Langsung ke konten utama

Drama Paket Tertukar Saat Belanja Online

 Assalamu'alaykum Diaris.


"Permisi, paket!"

Salah satu hiburan seorang emak-emak yang menolak tua ini adalah mendengar suara mas kurir meneriakan kata 'paket' di depan rumah. Seru kan ya, apalagi kalau suaranya terdengar setiap hari. Hidup di zaman yang serba canggih itu memang mengasyikan. Meski masih membudayakan photo copy KTP, setidaknya sekarang aku si emak-emak yang mageran ini bisa melakukan banyak hal secara online, salah satunya belanja. Mulai dari belanja kebutuhan anak, kebutuhan dapur, hingga kebutuhan pribadi. Makanya jangan heran buat yang kebetulan tetanggaan sama aku kalau sering mendengar suara orang panggil-panggil 'paket' depan rumah.


Enak ya belanja secara online, cukup buka aplikasi e-commerce dari rumah, bisa sambil rebahan, sambil duduk, sambil berdiri, bahkan sambil kayang pun bisa kayaknya, tinggal scroll-scroll barang yang dimaksud, bayar (apalagi kalau ada gratis ongkos kirim, hu.... senangnya...), lalu tunggu mas kurir bawa barangnya. Bisa juga pakai layanan bayar di tempat saat barang sudah tiba atau yang lebih dikenal dengan nama COD (Cash On Delivery), bahkan sekarang bisa cek barangnya dulu takutnya tidak sesuai, baru dibayar. Tapi aku lebih suka bayar secara online dibandingkan COD karena menurutku lebih praktis aja, sat-set.


Meski menurutku belanja secara online ini lebih praktis dan nyaman, tapi menurutku juga belanja secara online ini sama saja dengan belanja offline atau yang biasa kusebut langsung berangkat ke TKP, memiliki nilai plus dan minus, mulai dari barang yang tidak sesuai sampai salah kirim paket yang sudah beberapa kali ini kualami. Meski begitu, tetap saja belanja online masih menjadi pilihan di hati, hahaha.


Kesal nggak sih kalau barang yang sudah kita beli, bahkan sudah dibayar belum sampai di tangan, tapi sudah dapat laporan 'pesanan diterima'. Nah loh, diterima sama siapa woy?. Untungnya kalau belanja di aplikasi e-commerce suka ada photo bukti penerimaan paketnya, setidaknya bisa ketahuan itu paket mendarat dimana.


Aku tahu akan selalu ada yang namanya human error karena manusia tempatnya salah, punya keterbatasan, baik itu keterbatasan tenaga, waktu, pikiran, dan lain sebagainya. Pun dengan kurir-kurir yang tengah berkeliling dari satu alamat ke alamat lain dengan bungkusan paket bertumpuk-tumpuk pasti tak mudah menghindar dari yang namanya human error itu, apalagi kalau udah sore, mana hujan lagi kan, belum lagi si yang empunya paket nggak ada di rumah, puyeng-puyeng dah tuh.


Aku sangat memaklumi itu karena aku pun seorang manusia yang tak jarang melakukan salah, tapi kalau sudah sadar akan kesalahan, baiknya berusaha untuk memperbaiki bukan mengulang lagi kesalahan.


Diary kali ini terpaksa aku tulis karena aku sedikit kesal gara-gara paket yang tertukar-tukar, entah kurirnya salah baca, atau memang ada kesalahan dalam penulisan alamatnya, tapi yang pasti aku sudah menuliskan alamat rumah dengan benar dan lengkap. 



Aku ingat kejadian itu pertama terjadi waktu aku tinggal di rumah kontrakan. Tengah hari itu aku kedatangan kurir yang mengantar sebuah paket, aku yang lagi repot gendong anakku yang masih bisa dibilang bayi karena umurnya masih dibawah satu tahun, mengambil paket itu tanpa dibaca terlebih dahulu, lalu dengan secepat kilat kurir itu pergi untuk melanjutkan kembali pekerjaannya. Setelah kepergian kurir itu, tak sengaja terbaca daftar isi paket tersebut yang ternyata sebungkus keju. Aneh juga sih karena aku nggak pesan keju, dan jika itu paket suamiku, untuk apa pesan keju?. Akhirnya kubaca semua tulisan yang ada di paket itu dan memang itu bukan milik salah satu dari kami.


