Assalamu'alaikum Diaris.
Diaris pernah nggak sih mengalami ponsel terjatuh di suatu tempat saat bepergian, lalu baru sadar ketika telah sampai di rumah?. Aku baru saja mengalami hal ini. Ini kejadian pertama kalinya kualami. Mudah-mudahan ke depannya lebih hati-hati lagi.
Diera digital ini, Ponsel tidak hanya sekadar berfungsi untuk menelepon dan mengirim pesan aja, melainkan bisa digunakan untuk banyak, mulai dari urusan pekerjaan dan bisnis, kegiatan belajar mengajar, belanja kebutuhan sehari-hari, konsultasi kesehatan, kegiatan keagamaan, aktivitas finansial, dan masih banyak lagi. Maka dari itu, ponsel sudah dianggap sebagai salah satu benda yang cukup penting dalam kehidupan zaman now.
Aku yang merupakan salah satu manusia penikmat aktivitas online, cukup ketergantungan dengan ponsel, khususnya dalam membantu kegiatan sehari-hari, seperti jualan online, belanja kebutuhan rumah tangga, pesan taksi atau ojek online, pokoknya semua yang online-online deh, serta mengatur keuangan rumah tangga pun kulakukan dalam ponsel itu.
Jadi, ketika aku sadar ponselku tak ada bersamaku, rasanya seperti ada separuh aku yang hilang (wkwkwk). Ngefreeze aku dibuatnya. Hal ini baru saja kualami, sepulang menemani anakku les KUMON.
Semua berawal ketika aku dan anakku pulang dari KUMON. Seperti biasa, aku pakai jasa taksi online untuk mengantar kami pulang ke rumah. Anakku belum mau diajak naik motor nih, takut katanya. Jadi, aku pilih taksi online aja. Anggaplah sebagai reward untuknya karena sudah mau dan berani mengikuti les di KUMON, diusianya yang masih balita ini.
Beberapa menit kemudian, taksi online yang kupesan pun tiba, aku sebut aja merknya ya, grabcar. Aku dan anakku masuk ke mobil, lalu duduk manis di kursi belakang sambil menikmati perjalanan siang itu.
Ponsel masih kugenggam erat di tangan, belum sempat kumasukkan ke dalam tas, bekas tadi memantau posisi grabcar saat hendak menjemput kami. Sesekali aku membalas pesan yang masuk, meski lama-lama aku mulai pusing. Sebenarnya aku memang nggak suka main ponsel ketika berada di dalam mobil yang sedang melaju, suka pusing (wkwkwk, mabokan).
Anakku yang duduk di sampingku sepertinya mengantuk, dia mulai nyender-nyender ke badanku yang membuat posisi duduknya rawan membuatnya terjatuh. Aku pun memasukkan ponsel ke dalam saku baju, lalu fokus memegangi anakku agar tidak terjatuh saat mobil melintasi polisi tidur.
Sesampainya di rumah, kami turun dari mobil seperti biasanya, lalu masuk ke dalam rumah setelah mengucapkan terima kasih kepada pak driver. Aktivitas di dalam rumah masih tampak biasa saja, aku menaruh tas, lalu memeriksa tas anakku untuk melihat buku catatan KUMONnya, serta memeriksa lembar kerja yang harus dikerjakan oleh anakku besok.
Berhubung hari sudah sangat siang, kurang lebih sekitar jam duaan, waktunya anakku makan siang. Aku bergegas ke dapur untuk menyiapkan makan siang. Ketika aku meraba saku baju, rasanya ada yang aneh, tak ada sesuatu yang bersemayam. Padahal sebelumnya aku telah menaruh ponsel di sana.
Panik, panik, panik. Rencana menyiapkan makan siang terjeda sejenak. Aku memeriksa tas untuk mencari keberadaan ponsel. Bukan cuma tasku aja, tas anakku pun aku periksa. Hasilnya nihil. Ponselku nggak ada di sana. Aku memeriksa ke luar rumah, mulai dari titik turun dari mobil sampai ke depan pintu rumah, kutelusuri dengan hati-hati, tapi tetap nggak ada juga.
Duh, aku mulai bingung harus bagaimana. Akhirnya muncul ide untuk minta tolong tetangga sekitar. Aku mau pinjam ponsel untuk menghubungi ponselku atau menghubungi suamiku.
Namun, sebelum beranjak pergi minta tolong, aku ingat bahwa anakku belum makan siang. Dengan hati yang kuusahakan tetap tenang, mulut yang tak henti beristigfar, aku kembali ke dapur untuk menyiapkan makan siang.
Mumpung anakku anteng makan siang, aku pun pergi sebentar ke rumah salah satu tetangga terdekat. Iya, aku berani meninggalkan anakku di rumah sendirian karena jarak rumah tetanggaku sangat dekat (seberang rumahku), yang mana kalau anakku memanggil tuh suaranya masih jelas terdengar.
