Assalamu'alaikum Diaris.
Diaris, kalian tahu Jailangkung ngga?. Mungkin sebagian dari kalian, saat mendengar kata Jailangkung, ingatan kalian langsung berfokus pada film horor boneka batok kelapa zaman dulu. Sama, aku juga gitu. Ketika mendengar kata Jailangkung yang tergambar dipikiranku adalah boneka batok kelapa yang bisa memanggil arwah (hihihi).
Beberapa bulan yang lalu, seperti biasa, aku punya kebiasaan nyetrika pakaian sambil nonton youtube, biar nggak bosan. Salah satu kanal youtube favoritku adalah milik Ustadz Faizar, itu loh peruqyah syar'i. Entah kenapa aku suka aja nonton kanal youtubenya. Bukan berarti aku suka lihat orang kesurupan saat diruqyah ya. Menurutku kanal youtube Ustadz Faizar ini tuh sama seperti konten-konten dakwah ustadz pada umumnya, hanya saja metodenya yang berbeda.
Tak hanya mendengarkan bacaan Alqur-an yang dilantunkan oleh Ustad Faizar saja, atau mendengarkan teriakan narasumbernya saat diruqyah, tapi melalui kanal youtube ini, aku bisa mendengarkan ragam pengalaman hidup dari para narasumber yang luar biasa. Tak sedikit dari pengalaman-pengalaman mereka yang menampar diri aku, si manusia nggak tahu diri ini yang terlalu banyak mengeluh dan meminta pada Allah SWT sehingga lupa bersyukur atas nikmat yang dirasakannya selama ini. Ditambah lagi dengan dakwah Ustadz Faizar dalam upaya mengingatkan, serta membantu memberi kesadaran tentang siapa diri kita sesungguhnya selain hanya mahluk Allah SWT.
Saking suka sama kanal youtube Ustadz Faizar ini, pastinya aku subscribe dong supaya dapat notifikasi jika ada video baru. Hari itu, ponselku menerima notifikasi video baru dari kanal youtube Ustadz Faizar, dan kebetulan pas banget aku mau nyetrika. Kubuka notifikasi itu, ternyata bukan video ruqyah seperti biasanya, tapi ini semacam podcast gitu dengan istri Ustadz Faizar sendiri sebagai narasumbernya.
Baca judulnya sih cukup menarik, coba deh aku tonton, berharap akan ada pelajaran hidup yang bisa dipetik seperti biasanya. Aku mendengarkan podcast tersebut dengan saksama, cukup panjang, tapi cukup seru juga. Istri Ustadz Faizar menceritakan kisah hidupnya yang cukup naik-turun dengan ragam ujian yang luar biasa. Ada juga pengalaman spiritual di dalamnya.
Namun, ada satu kisah yang cukup menarik buatku. Istri Ustadz Faizar cerita bahwa ia sempat kehilangan kesadaran setelah sebelumnya memainkan permainan Jailangkung bersama teman-teman sekelasnya, meskipun sebenarnya ia tak ikut memainkannya secara langsung, hanya menyaksikan saja. Ini bukan berarti mengklaim main Jailangkung bisa membuat pemainnya kehilangan kesadaran (kesurupan) ya, Istri Ustadz Faizar ini memang punya latar belakang kehidupan yang cukup unik. Kisah lengkapnya nonton sendiri aja ya di kanal youtube Ustadz Faizar (hehehe).
Nah, yang membuatku menarik dari kisah tersebut adalah aku jadi ingat bahwa aku juga pernah memainkan permainan Jailangkung ini waktu kecil, kira-kira usia kelas 3-4 SD kalau nggak salah. (Tahun 2000an awal).
Cara Memainkan Permainan Jailangkung Ala Bocil SD
Entah kenapa, waktu itu, permainan Jailangkung memang lagi ngehits (apaan sih), tak sedikit orang membahas dan memainkannya, pun dengan teman-teman di kelasku. Aku diajak teman-teman bocil sekelasku untuk coba memainkan permainan Jailangkung ini.
Permainan Jailangkung ini biasanya dimainkan dengan menggunakan media boneka batok kelapa, seperti yang selalu digambarkan di film-film horor Indonesia. Tapi aku dan teman-teman menggunakan media lain yaitu koin dan sebuah kertas. Jujur, aku nggak tahu dari mana aturan ini berasal, bahkan selain menggunakan boneka batok kelapa, koin, bisa juga menggunakan batang korek api. Entahlah.