Aku cerita ke suami tentang paket itu. Awalnya aku berniat untuk mengantarkan ke alamat yang tertera di sana, alamatnya sama dengan alamatku hanya beda nomor rumah saja, tapi aku nggak tahu nomor rumah tersebut dimana karena ternyata tetangga sekitarku tak memiliki nomor rumah tersebut. Jadi, lokasi rumah kontrakanku itu berada di dalam gang, di tengah perkotaan dengan penduduk yang tak begitu banyak. Aku berpikir mungkin si pemilik paket ini berasal dari warga di luar gang. Okelah akhirnya kuurungkan niat karena repot juga harus keliling-keliling cari alamat, suamiku sibuk kerja, sedangkan aku juga sibuk menjaga bayiku.


Dua hari kemudian seorang kurir datang ke rumah. Aku tahu dia kurir dari pakaian yang dikenakan, seragam salah satu perusahaan ekspedisi. Kebetulan suamiku yang menemuinya. Sesuai dugaan kami, kurir itu mau mengambil paket yang dua hari lalu salah kirim. Setelah itu, dia kembali melanjutkan pekerjaannya.


Nggak sampai disitu. Beberapa minggu kemudian, muncul lagi kejadian serupa, seorang kurir mengirim paket lagi ke rumah. Dan lagi aku yang menerimanya. Saat itu aku membaca si penerimanya, tapi kalah cepat dengan si kurir yang langsung tancap gas meninggalkan TKP, mungkin sedang dikejar target. Untungnya si penerima paket adalah tetanggaku yang rumahnya persis di depan rumah kontrakanku. Yoweslah ya kali ini biar aku saja yang mengantarkan paket ke si penerima yang sesungguhnya.


Untuk kejadian selanjutnya terjadi pada diriku ini, aku mengalami sendiri bagaimana kesalnya paketku nggak sampai-sampai di rumah. Kejadiannya itu terjadi saat aku baru beberapa bulan pindah rumah. Seperti biasa aku belanja online, kebetulan yang kubeli waktu itu adalah sikat gigi silicon anakku yang harganya hanya ribuan rupiah tanpa gratis ongkos kirim.


Selama beberapa bulan tinggal di alamat baru, baru kali ini paketku nyasar ke rumah orang lain. Udah nggak aneh memang jika belanja online terus paket telat sampai di rumah karena ada kendala selama perjalanan pengiriman asalkan dengan catatan status di aplikasinya "masih dalam perjalanan", tapi lain cerita kalau status di aplikasinya "pesanan telah sampai, bahkan yang bikin bingung lagi adalah tulisan "diterima oleh tetangga", lengkap dengan bukti photo berlatar belakang halaman rumah orang lain yang nampak asing bagiku. Saat itu aku memang belum banyak mengeksplore lingkungan baruku, aku belum hafal semua rumah-rumah tetanggaku, ada sih beberapa tetangga yang kukenal, itu pun yang rumahnya sangat berdekatan dengan rumahku.


Balik lagi ke cerita paketku yang nyasar entah dimana. Kesal sih karena hari dan tanggal dimana paket itu statusnya "telah dikirim", posisinya aku sedang ada di rumah, pun dengan suami yang masih kerja remote dari rumah, ditambah lagi kami memang lebih sering berada di rumah, dan pada hari itu nggak ada satu pun kurir yang antar paket ke rumah, terus lucunya lagi si kurir yang ternyata seorang perempuan ini (aku tahu dari namanya) memberi keterangan bahwa "paket diterima oleh tetangga" dan itu artinya dia menyadari bahwa rumah itu bukan rumah si penerima paket yang sesungguhnya. Entah apa maksud dibalik semua ini?.


