Langsung ke konten utama

Pengalaman Operasi Cabut Gigi Bungsu Bagian Bawah


 Assalamu'alaykum Diaris.

Diary ini merupakan lanjutan dari diary sebelumnya tentang masalah pergigian. Seperti yang telah kuceritakan di diary sebelumnya, semuanya berawal dari aku mengeluhkan gigi geraham yang beberapa tahun lalu pernah ditambal karena berlubang cukup lebar dan dalam, udah kek sumur warga, akhir-akhir ini sering terasa ngilu dan sedikit nyeri, apalagi saat setelah digunakan mengunyah.

Awalnya aku males ke Dokter Gigi karena jaraknya cukup jauh dari rumah, tapi ya daripada tersiksa akhirnya kuputuskan untuk membuat appointment dengan Dokter Gigi yang biasa menanganiku treatment waktu dulu, Alhamdulillaah beliau praktik hari Minggu pagi di RS Nuraida yang beralamat di Jalan Haji Achmad Sobana No.105, RT.04/RW.06, Tegal Gundil, Kec. Bogor Utara, Kota Bogor, Jawa Barat 16152.

Baca juga : 4 ALASAN TREATMENT GIGI DI RS NURAIDA BOGOR

Kubuatlah appointment Sabtu sorenya via whatsapp, dan langsung direspon cepat oleh adminnya. Malamnya aku juga dihubungi langsung oleh Dokter Giginya via wa untuk mengonfirmasi kehadiran sekaligus menentukan jadwal kunjungan.

Keesokan paginya aku juga dapat chat lagi dari pihak RS Nuraida untuk mengonfirmasi ulang kunjungan dan memberitahu jam berapa dokternya mulai praktik. Ini yang aku suka dari RS Nuraida tuh komunikatif. Jadi, pasien bisa membuat estimasi kapan harus tiba di Rumah Sakit dan nggak harus antre lama-lama disana.

Singkat cerita, sampailah aku di RS Nuraida. Berhubung aku pasien baru, aku harus daftar dulu di bagian pendaftaran untuk mendapatkan nomor rekam medis, nggak lama sih. Setelah itu barulah menuju poli gigi. Sebelum dipanggil, seperti prosedur pasien pada umumnya, aku ditimbang dan ditensi terlebih dahulu.

Baru saja beberapa detik aku duduk di kursi tunggu depan poli, namaku dipanggil. Aku masuk ke ruangan Dokter. Masih sama seperti dulu, Dokternya ramah. Aku kenalan lagi sambil mencoba mengingatkan kembali kepada Dokternya bahwa aku adalah salah satu pasiennya di klinik lain tempat beliau praktik. Samar-samar beliau mengingatnya. Nggak inget juga nggak apa-apa Dok, pasien Dokter bukan cuma saya aja.

Setelah selesai beramah-tamah dan cerita soal keluhan yang aku rasakan, aku pun dipersilakan duduk di kursi tindakan. Beliau mulai memeriksa gigi gerahamku yang kuanggap bermasalah. Dari kondisi luarnya sih tampak baik-baik saja, tambalannya masih bagus, begitu katanya. Lalu beliau mencurigai si gigi bungsu yang katanya posisinya sangat mengerikan. Beliau bilang gigi bungsu tersebut bisa menekan gigi-gi di sampingnya karena tak mendapatkan ruang yang layak, sehingga menimbulkan rasa sakit di gusi dan gigi lainnya yang berdekatan.

Duh! Aku mulai panik, masalah baru. Beliau mengetuk gigi gerahamku itu, dan aku tidak merasakan sakit, lalu beliau bertanya apakah aku pernah melakukan perawatan syaraf akar gigi untuk gigi geraham yang ditambal tersebut?. Jujur aku nggak tahu apakah pernah perawatan syaraf atau tidak, tapi sebelum aku perawatan dengannya, aku  pernah melakukan treatment tambal gigi geraham ini di klinik lain dengan Dokter Gigi lain yang tak perlu kusebutkan namanya, yang pasti menurutku dokternya tuh kurang komunikatif, dia melakukan tindakan tanpa menjelaskannya secara detail. Namun, yang kuingat waktu itu adalah aku bolak-balik setiap minggu selama sebulan untuk melakukan tambal sementara beberapa kali, sebelum akhirnya tambal permanen.

Mendengar penjelasanku ini, beliau bilang bahwa itu merupakan perawatan syaraf akar gigi. Berarti gigi geraham berlubang kamu udah sampai syaraf, dan sekarang gigi gerahamnya mati karena tidak memberi respon ngilu atau sakit saat diketuk. Akhirnya beliau menyarankanku untuk melakukan photo panoramic atau rontgen gigi untuk melihat kondisi gigiku secara keseluruhan, sedangkan tambalan gigi gerahamku terpaksa dibongkar dulu dan dilakukan tambal sementara sebelum memutuskan tindakan selanjutnya.