Sebelum mulai memainkan permainan Jailangkung, aku dan teman-teman menyiapkan medianya terlebih dahulu, terdiri dari sebuah koin (uang jajan koin milik salah satu teman) dan selembar kertas yang sudah diisi dengan tulisan berupa deretan huruf alfabet dari A sampai Z, kemudian angka deretan angka 0 sampai 9, lanjut dengan kata Start, Yes dan No (Kenapa harus pakai bahasa inggris ya?).
Adapun aturan main dari permainan Jailangkung yang akan dimainkan adalah jumlah pemain harus terdiri dalam jumlah genap, tidak boleh ganjil. Katanya sih kalau jumlah pemainnya ganjil, yang satu bisa kesurupan (aku nggak tahu dari mana asalnya aturan ini).
Setelah mengumpulkan pemain sebanyak enam orang termasuk aku, kami pun segera pergi ke belakang sekolah sambil membawa media yang telah disiapkan. Kami pilih tempat yang cukup sepi, tapi masih terlihat orang berlalu-lalang dari kejauhan sih. Jujur, meskipun siang hari, tapi tetap ada rasa takut dalam diri kami masing-masing yang masih bocil ini.
Kami jongkok melingkar, mengelilingi kertas yang kami bawa itu. Meletakkan koin di atas tulisan 'Start', dan telunjuk kami berada di atas koin tersebut dengan catatan tidak boleh menekan, cukup menempel pada koin saja. Setelah semua siap, kami pun mulai merapal mantra,
"Jailangkung, jailangse, di sini ada pesta, pesta kecil-kecilan, datang tak diundang, pulang tak diantar".
Jika membaca kalimat dalam mantra tersebut, 'datang tak diundang', padahal para pemainnya sengaja loh mengundang mereka (yang entah siapa yang akan datang ini, wkwkwk).
Mantra itu terus saja kami rapalkan sampai pada koin itu pun bergerak sendiri. Bingung, tapi nyata. Kenapa koin itu terasa berat dan seolah menarik jari telunjuk kami untuk mengikuti gerakannya. Namun, disisi lain, aku juga menaruh curiga pada teman-temanku yang lain, siapa tahu kan di antara mereka dengan sengaja menggerakkan koin itu. Walaupun saat kutanya satu per satu untuk memastikan, tak ada satu pun dari kami yang merasa menggerakkan koin itu.
Selama koin itu bergerak perlahan kesana-kemari, kami pun mengajukan pertanyaan kepada 'si' yang kami anggap arwah gentayangan itu, mulai dari nama, umur, kenapa mati, hingga posisinya kini ada di mana.
Aku lupa siapa nama arwah itu, tapi belum sempat kami bertanya alasannya mati, lonceng sekolah pun berbunyi. Pertanda waktu kegiatan belajar di kelas telah dimulai. Kami pun mengakhiri permainan itu dengan meminta si arwah pergi, lalu koin itu bergerak ke arah tulisan 'Yes'. Oh iya, jika koin itu bergerak ke tulisan 'No', maka si arwah itu akan menghantui para pemain permainan Jailangkung seperti kami ini (dan lagi, aku tak tahu sumber aturan ini). Hiiii seremmm nggak tuh?!!.
Usai memainkan permainan Jailangkung di belakang sekolah siang itu, ada sedikit ketakutan dalam diriku. Takut si arwah tadi mengikutiku dan mengganggu hidupku, meski tadi dia sudah meninggalkan permainan.
Namun, meski ada rasa takut dalam diri, bukan berarti aku tak mau memainkannya lagi. Aku masih memainkan permainan Jailangkung itu bersama teman-temanku, kadang bermain di dalam kelas saat jam istirahat, atau di luar kelas, bahkan di majelis tempatku belajar mengaji. Parah banget ya, di tempat ngaji pun masih aja main Jailangkung. Yang pasti, aku nggak pernah memainkannya di rumah. Ngeri juga membayangkan arwah penasarannya menghantuiku di rumah.