Alhamdulillah, tetanggaku sedang ada di rumahnya. Setelah dipersilakan masuk, aku mulai bercerita panjang lebar. Alhamdulillah, tetanggaku baik, dia meminjamkan ponselnya padaku, dan mengizinkan untuk membawanya ke rumah supaya aku bisa sambil jaga anakku yang lagi makan siang itu.
Awalnya aku menghubungi nomor ponselku, tapi tak ada jawaban. Ya gimana ya, memang ponselku dalam mode getar, pasti agak sulit terdengar. Kemudian aku menghubungi suamiku dan alhamdulillah tersambung.
Dengan masih sedikit panik, aku bercerita pada suamiku tentang apa yang baru saja kualami, lalu meminta tolong padanya untuk terus mencoba menghubungi nomor ponselku, atau melacak keberadaan ponselku, atau apalah gitu supaya ponselku bisa kembali. Saking khawatirnya, aku sampai lupa kalau jam segitu tuh suamiku masih sibuk kerja.
Setelah menghubungi suamiku, aku pun bergegas untuk segera mengembalikan ponsel tetanggaku ini. Setidaknya suamiku sudah tahu kejadian konyol yang kualami. Aku pun kembali ke rumah, niatnya mau ikutan makan siang karena perutku mulai terasa lapar, walau tak berselera. Bagaimanapun juga pikiranku masih khawatir. Aku khawatir ponselku ditemukan oleh orang yang nggak amanah, mengingat jatuhnya di dalam grabcar yang pasti berganti-ganti penumpang.
Seperti yang sudah kutulis diatas bahwa ponsel itu cukup penting bagiku, bagaikan asisten pribadi. Sebagian aktivitas kulakukan di sana, khususnya aktivitas keuangan. Selain itu, ada juga data pribadi di sana, seperti foto KTP, dan lain sebagainya.
Belum lagi sekarang ini marak terjadi penipuan di medsos yang menjadi salah satu kekhawatiranku juga, walaupun aku sudah sangat lama nggak main medsos. Facebook, instagram, dan threads sudah ku uninstal semua.
Namun, aku masih menggunakan whatsapp, serta e-mail yang masih aktif di ponselku, yang mana bisa mengakses banyak aplikasi yang menurutku penting di sana. Duh, isi pikiranku negatif semua siang itu.
Alih-alih mengambil nasi untuk makan siang, padahal sudah jam setengah empatan deh kalau nggak salah, aku malah membuka laptop. Aku duduk dengan tenang sambil menyalakan laptop, lalu mencoba login ke akun gmail yang terhubung dengan ponselku. Aku memeriksa e-mailku yang terhubung dengan akun grabku. Biasanya setelah selesai perjalanan, grab akan mengirimkan history lewat e-mail. Aku berharap semoga ada petunjuk yang bisa membantuku.
Saat membuka kotak masuk e-mail, di sana tidak terdapat pesan baru yang masuk. Namun, tiba-tiba terpikir ide untuk mengubah kata sandi e-mail, berharap nanti akun e-mail yang aktif di ponselku akan terlogout otomatis. Aku masuk ke pengaturan e-mail untuk mengubah kata sandi. Berhasil.
Setelah itu, aku coba lagi membaca menu apa aja sih yang ada di e-mail itu. Selama ini, aku nggak begitu peduli dengan akun e-mail, aku hanya tahu sekadar login dan logout aja. Oh ya ampun, aku baru tahu ternyata aku bisa melihat aktivitas ponselku melalui akun e-mail yang tertaut, bahkan bisa mengontrolnya juga dari jarak jauh. Duh, ternyata segaptek itu aku ini (hiks).
Klak. Klik. Klak. Klik. Di sana terdapat menu untuk melacak lokasi ponsel, ada juga menu untuk menandai ponsel hilang, menderingkan ponsel, dan mereset ponsel ke setelan pabrik. Masya Allah, seperti menemukan angin segar.
Pertama, aku coba melacak lokasi ponselku ada dimana sore itu. Dari maps yang kulihat sih, ponselku berada di titik dimana lokasi itu adalah sebuah pusat perbelanjaan yang mana cukup terkenal dengan aktivitas jual beli ponsel, service ponsel, atau segala sesuatu yang berhubungan dengan gadget.
Duh, pikiranku makin kemana-mana aja. Takut ponsel murahanku ini dijual, atau yang lebih menakutkan lagi adalah ponselku bisa diakses oleh orang lain, walaupun ponselku pakai pola kunci, tapi kan bisa dibuka, apalagi saat itu ponselku tengah berada di lokasi yang terkenal dengan layanan service gadget, sampai-sampai aku lupa bahwa ponselku itu terjatuh di dalam grabcar. Siapa tahu kan drivernya memang sedang jemput penumpang di lokasi tersebut. Entahlah, pikiranku saat itu isinya hampir semua negatif.
