Assalamu'alaykum Diaris.
Sebelum masuk bulan Ramadan, aku dan suami berencana untuk nyoba staycation bersama anak balita kami di sebuah resort yang masih berada di kota tempat tinggal kami setelah lebaran nanti. Rencana ini berawal dari sebuah iklan yang lewat di beranda sosial media suamiku. Iklan sebuah resort dengan fasilitas tempat main anak outdoor yang cukup menarik. Sebenarnya yang menjadi tujuan kami adalah tempat main anaknya, tapi kami pikir apa salahnya jika kami mencoba sekalian staycation di sana sekali-kali, lagian tempat main anak tersebut tidak dibuka untuk umum juga kan.
Namun, ternyata semua itu hanya sebuah rencana. Berkaca dari pengalaman mudik lebaran tahun ini, anak balita kami tidak mudah beradaptasi dengan tempat baru. Butuh waktu yang tak sebentar untuk meyakinkan anak balita kami bahwa situasi yang diluar kebiasaannya ini adalah aman, misalnya saat mengajak anak balita kami masuk ke rumah kakek dan neneknya, juga saat mengajaknya tidur di kamar baru kami, kamar di rumah kakek dan neneknya yang tampak asing baginya. Sebenarnya ini bukan kali pertamanya, ini merupakan mudik ketiga bagi anak balita kami, tapi ya mungkin dulu dia belum begitu detail mengingat.
Anak balita kami begitu kesulitan saat hendak tidur, dia juga jadi lebih senang main diluar rumah karena nggak betah berada di rumah kakek dan neneknya, untung aja dia masih mau makan, nggak terganggu meski jam tidurnya berantakan. Jam tidur anak balita kami pun semakin berantakan sepulang mudik kemarin. Jadi, kami putuskan untuk fokus memperbaiki jam tidurnya dulu deh. Disamping itu, anak balita kami juga belum terbiasa makan diluar, misalnya di resto, selain di rumahnya sendiri. Waktu dia bayi hingga sekarang, kami tidak pernah mengajaknya makan di resto karena banyak faktor, ditambah lagi masih heboh covid-19 waktu itu. Mungkin hal itu yang membuatnya belum terbiasa makan selain di rumah. Atas dasar beberapa faktor itulah aku dan suami membatalkan rencana staycation.
Jam tidur anak balita kami benar-benar bisa dibilang berantakan. Hampir setiap hari tidur lewat tengah malam, bahkan parahnya lagi pernah hampir menjelang subuh. Pernah tidur lebih cepat, tapi dia bangun lagi saat tengah malam dengan segala aksinya hingga kembali tertidur dini hari menjelang subuh. Rasanya tuh seperti baru melahirkan lagi. Kami semua jadi sering begadang dan kurang konsentrasi saat siang hari. Apalagi suami yang harus bekerja. Meski kerja remote dari rumah, bukan berarti bisa seenaknya kan, ditambah lagi dia harus berkutat dengan kode-kode pemrograman yang membutuhkan konsentrasi penuh.
Waktu anak balita kami berusia satu tahunan, kondisi tersebut pernah juga kami alami dan salah satu solusinya adalah membiarkan dia capek dengan mengajaknya pergi bermain ke tempat wisata outdoor atau sekadar jalan-jalan sekitar tempat tinggal kami, tapi entah kenapa sepulang mudik anak balita kami menolak untuk diajak pergi keluar rumah, kecuali naik mobil katanya, dia yang bilang sendiri. Duh, bocil ada-ada aja. Efek keseringan berkendara sana-sini selama mudik kayaknya.
Akhirnya kami putuskan untuk mengajaknya pergi ke tempat wisata outdoor. Aku coba cari beberapa referensi tempat wisata outdoor yang tak begitu jauh dari tempat tinggal kami, mengingat anak balita kami yang sering bangun siang karena begadang, ditambah lagi cuaca masih sering hujan juga, kami nggak mau menghabiskan waktu terlalu lama di perjalanan. Aku mencari tempat wisata outdoor yang sekiranya cocok untuk anak balita kami yang begitu senang berinteraksi dengan hewan-hewan.
