatku, ya buktinya setelah shalat aku tak merasa tenang sama sekali, yang ada hanya aku dengan tidak tahu diri marah-marah padaNya.
Banyak cara Alloh Swt. menyayangi hambaNya. Bukan hanya memberikan banyak keindahan, tapi juga dengan memberi kondisi yang tidak mengenakan. Segala sesuatu yang aku alamai selama beberapa tahun ini bener-bener memberi banyak pelajaran dalam hidupku. Aku menganggap ini semua adalah teguran atas segala perbuatan yang aku lakukan di masa lalu, aku juga anggap ini sebagai bentuk kasih sayangNya yang tak ingin aku lalai dalam dosa, dan aku yakin bahwa semua ini adalah bagian dari takdir yang telah ditetapkanNya, takdir terbaikNya untukku yang bagaimanapun tak mungkin bisa dihindari.
Perlahan-lahan aku mulai belajar melapangkan hati menerima segala ketetapanNya, dengan tetap berupaya semampuku. Bertawakal, berpasrah diri atas upaya yang telah dilakukan. Saat manusia dalam keadaan lemah selemah-lemahnya, itulah momen dimana manusia bisa merasakan kehadiranNya, merasakan pertolonganNya dan kasih sayangNya, dan benar-benar memaknai apa artinya bersyukur.
Gini nih kebanyakan berada di zona nyaman, sekalinya nemu tikungan, rasanya hancur banget, rapuh, kurang terlatih, dan kurang mengenal Tuhan, hehehe. Aku jadi sadar bahwa ternyata hidup tak setenang itu, hidup penuh risiko, hidup hanya untuk mati yang sering nggak aku sadari bahwa kematian sedang menunggu. Kalau lagi kondisi baik-baik saja, mana ingat sama mati ya kan?, anteng aja tuh wara-wiri, cekikian, gibah sana-sini, julid sana-sini, males rasanya buat introspeksi diri, apalagi memperbaiki diri. Lupa pula kalau setiap napas ada yang nyatet buat laporan di akhir kehidupan. Ya Alloh... aku nggak tahu udah punya bekal apa belum, dosa udah nggak terhitung.
Oh iya tadi aku sempat bilang kalau aku nggak bisa cerita tentang perasaanku waktu itu sama suami karena aku udah tahu responnya. Aku jadi ingat pernah cerita ke suami tentang masalah kehidupan, dan dia bilang hidup itu hanya perlu dijalani aja, sakit ya obati, nggak punya duit ya kerja, kalau ada masalah ya selesaikan, dan sebagainya, nggak usah dibikin rumit. Enteng banget dia ngomong gitu, tapi emang bener sih ya. Aku juga pernah dengar di sebuah kajian bahwa Alloh Swt hanya meminta hambaNya untuk berupaya, soal hasil serahkan padaNya. Berupaya sesuai dengan pedoman hidup ya, Alquran dan hadist.
Oke Diaris ini hanya sekadar tulisan ngalor ngidul aku. Mudah-mudahan sih ada manfaat yang bisa diambil. Semangat dalam menjalani hidup, apapun kondisinya. Semua masalah yang ada adalah bagian dari ketetapanNya. Untuk menjadi juara, perlu adanya upaya dalam melewati setiap masalah yang ada. Hmmm.... dan yakinlah selama masih hidup di dunia, kita semua akan tetap mendapat kejutan-kejutan lainnya. Semangat ya... nggak perlu iri lihat orang lain yang kayaknya adem-ayem aja hidupnya, toh kita nggak tahu juga kan masalah apa yang dihadapi. Tetap berjalan di koridor masing-masing dan berhusnudzon padaNya. Oh iya kita boleh lakukan apa saja di dunia ini, tapi ingatlah bahwa kita akan mati, dan dengan kuasaNya Dia bisa merubah keadaan manusia dalam sekejap. See you.
Komentar
Posting Komentar