Oh iya, untuk melakukan photo panoramic, aku dirujuk ke RS Hermina Bogor tempat beliau praktik karena di RS Nuraida belum ada fasilitasnya. Oke deh nggak masalah ya, demi gigiku. Hiks.

 

Berkunjung ke RS Hermina Bogor

Pada hari Sabtu pagi dengan berbekal surat rujukan aku berkunjung ke RS Hermina Bogor. Di sana gedungnya tampak seperti ada dua, gedung rawat inap dan rawat jalan yang dipisahkan oleh tempat parkir. Aku masuk ke salah satu gedung yang dimana terdapat loket-loket untuk melakukan pendaftaran. Di sana tidak terdapat mesin cetak nomor pendaftaran. Oleh security aku diarahkan ke loket pendaftaran yang ada di area belakang karena yang di depan tampak penuh. 

Benar saja loket pendaftaran di area belakang tampak sepi, hanya ada tiga orang front liner, dan aku duduk di salah satunya sambil mengatakan maksud dan tujuanku. Setelah mengisi formulir dan menunggu beberapa menit, aku diminta untuk menyelesaikan pembayaran dulu di kasir yang ada di sebelah loket pendaftaran, setelah itu barulah aku diarahkan menuju lantai dua dimana ruang Radiologi berada.

Sampailah aku di TKP, kuserahkan kertas formulir yang kudapat dari loket pendaftaran ke petugas Radiologi, lalu aku diminta untuk menunggu di depan ruangan bersama pasien-pasien lain yang mungkin punya kepentingan sama. Cukup ramai sampai aku mengira akan berlama-lama antre di sana, tapi ternyata dugaanku salah. Kurang lebih 10 menit aku menunggu, namaku dipanggil. Aku masuk ke ruang Radiologi. Seperti biasa di ruang Radiologi aku diminta untuk melepaskan benda-benda yang bisa mengganggu saat rontgen nanti, misalnya jarum di kerudung, kalung, dsb.

Setelah semua benda-benda yang disebutkan di atas kulepas, aku diminta berdiri di bawah sebuah alat dan menggigit besi kecil yang sudah ditutupi oleh plastik, lalu sebuah alat mengitari area mulutku. Prosesnya membutuhkan waktu kurang lebih lima menit. Setelah selesai, aku diminta menunggu di kursi yang telah disediakan di ruangan itu. Tak lama kemudian seorang petugas memberikan hasil photo panoramicnya padaku, aku pun segera pulang ke rumah.

Sesampainya di rumah aku langsung memberitahukan hasil photo panoramic pada Dokter Gigiku via whatsapp. Aku perhatikan kondisi gigiku dalam bentuk monokrom itu, dan memang gigi bungsuku tampak mengerikan. Gigi bungsu bawahku tampak tidur telentang dua-duanya, kanan dan kiri. Pantas saja terkadang gusi bawah bagian belakang tiba-tiba bengkak dan agak nyeri. Aku pun berpikir mungkin masalah gigi gerahamku berasal dari sana.

Tak lama kemudian aku mendapat respon dari Dokter Gigiku dan beliau menyarankan agar gigi bungsuku dicabut secara bertahap, maksudnya dahulukan yang sering terasa nyeri terlebih dahulu. Beliau juga bilang kalau aku mau, bisa langsung dijadwalkan cabut gigi bungsu hari Minggu besok. Beliau akan membantu mengatur jadwalnya dengan Dokter Bedah Mulut yang kebetulan Minggu besok ada tindakan juga. Beliau juga bilang akan membantu proses administrasi untuk asuransinya. Setelah menimbang-nimbang, akhirnya kuputuskan untuk cabut gigi bungsu hari Minggu besok. Oh iya Dokter gigiku juga berpesan agar makan dulu sebelum besok ke Rumah Sakit, awalnya kupikir mungkin biar nggak bau asam lambung, wkwkwk.

 

Proses Cabut Gigi Bungsu

 

Sekitar bakda Dzuhur aku pergi ke RS Nuraida. Seperti biasa, sesampainya disana aku menuju ke pendaftaran untuk mengonfirmasi kedatangan, lalu melakukan tensi dan timbang berat badan di depan poli gigi. Aku duduk menunggu giliran. Kurang lebih lima belas menit, pintu poli gigi terbuka, pasien sebelumnya keluar dengan pipi bengkak. Duh bentar lagi aku nih karena memang tak ada pasien lagi selain aku yang duduk di ruang tunggu.