Berhubung aku belum tahu keberadaan paketku ini, akhirnya kubuat laporan di aplikasi e-commerce yang bersangkutan berharap paketku akan kembali, dan benar saja lusanya ada seorang kurir yang ternyata benar seorang perempuan itu datang ke rumahku menjelang Maghrib. Kupikir dia mau mengembalikan paketku yang nyasar itu, tapi ternyata dia hanya minta photo selfie dengan suamiku yang kebetulan menemuinya. Dia bilang paketnya belum berhasil diambil karena si pemilik rumah sering nggak ada di tempat, tapi dia minta photo selfie sebagai report bukti bahwa paket telah sampai di penerima sesungguhnya, dia juga berjanji akan segera mengambil paket itu dan mengirimkannya ke rumah kami.


Sejak hari itu aku menunggu si mbak kurir yang telah berjanji, sudah berhari-hari, bahkan anakku sudah punya sikat gigi baru lagi, bahkan aku juga sudah tahu si empunya rumah yang menerima paketku, dia masih tetanggaku yang rumahnya terhalang oleh beberapa rumah dari rumahku, tapi ya sudahlah toh aku sudah beli juga sikat gigi yang baru, mungkin lain cerita kalau isi paketnya bukan sikat gigi yang harganya ribuan rupiah, hehehe.


Setelah huru-hara paket itu memang aku nggak pernah lagi mengalami hal serupa, hanya saja seminggu yang lalu aku mendengar suara perempuan di depan rumah menjelang Maghrib mengantarkan paket, memang ada satu lagi paket yang belum datang yaitu lotion anti nyamuk anakku. Kebetulan hari itu aku yang keluar menghampirinya.


Diluar hujan kecil, tapi cukup membuat kuyup si Mbak Kurir yang pakai jas hujan. Dia menyerahkan sebuah paket padaku. Aku berterima kasih dan segera masuk ke rumah, tapi belum sempat menutup pintu, aku menyadari bahwa nama dan alamat penerima paket yang tertera berbeda. Mumpung kurirnya masih di depan rumah cepat-cepat kukembalikan. Belum sempat bilang apa-apa, Mbak Kurir langsung klarifikasi, "Oh ketuker ya Mbak?" Begitu katanya. Tanpa basa-basi aku menukar paket di tanganku dengan paket yang ada di tangan Mbak Kurir, "Pak **** ya?" dia menyebut nama suamiku. Aku hanya mengangguk dan kembali masuk ke rumah.


Seperti biasa setelah yakin dengan paket yang kuterima, aku membuka aplikasi e-commerce dan mengonfirmasi bahwa paket telah sampai. Seperti biasa juga aku iseng buka link bukti penerima paket dan di sana aku merasa tak asing dengan nama kurirnya begitupun ekspedisinya. Ya, dia adalah kurir yang sama dengan kejadian paket sikat gigi anakku. Seandainya tahu dari awal, mungkin aku akan mengonfirmasi langsung tentang kejadian paket sikat gigi waktu itu ke Mbak Kurirnya, hehehe. Apalagi barusan paketku hampir saja tertukar lagi.


Aku berharap mudah-mudahan tak ada lagi deh kasus paket yang tertukar-tukar, mending kalau kurirnya mau menyelesaikan masalah yang telah diperbuatnya, nah kalau macam paket sikat gigi anakku bagaimana?, walau aku sadar yang namanya human error itu pasti ada dan untuk mengantisipasinya aku harus lebih teliti dalam membaca nama dan alamat yang tertera saat menerima paket. Kita nggak bisa memonitor orang lain, tapi kita bisa memonitor diri sendiri.