Setelah mencari dan menimbang-nimbang, akhirnya aku pilih Cimory Dairyland yang berlokasi di Jl. Raya Puncak Gadog, Cipayung Girang, Kec. Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat 16770. Namun, setelah berdiskusi dengan suami, kami meragukan untuk bisa ke sana di hari weekend yang tahu sendirilah ya seperti apa padatnya jalanan arah puncak apalagi kalau sudah ada one way. Dengan berbesar hati, suamiku memilih untuk cuti di suatu hari Kamis. Sayang anak, sayang anak, wkwkwk.
Kamis pagi itu cuaca masih hujan dari semalam. Aku dan suami sudah pasrah aja. Sebenarnya kami punya dua opsi tempat wisata outdoor. Jika anak balita kami bangun pagi, Cimory Dairyland menjadi pilihan, tapi jika anak balita kami bangunnya siang maka Kuntum Farmfield adalah pilihannya, meski Kuntum Farmfield sudah pernah kami kunjungi, tapi daripada nggak sama sekali kan. Untuk ke Kuntum Farmfield tak perlu mengkhawatirkan yang namanya macet layaknya jalur puncak, weekend atau weekday nggak terlalu masalah. Dan lagi hari itu anak balita kami bangun siang karena semalam tidurnya terlalu larut.
Setelah menunggu hingga siang hari, alhamdulillaah hujan mulai reda walau belum nampak cerah, langitnya masih putih tertutup awan. Suamiku memintaku untuk bersiap-siap. Kupikir suamiku akan mengajak pergi ke Kuntum Farmfield karena memang saat itu sudah mau masuk Dzuhur. Aku juga nggak nanya. Lagian nggak kebayang deh kalau pergi Cimory Dairyland karena meski weekday bukan berarti akan terbebas dari macet, ditambah lagi langit masih belum nampak cerah. Namun, ada sesuatu yang aneh saat suamiku pesan taksi online, tiba-tiba dia bergumam "oh iya e-toll" begitu katanya sambil bergegas mengambil kartu e-toll. Lah... ke Kuntum Farmfield ngapain pakai e-toll. Tapi aku masih mikir buat bayar parkir kali ya, atau mungkin lewat tol Ciawi biar nggak kena macet di Sukasari atau dimanalah. Entah aku nggak ngerti, cuma sok tahu, wakakak.
Akhirnya semua sudah siap. Taksi online pun sudah datang. Sekitar setengah satu kami mulai perjalanan. Mbak sopir taksi online bilang ke suamiku, memastikan bahwa suamiku bawa kartu e-toll. Saat itu aku yang masih berpikir bahwa kami akan pergi ke Kuntum Farfield. Setelah berada di pertigaan lampu merah pertama, Mbak Sopir mengambil jalan lurus ke arah Empang sambil bilang seolah memastikan bahwa dia memilih jalur itu karena arah stasiun macet. Aku bergumam dalam hati "lah kan kalau ke Kuntum Farfield emang lewat jalur empang daripada arah stasiun, lebih dekat".
Setelah masuk lampu merah di Empang, Mbak Sopir belok kiri menuju arah BTM dan arah tol tentunya, padahal biasanya kalau ke Kuntum Farmfield itu cukup lurus masuk arah Sukasari. Mbak Sopir juga memastikan bahwa kami akan lewat jalur tol biar nggak macet. Okelah, hari itu kami pergi ke Kuntum Farmfield lewat tol. Gaya amat dah.
Siang itu aku hanya duduk diam menikmati suasana jalan tol yang sepi. Beberapa saat lagi kami akan segera menuju pintu keluar tol. Dari kejauhan aku melihat tulisan "Puncak-Taman Safari" dengan tanda panah ke arah kiri, dan tulisan "Ciawi" dengan tanda panah ke arah kanan. Dan eh, si Mbak Sopir ternyata pilih jalan sebelah kiri. Barulah aku tahu ternyata kita mau ke Cimory Dairyland. Kenapa nggak nanya dari tadi aja ya, nggak usah nebak-nebak.
Setelah melewati beberapa titik kemacetan, sekita jam setengah dua siang, sampailah kita di TKP, Cimory Dairyland. Mbak Sopir berhenti tepat di depan lobby. Kami segera turun dan menyaksikan ternyata lumayan banyak juga pengunjungnya saat weekday. Kami melewati pintu lobby. Di depan kami terdapat loket pembelian tiket, di sebelah kanan terdapat tempat beraneka macam oleh-oleh yang sedang dipadati pengunjung, dan di sebelahnya terdapat tempat untuk menukarkan kartu. Sedangkan sebelah kiri adalah pintu masuk Cimory Dairyland.
