Assalamu'alaykum Diaris.
Alhamdulillaah beberapa bulan yang lalu anakku baru saja lulus minum ASI (Air Susu Ibu) karena sudah berumur 24 bulan atau dua tahun. Sampai saat ini kadang aku masih nggak nyangka bisa memberikan ASI pada anakku sampai dua tahun penuh jika melihat fisik aku yang berbadan kurus dengan ukuran payudara yang minimalis tentunya. Aku mikir kayak gitu karena dulu aku mengira produksi ASI itu tergantung dari berat badan dan ukuran payudara, tapi setelah aku nonton beberapa konten-konten seputar laktasi di sosmed, kedua hal itu nggak ada hubungannya dengan produksi ASI karena setiap perempuan memiliki kelenjar susu dengan spesifikasi yang sama sehingga setiap perempuan yang telah melahirkan berpotensi bisa memroduksi ASI, sedangkan untuk besar kecilnya payudara itu ditentukan oleh seberapa banyak lemak yang terdapat di dalamnya. Kalau ada yang kurang tepat boleh dikoreksi ya. Aku lupa sumbernya ini dari konten yang mana, hehehe.
Selain itu, aku juga sempat baca di beberapa artikel kesehatan bahwa makanan dan minuman terbaik untuk bayi adalah ASI karena mengandung air, protein, karbohidrat, lemak, vitamin, mineral, zat antibodi dan enzim yang diproduksi secara alamiah dengan dipengaruhi oleh hormon prolaktin dan oksitosin dari tubuh seorang Ibu sehingga ASI bisa keluar dan dihisap oleh bayi. Oleh karena itu aku jadi semangat dan yakin bahwa aku pun bisa menyusui bayiku nanti, ditambah lagi almh Mamaku selalu mengingatkan untuk rajin membersihkan puting payudara selama masa kehamilan. Saat masuk trimester akhir almh Mama juga menyarankan aku untuk rajin memijat payudara secara perlahan, dan saat mencobanya aku melihat ada rembesan air bening keluar dari sana. Almh Mamaku bilang bahwa rembesan itu adalah bakal ASI. Mendengar itu aku jadi tambah percaya diri dan semangat untuk menyusui bayiku.
Namun, aku menemukan fakta yang sesungguhnya setelah bayiku lahir. Apa yang aku pikirkan sebelumnya, ternyata tak mudah untuk kujalani. Meski setiap perempuan umumnya memiliki kelenjar susu dan berpotensi memroduksi ASI, tapi nyatanya seorang ibu tetap perlu upaya yang maksimal agar bisa menyusui bayinya, itu pula yang aku alami.
Setelah bayiku selesai melewati masa observasi selama 24 jam pasca lahir, aku pun dipersilakan untuk menyusuinya. Saat itu ASIku tampak bening dan masih sedikit, dokter dan bidan yang berkunjung ke kamar inapku memberi semangat padaku untuk selalu mengutamakan memberi ASI pada bayi. Aku jadi tak begitu khawatir setelah mengetahui bahwa jumlah ASI yang sedikit di awal-awal pasca melahirkan adalah hal yang wajar. Aku pun diberi suplemen penyubur ASI oleh Dokter Obgyn.
Durasi menyusu bayiku cukup lama dan sering, tak perlu menunggu lama dia pun akan merasa lapar lagi dan ingin menyusu kembali. Awalnya kupikir karena bayiku laki-laki yang kata orang tua zaman dulu bayi laki-laki menyusunya lebih banyak dibanding bayi perempuan.
Beberapa hari kemudian, kulit bayiku tampak kuning. Sebenarnya sih bisa dibilang wajar juga bagi bayi yang baru lahir, dan setahuku akan membaik dalam beberapa hari ke depan seperti yang pernah dialami keponakanku dulu, tapi aku merasakan agak berbeda dengan bayiku yang semakin hari kok kulitnya makin kuning, bahkan matanya pun tampak kuning. Aku mulai khawatir dengan kondisi bayiku, ditambah lagi dengan badannya tampak kurus dibandingkan saat lahir. Namun, aku mencoba menetralkan kekhawatiranku dengan menganggap itu masih wajar bagi bayi yang berumur belum satu minggu, mungkin hanya perlu rutin berjemur di pagi hari.
