Langsung ke konten utama

CERITA TENTANG TEMAN MASA KECIL

 


Assalamu'alaykum Diaris.


Beberapa minggu lalu aku mimpi bertemu dengan teman masa kecil yang dulu kuanggap sebagai sahabat karena kami memang sangat dekat, hanya saja ada sedikit insiden yang membuat kami akhirnya berselisih dan tak lagi dekat seperti dulu bahkan sejak saat itu aku nggak pernah percaya lagi sama yang namanya sahabat.


Aku memanggilanya Ima. Entahlah bagaimana kami menjadi dekat, aku nggak begitu ingat persisnya. Aku kenal dia saat kami masuk Sekolah Dasar, dari kelas satu. Bukan teman sebangku, kami hanya berada di kelas yang sama. Ima itu anak baik dan lemah lembut. Pokoknya baik deh aku belum pernah menemukan keburukan dari dirinya. Aku sangat nyaman bertemana dengannya, kebetulan kami juga sama-sama punya kakak yang juga berteman di kelasnya. Tak jarang sepulang sekolah kami bermain-main dulu di sekolah dengan alasan menunggu kakak kami pulang.


Kami sering iseng bertukar tas sekolah saat main di sekolah, entah apa maksudnya. Dasar bocil. Karena kebaikannya aku juga suka berbagi makanan atau jajanan dengannya. Setiap pagi kami berangkat sekolah bersama. Ima selalu datang ke rumahku setiap pagi dan menungguku yang masih bersiap-siap untuk berangkat sekolah. Aku yang super lelet ini terkadang membuat risi Mamaku. Beliau nggak enak membiarkan Ima menungguku dalam waktu yang tak sebentar. Saking keselnya, Mama tak jarang menyuruh Ima untuk duluan, tapi Ima yang baik hati selalu menolak, dia tetap sabar menunggu si lelet ini. Mama terkadang memberi uang jajan kepada Ima karena mungkin terharu dengan kebaikannya yang rela menunggu anaknya yang super lelet. Hehe.


Selain di SD, kami juga bersekolah di sekolah agama yang sama karena di kampung kami memang hanya ada satu sekolah agama sih. Tak ada bedanya, kami pun selalu berangkat ke sekolah agama bersama-sama. Setiap pulang sekolah agama, kami sering menghabiskan wakti bersama dengan bermain di rumahku. Biasanya Ima membawa baju ganti biar lebih nyaman saat kami bermain. Kami biasanya main boneka atai masak-masakan, ya mainan khas anak ceweklah ya. Kami bermain hingga mau masuk waktu ngaji. Biasanya dia pulang dulu sih sebelum berangkat ke tempat ngaji.


Kalau hari libur, kami juga sering bermain bersama. Dia main ke rumahku karena waktu kecil aku memang tidak diperbolehkan main keluar, kecuali jika memang ada kepentingan, misalnya untuk latihan menari, intinya hatus ada tujuan yang jelas. Itu pun tak boleh lewat dari waktu Dzuhur. Itulah peraturan yang dibuat oleh Mamaku waktu itu. Untung Ima baik, dia mau main di rumahku, main boneka, masak-masakan, atau belajar bareng.


Oh iya Ima juga suka kuajak menginap di rumahku kalau aku lagi sedih. Apaan sih, wakakak. Jadi, waktu kakakku masuk SMP dan mengharuskannya tinggal bersama Aki dan Nini, aku di rumah jadi tidur sendiri. Saat libur sekolah baru tuh aku tidur bareng kakakku lagi. Nah, aku suka sedih kalau kakakku kembali ke rumah Aki dan Nini sat libur sekolah habis, kadang aku nggak mau tidur di kamarku sendiri karena sedih, makanya aku suka ajak Ima menginap di rumahku biar ada teman ngobrol.


