Assalamu’alaikum
warrahmatullahi wabarakaatuh
Hi,
friends! Apa kabar? Aku harap kalian
selalu dalam lindungan Alloh SWT. Aamiin.
Oh iya, kalian pasti tahu ‘kan apa itu Pancasila dan bagaimana bunyinya
karena sebagai warga negara yang baik kita semua harus tahu seperti apa bunyi
pancasila karena itu merupakan pandangan hidup bangsa Indonesia. Nah kalau Dasa
Dharma, friends pada tahu nggak?
Kalau kalian anak Pramuka pasti pada tahu
dan harus tahu karena itu merupakan 10 sikap yang harus dimiliki oleh
anak Pramuka. Tapi di diary kali ini
aku bukan mau membahas tentang Pancasila ataupun Dasa Dharma, melainkan
keduanya aku jadikan sebagai contoh bukti betapa pentingnya agama dalam
kehidupan. Dalam Pancasila, sila pertama berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”
begitu pun dengan Dasa Dharma Pramuka yang pertama berbunyi “Taqwa Kepada Tuhan
Yang Maha Esa” keduanya membuktikan
bahwa agama (kepercayaan kepada Tuhan) itu sebagai point utama bagi seluruh
manusia dalam menjalani kehidupan supaya selalu berada di koridor yang benar.
Menurutku
agama itu merupakan salah satu media pengendali arah hidup manusia di muka bumi
ini. Misalnya untuk menentukan suatu perkara apakah baik atau buruk. So, kita tidak bisa berperilaku
seenaknya di bumi ini, meskipun ada yang bilang kalau hidup itu “bebasin aja..”
tapi bukan berarti bisa bebas semaunya. Semua ada aturannya, dan aturan yang
paling besar kekuatannya adalah agama, karena faktanya hukum negara saat ini
mudah sekali dilanggar buktinya dengan maraknya kasus korupsi, kasus suap,
penipuan, yang benar jadi salah dan sebaliknya. So dengan menjadi manusia yang paham agama kita bisa menciptakan
kehidupan yang lebih terarah.
Seperti
yang pernah aku ceritakan di diary ini
Hijrah Itu Apa? bahwa aku sendiri sudah
dikenalkan dengan pendidikan agama itu dari kecil, umur ± 6 tahun aku sudah ikut pengajian
setiap sore sampai malam, sekolah agama di siang hari, belum lagi paginya
pendidikan agama di Sekolah umum. Harusnya sekarang ini tinggal memetik
hasilnya yaitu mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari menjelang dewasa
dengan menjadi pribadi yang soleha dan taat agama, tapi faktanya aku masih
sangat jauh dari yang namanya perempuan
soleha. Sampai sekarang pun aku nggak ngerti entah itu sistem pendidikannya
yang salah atau memang aku yang kurang serius ketika belajar? Entahlah.
Terkadang aku berpikir kenapa dulu aku tidak masuk pesantren saja? Atau Sekolah
Islam supaya pemahamanku tentang agama lebih luas, pikirku. Ya penyesalan
memang selalu datang diakhir, kalau diawal namanya pendaftaran ya friends.
Orang
yang beragama adalah orang yang percaya adanya Tuhan, khususnya orang muslim.
Bukan hanya sekedar percaya melainkan dengan melaksanakan perintahNya dan
menjauhi laranganNya. Perintah dan larangan Alloh SWT. semuanya tercantum dalam
Alqur-an yang wajib diimani oleh seluruh orang mukmin. Orang yang beragama akan
memiliki rasa takut dalam dirinya ketika hendak melakukan dosa, melakukan
hal-hal yang dilarang oleh Alloh SWT. Berbeda dengan orang yang tidak beragama
atau mungkin kurang dalam pemahaman agama tidak memiliki rasa takut semacam
itu, yang dipikirkan hanya kepuasannya semata tanpa memerhatikan baik dan
buruknya suatu perkara.
Bukankah
manusia diciptakan semata-mata hanya untuk beribadah kepada Alloh SWT? Seperti yang
terdapat dalam firmanNya yaitu, “Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan
manusia, melainkan supaya mereka menyembah-Ku”. (QS. Adz Dzariyat: 56). Maka
segala sesuatu yang kita lakukan di dunia ini niatkanlah untuk ibadah. Seperti
halnya dalam bekerja. Tidak dapat dipungkiri bahwa uang adalah tujuan utama
seseorang dalam bekerja. Nggak masalah karena memang begitu adanya. Tapi jangan
lupa tetap disisipi niat ibadah karena Alloh SWT. karena dengan begitu kita akan memilh pekerjaan yang halal,
penuh keberkahan, dan dengan cara yang sehat pastinya. Kalau niat bekerja hanya
untuk mendapatkan uang semata maka bisa saja seseorang melakukan segala
cara untuk mendapatkan uang yang banyak,
tak heran jika semakin banyaknya kasus korupsi, suap, penggelapan dana, penipuan,
dan masih banyak lagi yang lainnya.
Contoh lain misalnya dalam dunia pendidikan.
Seorang pelajar yang tujuan sekolahnya semata-mata hanya untuk mendapatkan
nilai tinggi supaya bisa lulus, mudah mendapatkan pekerjaan dan membanggakan
orangtua tanpa didasari niat ibadah, maka ia akan melakukan bahkan menghalalkan
segala cara untuk menempuh semua itu misalnya dengan mencontek saat ujian,
memakai jasa pembuatan tugas akhir atau skripsi, melakukan aksi suap demi lolos
masuk Perguruan Tinggi ternama, lolos tes CPNS, atau bahkan untuk mendapatkan
pekerjaan lainnya. Apakah dengan begitu orangtua akan bangga? Atau apakah lulus
dengan cara seperti itu akan mudah mendapatkan keberkahan? Jawab sendiri ya friends.