Setelah melacak keberadaan ponsel, aku mencoba menu deringkan ponsel. Seperti yang telah kuceritakan di atas, saat terjatuh, ponselku berada dalam mode getar. Kucoba deringkan. Entah apa yang terjadi di sana, aku hanya melihat di layar laptop bahwa ada aktivitas dalam ponselku 30 menit yang lalu.
Setelah itu, aku pun menandai ponsel hilang dan menulis sebuah pesan dalam kolom yang tersedia di sana bahwa ponselku hilang. Aku juga mencantumkan nomor ponsel suamiku, berikut alamat rumahku sebagai informasi bagi siapa saja yang menemukan ponselku agar segera menghubungi nomor ponsel suamiku atau mengantarkan ponselku ke rumah. Pesan tersebut akan muncul di layar utama ponsel.
Beberapa cara sudah kulakukan, tapi rasa khawatir ponselku bisa diakses orang lain masih menghantui. Akhirnya, aku beranikan diri mencoba menu lain, yaitu reset ponsel ke setelan pabrik. Awalnya ragu, mengingat jika direset, semua data di ponselku akan terhapus. Ponselku akan kembali pada kepolosannya. Jika begitu, aku tak bisa lagi melacak keberadaannya, dan mungkin aku harus benar-benar ikhlas jika ponselku tak kembali.
Namun, keraguan itu terkalahkan dengan melihat lokasi keberadaan ponselku yang masih di tempat itu, tempat yang terkenal dengan layanan services gadget. Baiklah, tak apa jika ponselku tak kembali, setidaknya aku sudah menghapus jejak di ponsel itu. Meskipun masih menyisakan kekhawatiran sih, mengingat nomor ponselku masih terpasang di sana. Aku harus segera mengunjungi gerai provider untuk mengembalikan nomor ponselku. Begitulah pikiranku sore itu.
Dengan perasaan dagdigdug, ponselku berhasil direset. Aku tak bisa lagi melihat keberadaan ponselku. Sore itu, aku berada dalam mode pasrah, lalu mengetik pesan, mengirim e-mail ke suamiku. Tak lama kemudian, suamiku membalas pesan e-mail bahwa ponselku sedang diantar ke rumah oleh driver grabcar. Begitu katanya.
Masya Allah. Alhamdulillah. Senangnya hatiku, masih rezeki. Aku segera mengambil nasi beserta lauk pauknya, aku baru ingat belum makan siang. Aku makan sambil menunggu ponselku tiba.
Sekitar jam setengah lima sore, sebuah mobil terparkir di depan pagar rumah, driver grabcar yang tadi mengantar aku dan anakku, turun dari mobilnya, lalu menyerahkan ponselku. Beliau bercerita bahwa dia hendak mengantarkan ponsel itu, hanya saja dia tak tahu milik customer yang mana karena setelahku ada dua customer lain, katanya. Aku berterima kasih banyak-banyak padanya dan memberikan sedikit pengganti bensin karena sudah mau direpotkan mengantarkan ponselku.
Sebelum beranjak pergi, driver grabcar itu meminta tolong padaku untuk membuka blokir akun grabnya. Awalnya aku nggak ngerti kenapa akun grabnya terblokir, apakah karena aku yang menandai ponselku hilang. Jika memang begitu, setelah beliau beranjak pergi, aku segera mengubah status ponselku bahwa telah ditemukan.
Namun, saat suami pulang kerja malam itu, ternyata tadi suamiku menghubungi call center grabnya dan menceritakan apa yang terjadi padaku. Setelah melakukan verifikasi beberapa hal, kemudian pihak grab memblokir sementara akun driver yang bersangkutan, sampai ponsel customer yaitu aku, ditemukan dan berhasil dikembalikan.
Jika seandainya ponsel tidak ditemukan dan belum dikembalikan, maka akun grabnya akan diblokir selamanya. Hmmm, kasihan juga ya drivernya, kalau misalnya ponsel itu tidak ditemukan, atau ditemukan oleh orang yang nggak amanah, lalu raib.
Oh iya, menurut penuturan seseorang yang pernah mengalami hal yang sama, pihak grab juga biasanya akan mengganti kerugian customer. Menurutku cukup bagus ya pelayanannya, sesuailah dengan tarifnya (hihihi). Aku kasih bintang lima untuk pelayanannya.
Kejadian atas kekonyolanku ini benar-benar memberiku banyak pelajaran berharga. Aku jadi ingat, dulu aku dan suami pernah membantu seseorang dengan kejadian yang sama sepertiku. Bentuk bantuannya nggak heroik-heroik amat sih. Namun, entah kenapa kejadian ini mengingatkanku pada memori itu. Aku jadi semakin yakin untuk selalu berbuat baik pada siapapun, sebab pertolongan Allah SWT bisa datang dari siapapun.
Kejadian ini merupakan sebuah peringatan untuk aku supaya tidak ceroboh dan merugikan orang lain. Semoga kejadian semacam ini nggak terulang lagi. Aamiin.
Terima kasih sudah membaca diaryku.

Komentar
Posting Komentar