Pokoknya kami tuh sedekat itu sampai akhirnya terjadi insiden yang tak perlu kuceritakan disini detailnya karena aku sendiri lupa penyebabnya apa. Saat masuk kelas enam pertemanan kami mulai merenggang, kami jadi nggak begitu dekat bahkan sampai tak bertegur sapa. Aku hanya berpikir mungkin ada sikapku yang mengganggunya saat itu dan membuatnya enggan berteman lagi denganku, mengingat aku memang bukan orang yang baik. Sedih sih, kesal juga waktu itu. Aku sampai nangis, Mamaku juga sempat nanya akan hal ini, tapi ya sudahlah kujawab sebisaku.


Sejak saat itu aku betul-betul merasa asing dengannya, canggung, ya seperti orang yang nggak kenal meski kalau di luar sekolah kami masih saling sapa, misal bertemu di jalan. Pertemanan kami hanya sampai kelas lima SD. Saat masuk SMP yang sama pun kami tetap menjadi dua orang asing yang seolah nggak pernah berteman sebelumnya. Kami punya geng masing-masing di sekolah. Geng kami sering berselisih paham, mulai dari prestasi di sekolah hingga hal lainnya. Maklumlah ya zaman sekolah, remaja-remaja baru meletek.


Aku ingat di salah satu momen Idul Fitri, kami bertemu dan tentunya saling sapa dan bersalaman, maaf-maafan. Waktu itu aku benar-benar minta maaf dari hati padanya, aku minta maaf jika ada sikapku yang kurang mengenakan selama kami berteman.


Lulus SMP kami benar-benar kehilangan komunikasi. Kami sama-sama belajar merantau untuk melanjutkan sekolah di tingkat atas. Yang kutahu waktu itu dia masuk pondok pesantren. Sesekali kami bertemu saat libur sekolah, atau terkadang dia menyapaku lewat akun FB, sapaan yang jarang menjadi komunikasi langsung karena kami tak pernah online dalam waktu yang bersamaan.


Setelah bertahun-tahun lamanya kami tak berkomunikasi, tiba-tiba di suatu hari dia menginvite pin BB milikku. Waktu itu masih musim BBM, kalau nggak salah sekitar tahun 2015-2016. Senang rasanya dia menghubungiku lagi, aku merasa dia mau berteman lagi denganku.


Lewat akun BBM kami mulai berkomunikasi lagi. Kadang dia mengomentari statusku, aku pun sebaliknya. Aku ingat betul waktu itu dia sempat jualan brosch hijab, lucu-lucu bentuknya, dia posting di stutus BBMnya. Aku berniat membeli satu atau dua pcs, kebetulan waktu itu aku mau mudik. Lupa sih libur apa. Kami janjian untuk bertemu, Kuajak dia main ke rumah sama seperti dulu. Aku juga ingin ngobrol dan cerita banyak dengannya, tapi nyatanya rencana itu gagal. Dia nggak jadi datang ke rumah. Aku nggak tahu alasannya karena nggak ada kabar lagi setelah itu.


Betul-betul nggak ada komunikasi lagi, di BBM pun nggak. Kami kembali dengan kesibukan masing-masing. Aku dengar dia menjadi seorang pengajar di pondok pesantren. Aku berharap kami bisa bertemu di kesempatan lainnya. Namun, di suatu malam aku mendapat telpon dari Mamaku mengabarkan bahwa Ima, teman masa kecilku baru saja meninggal dalam kecelakaan motor, Mama juga bilang bahwa ternyata Ima berencana menikah di bulan depan. Sumpah, kaget aku mendengarnya. Aku nangis di kamar kost, aku kembali teringat masa kecil kami.


Belum sempat kami bertemu kembali, Alloh Swt. sudah mengambilnya lebih dulu. In Sha Alloh Ima kembali dalam keadaan husnul khotimah karena yang kutahu dia memang orang yang baik dan soleha. Selang beberapa minggu setelah kepergia Ima, Mama menelponku dan bercerita bahwa Ibunya Ima baru saja dari rumah. Kata Mama, Ibunya Ima bercerita tentang beberapa minggu sebelum Ima meninggal, Ima banyak menceritakan masa kecil kami, Ibunya Ima juga bertanya apakah benar aku dan Ima suka bertukar tas sekolah karena hal itu juga yang Ima ceritakan sebelum Ima meninggal.