Sekitar jam setengah dua siang aku masuk ruangan. Disana aku disambut oleh Dokter Bedah Mulut dan perawat dengan ramah, tapi sayangnya keramahan mereka tak membuat hatiku tenteram, aku gugup, takut. Hiks. Dokter Bedah Mulut mempersilakan aku duduk di kursi tindakan, lalu menjelaskan tahapan-tahapan yang akan dilakukan dalam operasi pencabutan gigi bungsu. Berhubung gigi bungsuku posisinya tidur, berarti prosedurnya akan unik sedikit. Beliau menjelaskan akan ada tiga tahapan, pertama membuka gusi, kedua memotong tulang gusi karena gigi bersembunyi dibawah sana, ketiga pencabutan gigi. Oh iya beliau juga menginfokan bahwa posisi akar gigiku dekat dengan syaraf sehingga kemungkinan nanti saat tindakan syaraf tersebut akan terusik dan menyebabkan efek mati rasa lebih lama dari biasanya pasca pencabutan gigi. "Nanti hilang sendiri kok, hanya saja membutuhkan waktu sedikit lebih lama, bisa 2 bahkan sampai 6 bulan lamanya".

Aku hanya mengiyakan setiap penjelasan dari DBM (Dokter Bedah Mulut), sambil berusaha membuat diri setenang mungkin. Dengan mengucap Bismillaah DBM memulai tindakannya dengan melakukan anestesi. Gusiku disuntikan obat bius, rasanya cukup ngilu dan pegal di rahang. Oh iya yang dicabut gigi bungsu sebelah kanan ya. Setelah dipastikan semua aman, artinya rahang kananku mati rasa, DBM mulai membuka gusi yang mana aku tidak merasakan sakit karena efek bius. Setelah itu, masuk ke tahap berikutnya yaitu memotong tulang gusi menggunakan alat seperti bor, ukurannya sih sebesar spidol white board gitu, tapi bunyinya udah kayak bor tembok. Tahap ini membutuhkan waktu lebih lama dari tahap sebelumnya.

Setelah tulangnya berhasil dibuka, masuklah ke tahap berikutnya yaitu pencabutan gigi yang kupikir tinggal cabut-cabut aja seperti cabut gigi sebelumnya, tapi ternyata nggak gitu konsepnya, apalagi posisi gigiku yang tertidur. DBM bilang katanya gigiku mau dimutilasi biar lebih mudah mencabutnya. Tahap ini memerlukan waktu yang lebih lama lagi dari sebelumnya. Ngeri-ngeri gimana gitu aku mendengar suara bor tembok di dalam mulutku. Mulutku rasanya diuwek-uwek. Meski dalam keadaan mati rasa, tapi tetap saja aku merasakan banyak pergerakan di dalam mulutku.

DBM sesekali melihat ke arah jam, dan itu membuat aku agak panik karena takut terjadi apa-apa. Proses mutilasi pun selesai, DBM mulai mengambil potongan-potongan gigi bungsuku dengan hati-hati supaya tidak ada yang tertinggal, tahap ini juga membutuhkan waktu cukup lama. Setelah dipastikan tak ada potongan gigi yang tertinggal, barulah DBM melakukan proses penjahitan. Aku diminta untuk menggigit kasa  di area luka selama satu jam kalau nggak salah. Subhanalloh. Pipiku rasanya kaku banget, pegal juga.

Akhirnya proses pencabutan gigi bungsuku selesai Diaris. Sebelum meninggalkan ruangan DBM meresepkan obat-obatan, seperti antinyeri dan antibiotik. Obat-obatannya aku minta yang aman untuk busui karena posisinya aku masih menyusui malaikat kecilku. DBM sempat bertanya apakah aku sudah makan atau belum karena aku harus segera meminum obat antinyeri untuk meminimalisir rasa nyeri yang akan timbul sesaat lagi. Oh... makanya kenapa sebelum tindakan dianjurkan untuk makan dulu Diaris, bukan takut bau asam lambung, tapi agar bisa segera minum obat, wkwkwk. DBM juga menyarankan untuk perbanyak istirahat, tidak banyak aktivitas dulu agar penyembuhannya lebih cepat karena pencabutan gigi bungsu sama seperti tindakan operasi. Duh gimana ceritanya aku bisa full istirahat, sedangkan aku punya malaikat kecil yang lagi lucu-lucunya senang eksplor sana-sini, ditambah suamiku lagi sibuk-sibuknya kerja walau WFH (work from home). Maafkan aku suamiku yang mungkin harus meeting sambil gendong anak, masak, atau cuci piring.