Kami menuju loket dan melihat-lihat harga tiket masuk yang tertera di depan kami. Kasir loket menawarkan beberapa paket tiket masuk Cimory Dairyland. Di Cimory Dairyland Puncak ini terdapat tiga arena yang bisa dikunjungi, diantaranya, Dairyland, Magic Village, dan De Windmills, dengan rincian sebagai berikut:
Harga Tiket Masuk Dairyland Puncak
Dairyland: Rp. 30.000,- (weekday), Rp. 40.000,- (weekend)
Magic Village: Rp. 30.000,- (berlaku untuk weekend dan weekday)
De Windmills: Rp. 30.000,- (berlaku untuk weekday dan weekend).
Paket 2
Paket ini berlaku untuk dua arena yang bisa dikunjungi dengan pilihan sebagai berikut:
Dairyland + Magic Village: Rp. 55.000,- (Weekday), dan Rp. 65.000,- (Weekend).
Dairyland + De Windmills: Rp. 55.000,- (Weekday), dan Rp. 65.000,- (Weekend).
Paket 3
Paket ini berlaku untuk mengunjungi ketiga arena, mulai dari Diaryland, Magic Village, dan De Windmills, dengan harga Rp. 75.000,- saat weekday, dan Rp. 85.000,- saat weekend.
Daftar harga di atas hanya untuk tiket masuk setiap arena saja, tidak termasuk tiket naik wahana. Kalau mau naik wahana yang terdapat di dalam arena harus bayar lagi, termasuk memberi makan hewan, kita harus membeli makanannya secara terpisah. Harga tiket masuk tersebut hanya berlaku untuk satu kali kunjungan.
Kami memilih paket tiga supaya bisa masuk ke tiga arena sekaligus tanpa perlu transaksi-transaksi lagi. Untuk setiap transaksi selama di arena hanya menggunakan siatem Cashless (nontunai). Kami diberikan tiga kartu dengan saldo tiket masuk dan deposit senilai 10.000 rupiah yang bisa ditukar di loket penukaran samping tempat oleh-oleh. Mbak Kasir juga menawarkan kepada kami untuk sekalian isi saldo bilamana kami ingin menaiki wahana di setiap arena, tapi kami menolak karena katanya di setiap arena pun ada loket untuk isi saldo kartu tiket. Lagian anak balita kami juga belum tentu tertarik dengan wahana-wahana di sana.
Setelah mendapatkan tiga kartu tiket masuk dan free tiga buah yougurt Cimory, mulailah kami berpetualang di Cimory Diaryland Puncak. Kami melewati pintu masuk dan langsung disuguhkan dengan pemandangan yang layaknya peternakan luas, seperti di game Hayday yang dulu sering kumainkan. Sekarang masih ada nggak tuh gamenya?.
Dairyland
Destinasi pertama yang kami kunjungi adalah arena Dairyland. Penjaga arena membantu kami untuk men-tap kartu tiket dan kami pun bisa berjalan-jalan di sana melihat aneka hewan jinak, mulai dari domba, kambing, sapi, kuda, kambing, kelinci, ayam (nama ayamnya aku lupa, tapi mirip ayam kalkun, angsa, ikan, unta, alpaka, burung unta, musang, berang-berang, kura-kura, hamster, reptil (iguana dan ular), dan masih banyak lagi. Takut ada yang terlewat. Di sana kita bisa berinteraksi dengan memberi makanan hewan-hewan.
Selain terdapat banyak hewan, di Diaryland juga terdapat playground outdoor. Anak-anak bisa bermain di sana, mulai dari main pasir, perosotan, dll. Sayang sekali anak balita kami tidak begitu tertarik bermain di playground, ditambah lagi cuaca mulai terasa panas. Ada juga wahana menunggang kuda, keliling Dairyland dengan traktor, dan di sana juga terdapat permainan memanah dan katapel raksasa, begitu aku menyebutnya, wakakak.
De Windmills
Setelah puas berkeliling di Dairyland, lalu kami berpindah ke destinasi kedua yaitu De Windmills. Saat masuk ke sana, pandangan kami dimanjakan dengan hamparan kincir angin warna-warni, sekilas seperti deretan taman bunga. Suamiku pun kaget, dia kira taman bunga, hehehe.