Ya ampun, mendengar itu aku nangis lagi. Aku berharap semoga aku bisa menjadi orang baik seperti dia dan kami bisa bertemu di surgaNya nanti. Aamiin. Diary kali ini hanya dokumentasi pribadi saja sebagai bentuk kerinduan pada teman masa kecilku. Terima kasih.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Awal Mula Terkena Eye Floaters

  Eye Floaters Itu Apa Sih? Assa lamuálaykum , Diaris. Alhamdulillah aku udah nulis lagi sekarang. Mudah-mudahan bisa istiqomah  seperti janjiku dari dulu. Beberapa bulan lalu aku sempat vakum nulis di Blog. Bukan karena malas atau kena writer’s block, tetapi ada sedikit masalah dengan kesehatan mataku, ditambah lagi aktivitas sehari-hariku sebagai ibu rumah tangga yang cukup padat, anakku lagi fase aktif-aktifnya, serba ingin eksplor sana-sini. Sok sibuk banget deh aku pokoknya. Hehehe. Bicara tentang kesehatan mata yang menjadi alasanku vakum nulis di Blog. Aku lupa persisnya. Kalau nggak salah sekitar Bulan Juli 2022. Awalnya aku merasakan ada yang aneh dengan mataku yang sebelah kiri. Setelah kucari tahu dari berbagai sumber ternyata mataku yang sebelah kiri menderita Eye Floaters . Berdasarkan informasi yang kudapat dari laman alodokter, floaters adalah bayangan berbentuk bintik atau garis yang tampak mengambang atau melayang-layang pada penglihatan. Floaters sering terjadi dan um

Pengalaman lahiran normal anak pertama di Rumah Sakit

  Assa lamu’alaikum… Dear diary. Kali ini aku hanya ingin berbagi cerita tentang pengalaman melahirkan anak pertama di rumah sakit dengan harapan ada manfaat yang bisa diambil dari pengalaman pertamaku ini. Kenapa Rumah Sakit? Sebelum memilih rumah sakit, aku mengunjungi bidan terlebih dahulu untuk memastikan di dalam rahimku ada calon bayi setelah kuyakin dengan benar test pack  yang kupakai bergaris dua, tapi di sana aku tidak mendapatkan apa-apa selain hasil tensi darah bahkan bu bidan tak menyentuh perutku sama sekali karena alasan usia kandunganku terbilang masih sangat muda, “belum kepegang” begitu katanya. Dia juga bilang bisa saja aku menstruasi lagi dan menyarankan untuk berkunjung lagi bulan depan. Kondisiku makin hari makin nggak karuan. Aku mulai merasakan pusing, mual, muntah hingga badan terasa lemas. Tak tahan rasanya jika harus menunggu hingga bulan depan. Kuputuskan untuk periksa ke dokter saja sekalian USG dan siapa tahu dikasih vitamin atau obat pereda rasa mual. Seb

Muntah darah saat hamil trimester pertama, mungkin ini penyebabnya...

Assalamu’alaikum…. Muntah darah. Kok ngeri ya judulnya berdarah-darah. Jadi, ini adalah pengalaman pertamaku menjalani kehamilan. Seperti wanita-wanita hamil pada umumnya yang mengalami morning sickness yaitu suatu kondisi dimana wanita hamil merasa mual dan muntah pada trimester pertama. Memang tidak semua wanita hamil mengalaminya, tapi morning sickness wajar dirasakan oleh wanita hamil karena adanya peningkatan hormon beta HCG . Berdasarkan informasi yang didapat dari Halodoc.com, kondisi tersebut dikatakan normal dan pertanda baik karena mengindikasikan adanya plasenta yang tumbuh dengan baik dan normal.  Meski begitu, morning sickness bisa saja mengganggu aktivitas sehari-hari bahkan dapat membahayakan jika mual dan muntah dirasa berlebihan, seperti yang pernah kualami di trimester pertama. Jika dilihat dari kalimatnya, morning sickness harusnya terjadi pada pagi hari. Namun, kenyataannya dapat dirasakan dalam beragam waktu, entah itu pagi, siang, sore atau malam. Aku sen