Aku menulis diary ini hanya sekadar untuk menumpahkan kekesalanku saja, anggaplah ya healing, wakakak. Oh iya Diaris ada yang mengalami hal sama denganku nggak? atau mungkin ada pengalaman lain, boleh yuk kita tukar cerita. Semoga diary kali ini bermanfaat ya. See you.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PENGALAMAN PERTAMA KALI IKUT SELEKSI CPNS KEMENTERIAN KEUANGAN

  Assalamu'alaykum Diaris Beberapa minggu yang lalu aku mendapat informasi pembukaan pendaftaran CPNS (Calon Pegawai Negeri Sipil) dari sebuah grup whatsapp. Aku coba iseng buka tautannya, lalu membaca beberapa persyaratan umum yang tertera di sana. Ternyata batas usia untuk CPNS tahun ini sampai 35 tahun. Lumayan juga ya nggak seperti terakhir kali aku ikut pendaftaran CPNS yang mana batas usianya rata-rata sampai 25 tahun aja. Aku ingat waktu itu tinggal hitungan hari usiaku sudah masuk 25 tahun. Cukup ketar-ketir. Sudah tiga kali aku ikut mendaftar CPNS. Kalau nggak salah sih dari tahun 2017, 2018, dan 2019. Wah ternyata tiap tahun ada pembukaan CPNS ya. Menjadi PNS merupakan salah satu hal yang diinginkan oleh kedua orang tuaku karena menurut mereka PNS adalah jenjang karir yang bisa dikatakan aman mengingat adanya uang pensiun saat purna bakti. Seperti Bapakku mantan pegawai BUMN yang sampai saat ini sudah dalam masa purna bakti, tapi masih mendapatkan uang pensiun yang alhamd...

Muntah darah saat hamil trimester pertama, mungkin ini penyebabnya...

Assalamu’alaikum…. Muntah darah. Kok ngeri ya judulnya berdarah-darah. Jadi, ini adalah pengalaman pertamaku menjalani kehamilan. Seperti wanita-wanita hamil pada umumnya yang mengalami morning sickness yaitu suatu kondisi dimana wanita hamil merasa mual dan muntah pada trimester pertama. Memang tidak semua wanita hamil mengalaminya, tapi morning sickness wajar dirasakan oleh wanita hamil karena adanya peningkatan hormon beta HCG . Berdasarkan informasi yang didapat dari Halodoc.com, kondisi tersebut dikatakan normal dan pertanda baik karena mengindikasikan adanya plasenta yang tumbuh dengan baik dan normal.  Meski begitu, morning sickness bisa saja mengganggu aktivitas sehari-hari bahkan dapat membahayakan jika mual dan muntah dirasa berlebihan, seperti yang pernah kualami di trimester pertama. Jika dilihat dari kalimatnya, morning sickness harusnya terjadi pada pagi hari. Namun, kenyataannya dapat dirasakan dalam beragam waktu, entah itu pagi, siang, sore atau malam. Aku...

Pengalaman lahiran normal anak pertama di Rumah Sakit

  Assa lamu’alaikum… Dear diary. Kali ini aku hanya ingin berbagi cerita tentang pengalaman melahirkan anak pertama di rumah sakit dengan harapan ada manfaat yang bisa diambil dari pengalaman pertamaku ini. Kenapa Rumah Sakit? Sebelum memilih rumah sakit, aku mengunjungi bidan terlebih dahulu untuk memastikan di dalam rahimku ada calon bayi setelah kuyakin dengan benar test pack  yang kupakai bergaris dua, tapi di sana aku tidak mendapatkan apa-apa selain hasil tensi darah bahkan bu bidan tak menyentuh perutku sama sekali karena alasan usia kandunganku terbilang masih sangat muda, “belum kepegang” begitu katanya. Dia juga bilang bisa saja aku menstruasi lagi dan menyarankan untuk berkunjung lagi bulan depan. Kondisiku makin hari makin nggak karuan. Aku mulai merasakan pusing, mual, muntah hingga badan terasa lemas. Tak tahan rasanya jika harus menunggu hingga bulan depan. Kuputuskan untuk periksa ke dokter saja sekalian USG dan siapa tahu dikasih vitamin atau obat pereda rasa ...