Permainan Jailangkung ini benar-benar hits dimasa itu (wkwkwk). Aku sendiri cukup menikmati permainan ini, rasanya seperti bisa berkomunikasi dengan mahluk halus dari alam lain, walau sampai detik ini aku masih nggak percaya sih. Anggaplah hiburan (hihihi).
Permainan Jailangkung Termasuk Musyrik
Saking ngehitsnya permainan Jailangkung ini, tak sedikit teman-temanku yang lain di sekolah memainkannya juga, hingga hal ini sampai ke telinga guru kami. Pada saat mata pelajaran agama, guru kami sempat membahas permainan Jailangkung ini yang katanya musyrik.
Musyrik? Itu artinya menyekutukan Allah SWT dong. Kaget sih. Waktu itu kupikir ini hanya sebuah permainan untuk seru-seruan saja, tapi ternyata permainan Jailangkung ini mengandung unsur syirik karena berpotensi merusak akidah seseorang, khususnya pemainnya, termasuk aku. Apalagi jika permainan Jailangkung ini membuat pemainnya mempercayai kekuatan mahluk halus yang dianggap bisa menjawab pertanyaan para pemain melalui koin yang bergerak itu. Na'udzubillah. Waktu itu aku nggak berpikir sampai kesana. Lagi pula pertanyaan yang ditanyakan hanya seputar rasa penasaran kami pada identitas yang kami sebut si arwah ini, tanpa ada maksud lainnya.
Sejak mendengar penjelasan dari guru kami itu, aku pun memutuskan untuk tak lagi memainkan permainan Jailangkung, bahkan hingga sekarang pun aku masih menaruh curiga pada teman-temanku yang ikut bermain saat itu. Curiga mereka yang menggerakkan koinnya (wkwkwk). Mungkin, bisa jadi teman-temanku yang lain pun berpikiran yang sama, mencurigai aku (hihihi).
Selain takut dosa musyrik, jujur aku juga jadi sedikit paranoid. Takut arwah yang diyakini terpanggil saat memainkan permainan Jailangkung waktu itu, benar-benar mengikutiku (wkwkwk).
Disamping itu, aku pun jadi bingung sendiri, dalam agama Islam yang aku yakini bahwa bukankah mahluk, khususnya manusia, jika sudah meninggal dunia akan disibukkan dengan fase barunya di alam kubur?. Jadi, masih sempatkah untuk menjadi arwah gentayangan seperti itu?.
Seperti yang sudah kuceritakan bahwa aku suka menonton konten-konten dakwah di kanal youtube Ustadz Faizar. Selain pelajaran hidup yang bisa kupetik dari setiap kisah para narasumbernya, aku juga jadi tahu tentang hal-hal metafisika yang tentunya berdasarkan pada Alqur-an. Alqur-an tidak menjelaskan tentang adanya arwah manusia yang meninggal bisa gentayangan dan mengganggu manusia lain yang masih hidup di dunia. Namun, Alqur-an banyak menjelaskan tentang keberadaan setan yang menggoda manusia yang masih hidup di dunia agar berpaling dari jalan Allah SWT.
Awalnya, kupikir setan itu hanya sebutan untuk mahluk halus saja yang suka menjerumuskan manusia pada jalan yang salah, tapi jika membaca surat An Nas dalam Alqur-an, di sana menjelaskan bahwa setan ada dari golongan jin dan manusia. Jadi, setan itu adalah suatu sifat yang buruk yang bisa dimiliki oleh jin dan manusia, mungkin begitukah?. Jika salah, boleh dikoreksi ya, atau boleh memberi penjelasan.
Namun, setelah sering menonton konten-konten kanal youtubenya Ustadz Faizar dan mendengarkan penjelasannya, khususnya mengenai metafisik dan psikologi, aku jadi berpikir lagi apakah permainan Jailangkung yg dulu kumainkan adalah permainan psikologi, atau memang ada jin iseng yang merasa terpanggil dan ikut bergabung? (Hihihi), tapi aku jadi yakin bahwa itu bukanlah arwah gentayangan dari manusia yang mati penasaran.
Ok Diaris, itulah sedikit keseruan cerita masa kecilku yang pernah bermain Jailangkung. Diaris, ada yang pernah memainkannya juga nggak nih?. Boleh dong share ceritanya (hihihi). Terima kasih sudah membaca diaryku.
Komentar
Posting Komentar