Benar saja Diaris. Rasa nyeri mulai muncul ketika aku masih duduk manis di depan farmasi menunggu obat-obatan, ditambah aku harus menunggu lagi di depan kasir untuk proses pembayarannya. Maklum ya pakai asuransi, perlu prosedur yang agak unik, hehehe. Setelah sekian lama menunggu, akhirnya mbak kasir memperbolehkan aku pulang karena prosesnya akan memakan waktu lama, untuk kwitansinya nanti bisa dikirim via wa atau email pribadi.

Alhamdulillaah... sekitar setengah lima sore aku sampai di rumah. Aku langsung meminum obat yang telah diresepkan, dan rebahan. Asli nyerinya mulai terasa. Pipiku juga bengkak sebelah nih Diaris. Ceritanya kusudahi sampai sini ya, semoga ada manfaat yang bisa diambil dari diaryku ini. See you.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Awal Mula Terkena Eye Floaters

  Eye Floaters Itu Apa Sih? Assa lamuálaykum , Diaris. Alhamdulillah aku udah nulis lagi sekarang. Mudah-mudahan bisa istiqomah  seperti janjiku dari dulu. Beberapa bulan lalu aku sempat vakum nulis di Blog. Bukan karena malas atau kena writer’s block, tetapi ada sedikit masalah dengan kesehatan mataku, ditambah lagi aktivitas sehari-hariku sebagai ibu rumah tangga yang cukup padat, anakku lagi fase aktif-aktifnya, serba ingin eksplor sana-sini. Sok sibuk banget deh aku pokoknya. Hehehe. Bicara tentang kesehatan mata yang menjadi alasanku vakum nulis di Blog. Aku lupa persisnya. Kalau nggak salah sekitar Bulan Juli 2022. Awalnya aku merasakan ada yang aneh dengan mataku yang sebelah kiri. Setelah kucari tahu dari berbagai sumber ternyata mataku yang sebelah kiri menderita Eye Floaters . Berdasarkan informasi yang kudapat dari laman alodokter, floaters adalah bayangan berbentuk bintik atau garis yang tampak mengambang atau melayang-layang pada penglihatan. Floaters sering terjadi dan um

Pengalaman lahiran normal anak pertama di Rumah Sakit

  Assa lamu’alaikum… Dear diary. Kali ini aku hanya ingin berbagi cerita tentang pengalaman melahirkan anak pertama di rumah sakit dengan harapan ada manfaat yang bisa diambil dari pengalaman pertamaku ini. Kenapa Rumah Sakit? Sebelum memilih rumah sakit, aku mengunjungi bidan terlebih dahulu untuk memastikan di dalam rahimku ada calon bayi setelah kuyakin dengan benar test pack  yang kupakai bergaris dua, tapi di sana aku tidak mendapatkan apa-apa selain hasil tensi darah bahkan bu bidan tak menyentuh perutku sama sekali karena alasan usia kandunganku terbilang masih sangat muda, “belum kepegang” begitu katanya. Dia juga bilang bisa saja aku menstruasi lagi dan menyarankan untuk berkunjung lagi bulan depan. Kondisiku makin hari makin nggak karuan. Aku mulai merasakan pusing, mual, muntah hingga badan terasa lemas. Tak tahan rasanya jika harus menunggu hingga bulan depan. Kuputuskan untuk periksa ke dokter saja sekalian USG dan siapa tahu dikasih vitamin atau obat pereda rasa mual. Seb

Review BREYLEE BLACKHEAD MASK STEP 1 : Jagonya angkat komedo

Bismillaahirrahmaanirrahiim Hai dears, tampil cantik selalu menjadi salah satu keinginan seorang perempuan walaupun cantik itu relative yang artinya setiap perempuan memiliki standar kecantikan yang berbeda tentunya. So, menurutku kecantikan seorang perempuan itu tak bisa disamaratakan ya. Dikarenakan wajah menjadi salah satu parameter kecantikan seorang perempuan sehingga   wajah yang good looking selalu diidamkan setiap perempuan. Tak harus seperti artis Korea yang shining, shimmering, splendid, and glowing , tapi bersih dari jerawat dan komedo pun sudah sangat disyukuri seperti aku yang dari dulu selalu menginginkan wajah yang bersih dari komedo di area hidung yang agak mengganggu, hehehe. Tak sedikit produk skincare penghilang komedo yang berseliweran di iklan telah kucoba, mulai dari bentuk krim, sabun, dan berupa kertas pernah kucoba, tapi hasilnya   kurang memuaskan karena komedo tak terangkat tuntas terutama komedo yang sudah mulai menghitam, curiga takutnya jadi fosi