Kami berjalan mengikuti setiap langkah ank balita kami dengan menatap indah di samping kanan-kiri hamparan warna-warni. Sepertinya arena ini khusus untuk mengabadikan momen liburan, terlihat dari banyaknya spot foto di sana dengan background kincir angin warna-warni, ada juga terowongan yang dihiasi burung kertas warna-warni, sungguh menggemaskan.
Kita juga bisa menikmati keindahan De Windmills secara keseluruhan dari atas dengan menaiki wahana Sky Ride. Sambil menggoes, sambil melihat beraneka warna-warni De Windmills. Seru kan?, Coba deh.
Magic Village
Merupakan arena terakhir yang kami kunjungi. Di Magic Village ini kita akan diajak berjalan-jalan layaknya di hutan rahasia seperti di negeri dongeng. Saat memasuki Magic Village suasananya tuh terasa sejuk banget. Di samping kiri terdapat air mengalir begitu jernih dengan suara khas air yang cukup membuat rileks.
Di sana terdapat rumah-rumah hobbit yang dihuni oleh para kurcaci yang ramah-ramah. Sama seperti arena lainnya, Magic Village menyediakan banyak spot foto yang instagramable, termasuk kita juga bisa berfoto dengan para kurcaci penghuni rumah hobbit. Tak lupa pula ada beberapa hewan liar khas hutan di sana, seperti ular, kera, burung, burung hantu, dan musang yang menambah suasana benar-benar seperti sedang berada di hutan rahasia negeri dongeng. Hewan-hewan tersebut tentunya berada di dalam kandang ya.
Selain ketiga arena teraebut, di sini juga terdapat wahana lain yang bisa kita nikmati, seperti mengendarai ATV, bermain gokart, dan berkeliling dengan menaiki tractor, ada juga layanan untuk menyewa pakaian ala-ala belanda untuk berfoto. Seru kan??.
Menjelajahi ketiga arena ini cukup menyenangkan dan melelahkan, apalagi cuaca yang mulai terasa panas membuat badan aktif mengeluarkan keringat, tapi tak masalah, tak perlu takut kehausan apalagi dehidrasi karena di setiap arena menyediakan snack counter yang menjual makanan dan minuman.
Bagaimana nih Diaris, tertarik untuk liburan ke Cimory Dairyland?. Cimory Dairyland Puncak buka dari jam 08.00 pagi sampai jam 05.00 sore untuk weekday, sedangkan saat weekend mulai buka jam 07.00 pagi sampai jam 05.30 sore. Oh iya, selain snack counter di setiap arena, di Cimory Dairyland ini juga menyediakan fasilitas lain, seperti resto, tempat ibadah, dan toilet, pokoknya lengkap deh.
Berhubung anak balita kami sudah tampak kelelahan dan ngantuk, dan kami pun mulai merasa lapar, akhirnya kami putuskan untuk pulang. Sebenarnya kepingin makan dulu di resto, tapi ya gimana ya rasanya belum bisa ajak si anak balita makan di sana, dia pasti menolak.
Sebelum pulang, kami sempatkan untuk berkunjung ke tempat oleh-oleh. Di sana banyak sekali makanan-makanan, mulai dari makanan berat, seperti bolu-boluan hingga makanan ringan, seperti olahan keripik, sisanya produk minuman yang terbuat dari susu sebagai ciri khasnya. Nggak banyak yang kami beli di sana, hanya beberapa pie, keripik dan mochi. Sementara aku membayar makanan di kasir, suamiku pergi ke tempat penukaran kartu. Tiga kartu tiket kami ditukar dengan uang deposit 10.000 rupiah dari masing-masing kartu.
Sekitar jam 3 sore, kami pun pulang dengan taksi online yang telah dipesan suamiku. Selama di perjalanan pulanh anak balita kami hanya makan beberapa cemilan, lalu tertidur, benar-benar tampak lelah. Sore itu jalanan cukup lancar, hanya macet sedikit di dekat pintu masuk tol. Akhirnya sampai rumah sekitar jam 4 sore. Demikian cerita kami jalan-jalan ke Cimory Dairyland Puncak. Semoga bermanfaat ya. See you.
Komentar
Posting Komentar