Begitu pun dalam hal berkeluarga, misalnya dalam mencari pasangan/jodoh
yang sering menjadi trending topic saat
ini. Seseorang pernah berkata bahwa jika hendak menikah maka niatkanlah
semata-mata untuk ibadah, untuk menyempurnakan sebagian agama. Kenapa? Supaya
mencapai keluaraga sakinah mawadah warrohmah. Niatkan menikah untuk ibadah
berarti harus memahami ilmu agama sebagai bahan baku dalam membangun rumah
tangga, memahami bahwa surganya seorang istri berada pada suami maka patuhi
suamimu kelak selama apa yang diperintahkannya masih berada di jalanNya,
jadilah pribadi yang soleh nan soleha untuk pasanganmu nanti.
Rasulullah pernah bersabda:
“Wanita biasanya dinikahi karena empat hal: karena
hartanya, karena kedudukannya, karena parasnya dan karena agamanya. Maka
hendaklah kamu pilih wanita yang bagus agamanya (keislamannya). Kalau tidak
demikian, niscaya kamu akan merugi.” (HR. Bukhari-Muslim)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga
bersabda,
“Jika datang kepada kalian seorang lelaki yang kalian
ridhai agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah ia. Jika tidak, maka akan terjadi
fitnah di muka bumi dan kerusakan yang besar.” (HR. Tirmidzi. Al Albani
berkata dalam Adh Dho’ifah bahwa hadits ini hasan
lighoirihi)
Meskipun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan
agama pada urutan ke-4 namun beliau tetap menyarankan untuk memilih pasangan
yang baik agamanya, karena harta, kedudukan, dan paras akan hilang pada
waktunya, sedangkan agama bisa menciptakan semua itu. In Sha Alloh agama bisa
menciptakan keluarga yang harmonis karena masing-masing pasangan akan memahami
setiap point penting dalam menjalankan tugasnya baik sebagai suami maupun istri
yang didasari rasa takut kepada Alloh Subhanahu wa ta’ala.
Masih banyak contoh-contoh lain dari peranan
pendidikan agama yang bisa ditemui di sekeliling kita. Intinya agama itu
berperan sebagai benteng pertahanan dalam hidup kita sehingga membuat kita selalu berhati-hati dalam setiap melakukan
tindakan. Agar benteng tetap dan semakin kokoh, maka harus dirawat dengan baik
bahkan harus ditambah lagi komponen-komponen pelindungnya misalnya dengan menghadiri kajian agama, baca buku tentang
agama, atau menonton acara keagaman di televisi atau youtube (jamannya udah
canggih ), dan masih banyak lagi cara-cara positif lainnya. Jangan Cuma smartphone aja yang di charging tapi keimanan pun sangat butuh
untuk di charging.
Aku menjadi seorang muslimah dari sejak lahir
yang mana seharusnya aku paham agama islam. Tapi faktanya pemahamanku tentang
agama islam masih sangat tertinggal. Terkadang aku iri dengan para mualaf yang
ku rasa lebih memahami agama islam dibanding aku yang sudah muslim dari lahir.
Mereka sangat antusias mempelajari setiap detil tentang islam, bahkan tak
sedikit diantara mereka yang menjadi tokoh agama yang banyak menginspirasi kami
yang muslim dari lahir, tak sedikit juga dari mereka yang menjadi penghafal
Al-Quran, sedangkan aku yang muslim dari lahir juz 30 pun belum hafal semua.
Masih banyak hal-hal tentang islam yang belum ku ketahui, masih banyak yang
perlu ku pelajari. Aku banyak membeli buku-buku tentang agama islam, tentang
fikih, bahkan tata cara shalat pun aku beli untuk dipelajari lagi karena
takutnya masih banyak gerakan-gerakan dan bacaan-bacaan yang salah.
Inilah yang dinamakan muslim rasa mualaf karena
sudah muslim sejak lahir tapi merasa asing dengan islam. Sudah muslim dari
lahir tapi kelakuan tidak sesuai dengan
orang muslim yang seharusnya. Maka dari itu friends meskipun terlahir sebagai muslim apa salahnya jika kita
terus belajar menjadi seorang muslim yang baik dengan memperdalam ilmu agama
yang bisa kita dapatkan dari berbagai sumber, bisa melalui membaca buku
keagamaan (salah satu hobi aku saat ini), mengikuti kajian secara rutin, atau
di zaman yang serba canggih ini kita bisa menonton tausyiah via youtube. Jangan mau kalah sama mereka
yang mualaf tapi lebih paham tentang agama islam, mereka bersungguh-sungguh
dalam mempelajari agama. Dan kita sebagai muslim dari lahir pun sama harus
belajar agama, Kenapa? Karena agama itu sangat penting untuk kita sebagai
kontrol diri sehingga kita bisa lebih berhati-hati dalam bertindak, mengambil
keputusan, berbicara, berprasangka, dan lain sebagainya.
Ok friends.
Demikian untuk diary kali ini.
Mudah-mudahan bisa bermanfaat bagi friends
ya, mohon maaf apabila ada salah-salah kata. Jika dalam diary kali ini ada yang kurang berkenan, silahkan di
komen dan ditambahkan. Diary ini hanya untuk sharing aja tentang apa yang pernah aku
alami dan rasakan. Aku sangat menerima kritik dan saran.
Akhirulkalam. Wassalamu’alaikum warrahmatullaahi wabarokaatuh..
Komentar
Posting Komentar