Assalamu'alaykum Diaris.
Sebelum lanjut nulis, aku mau ucapkan "Selamat Hari Raya Idul Fitri" untuk kita semua yang menjalankan. Semoga setelah melewati bulan Ramadan kita semua menjadi oribadi yang lebih baik lagi dari sebelumnya. Aamiin. Hari lebaran kemarin Diaris sibuk apa aja nih?. Sebagai pasangan perantauan, aku dan suami selalu memiliki agenda mudik setiap lebaran, mumpung masih diberi kesempatan bersilaturahmi dengan keluarga, khususnya orang tua kami.
Agenda mudik yang dibuat masih sama seperti tahun sebelumnya. Tinggal beberapa hari di rumah mertua dan orang tuaku secara bergantian, lalu pergi berziarah ke pusara almh. Mamaku. Seperti biasa suamiku ambil cuti selama satu minggu, mulai dari sebelum hingga sesudah lebaran. Fyi, di tempat kerja suamiku nggak berlaku yang namanya libur cuti bersama, makanya harus ambil cuti khusus.
Hari Sabtu diminggu sebelum lebaran, bakda Dzuhur kami berangkat mudik menggunakan jasa taksi online. Jalanan begitu padat oleh kendaraan, ditambah lagi jalanan di tempat tinggalku memang langganan macet. Mudik tahun ini memang sudah kuprediksi akan berbeda dengan tahun sebelumnya yang selalu terhindar dari yang namanya macet. Selain berangkat mudik dihari orang lain mulai libur kerja, kami juga mendapat info bahwa telah terjadi longsor di tol Parungkuda yang biasa kami lewati saat mudik. Longsor tersebut menghabiskan sebagian jalan tol sehingga jalan tol harus ditutup dan para pengendara terpaksa menggunakan akses jalan seperti sediakala.
Agak sedih sih karena nggak bisa lewat tol. Bayangkan aja dengan lewat tol, aku bisa lebih cepat sampai di rumah mertuaku, seperti tahun kemarin yang tak sampai dua jam kami sudah bisa beristirahat di rumah mertuaku. Namun, kali ini kami membutuhkan waktu kurang lebih empat jam untuk tiba di TKP karena terjebak macet disana-sini, padahal normalnya bisa ditempuh selama dua setengah jam perjalanan.
Setelah berhasil bersabar melewati kemacetan panjang, sekitar jam 5 kurang 10 menit di sore hari kami telah sampai di TKP, rumah mertuaku. Tujuan pertama memang menginap di rumah mertuaku sampai hari Minggu. Hari Senin barulah kami menuju ke rumah Bapak, orangtuaku sekalian pergi berziarah ke pusara almh. Mama yang berada di daerah tempat kelahiranku. Untuk menuju kesana membutuhkan waktu tempuh kurang lebih 2,5 jam perjalanan. Jadi, kami memutuskan untuk berangkat pagi, sekitar jam 9, udah bisa dibilang siang ya.
Alhamdulillaah perjalanan kesana cukup lancar, tidak dihadang oleh kemacetan, yang ada hanya medan yang berkelok-kelok yang membuatku sering merasa pusing, bahkan dulu waktu kecil bisa sampai muntah kalau melewati jalan itu. Setengah 12 siang kami sampai TKP, rumah masa kecilku yang kini hanya dihuni oleh seorang adik laki-laki Mama. Kondisi rumahnya cukup mengkhawatirkan sih, tidak terawat, banyak debu dimana-mana, banyak pula material bangunan yang sudah usang. Saat tiba di TKP, pintu rumah terbuka, tapi tak ada orang di dalamnya. Setelah kutelpon, ternyata pamanku ini sedang berada di daerah lain. Hmmm... keren juga ya meninggalkan rumah dengan pintu yang terbuka, wakakak.
Setelah adzan berkumandang, kami melakukan shalat Dzuhur secara bergantian, lalu menyiapkan makan siang untuk anak-anak, diantaranya ada anakku dan dua keponakanku. Oh iya aku pergi berziarah bersama Bapak, suamiku, anakku, kakakku beserta kedua anaknya. Setelah itu, kami pergi ke pusara almh. Mama.
Sepulang dari pusara, kami mengobrol sebentar dengan adik-adiknya almh. Mama. Sekitar jam 3 kurang lima menit kami pun kembali pulang, berharap tidak kesorean sampai rumah Bapak. Rencananya aku akan menginap di rumah Bapak sampai hari lebaran tiba sekalian belajar masak menu lebaran bersama Kakakku.
Esok paginya aku diajak ke pasar untuk membeli keperluan masak hidangan lebaran. Aku kurang begitu suka belanja di pasar karena terlalu banyak orang (namanya juga pasar ya kan, sombong amat), aku paling nggak bisa kalau harus desak-desakkan dengan banyak orang. Benar saja pasar dekat rumah pagi itu cukup ramai pengunjung. Aku dan Kakakku mampir di salah satu stand sayuran untuk membeli bumbu seperti bawang, cabai, dan bahan lainnya. Setelah itu, kami mampir ke penjual santan. Sebelum pulang, aku melipir dulu ke tempat penjual ikan basah, aku beli beberapa ekor ikan kembung untuk anakku.
Aku membantu Kakakku memasak hidangan untuk lebaran, mulai dari rendang, semur daging, sambal goreng kentang, dan kari iga sapi. Cukup lelah juga ya ternyata masak sebanyak itu. Untuk ketupat kami memilih membeli yang sudah jadi, biar praktis.
Hari lebaran tiba. Kami semua bersiap untuk melaksanakan shalat sunah Idul Fitri, eh hanya laki-laki aja sih, aku dan kakakku menemani anak-anak di rumah, ditambah lagi di daerah tempat tinggal Bapak tuh perempuan tidak diperkenankan untuk melaksanakan shalat Idul Fitri di masjid. Setelah itu, kami semua sungkeman, lalu menyantap hidangan lebaran sambil selang-seling bersalamana dengan tamu-tamu yang datang ke rumah.
Siangnya, sekitar bakda Dzuhur aku, suami, dan anak balitaku berkunjung lagi ke rumah mertua dan berniat menginap lagi di sana karena kemarin baru menginap sehari di sana. Jarak dari rumah Bapak ke rumah mertua bisa ditempuh selama 30 menit. Jadi, bisa bolak-balik. Kami berencana untuk kembali ke tempat rantau pada esok harinya, berhubung tiba-tiba badanku merasa kurang fit, ditambah lagi perutku sakit karena hari pertama haid, akhirnya diurungkan menjadi lusa.
Seperti yang sudah direncanakan. Hari Jum'at pagi kami berangkat pulang kembali ke tempat perantauan. Jalanan mulai padat lagi, meski masih bisa merayap. Jalanan dipenuhi dengan mereka yang hendak berwisata ke pantai. Meski begitu, alhamdulillaah kami bisa segera sampai di rumah sebelum shalat Jum'at dimulai.
Itulah cerita mudik lebaran keluarga kecilku tahun ini. Tak ada yang berbeda dari tahun sebelumnya, tak ada acara wisata-wisata juga, masih sama seperti biasanya. Bagaimana cerita mudik lebaran Diaris?. Yuk cerita dong, hehehe. Semoga menghibur dan bermanfaat ya. See you.
Komentar
Posting Komentar