Hari itu adalah jadwal bayiku kontrol ke Dokter Spesialis Anak (DSA), aku ditemani mertua membawa bayiku ke Rumah Sakit, dan terjawablah kekhawatiranku. Berat badan bayiku turun 600 gram, kemudian berdasarkan hasil pemeriksaan darah, kondisi kuning bayiku disebabkan oleh kadar bilirubin dalam darah yang sudah melewati batas normal. Bilirubin adalah zat yang terbentuk secara normal dari proses penguraian sel darah merah di dalam tubuh. Penyebab banyaknya bilirubin dalam darah pada bayi itu beragam, salah satunya adalah karena kekurangan ASI seperti yang dialami bayiku. Untuk penjelasan lengkapnya bisa gugling sendiri ya Diaris.
Baca juga: TEMPAT TINGGAL TERNYAMAN SETELAH MENIKAH
Dikarenakan kadar bilirubin dalam darah bayiku sudah melewati batas normal, DSA pun menyarankan agar dilakukan proses fototerapi (terapi sinar) selama dua kali 24 jam pada bayiku. Aku menelpon suami untuk menceritakan kondisi bayi kami, sekaligus meminta persetujuan untuk fototerapi. Hari itu aku betul-betul tak merasakan sakit di badanku, aku wara-wiri kesana-kemari mengurus administrasi fototerapi untuk bayiku. Rasa sakit yang sering terasa saat di rumah seolah hilang seketika. Setelah selesai mengurus administrasi, aku dan mertua diantar oleh seorang perawat menuju ruang Perina, tempat dimana bayiku akan menginap. Sumpah waktu itu aku melow, nangis. Aku harus LDR dengan bayiku karena ketidaktahuanku soal ASI yang ternyata tidak mencukupi kebutuhan bayiku.
Aku menggendong bayiku masuk ke ruang Perina, sementara mertuaku menunggu di luar ruangan. Bayiku diambil oleh salah satu perawat di ruang Perina, sedangkan seorang perawat lainnya memberitahuku apa saja yang perlu dipersiapkan untuk bayiku selama fototerapi. Berhubung ASIku masih sedikit, kuputuskan untuk menambahkan susu formula yang kupilih berdasarkan rekomendasi Rumah Sakit. Sebelum meninggalkan ruang Perina, seorang perawat yang tadi membawa bayiku menyerahkan pakaian mungil yang tadi dipakai oleh bayiku. Proses fototerapi dilakukan tanpa menggunakan pakaian, cukup pakai pampers dan penutup mata.
Sebelum pulang, aku menelpon suami memberitahukan perlengkapan yang dibutuhkan oleh bayi kami, seperti pampers dan tisu basah, supaya dia membawanya ke Rumah Sakit. Aku dan mertua menunggu di depan Ruang Perina hingga suamiku datang. Aku segera menyerahkan perlengkapan bayiku ke perawat tadi, lalu pulang.
Waktu itu rasanya sedih, kangen bayiku. Aku baru bisa bertemu dengannya lusa. Rasa bersalah lagi-lagi mengganggu batinku, tapi aku berusaha mencoba menghilangkan perasaan itu dengan berpikir positif bahwa hal ini terjadi atas kehendakNya, Alloh Swt. dan bayiku sangat menyayangiku hingga memberiku waktu istirahat dua malam ini agar bisa tidur nyenyak dengan harapan ASIku juga jadi banyak.
Payudaraku membengkak. Kupikir ASInya akan melimpah ruah, tapi ternyata nggak. Aku mencoba memompa ASI dari dua payudara dan hanya menghasilkan 300 ml. Ya Alloh... ASIku benar-benar seret kala itu, padahal aku sudah minum ASI Booster, makan sayur, dan buah, tapi tetap seret juga. Setiap aku memompa ASI, selalu dapat 300 ml dari dua payudara. Dan lagi aku nangis. Esok paginya suami berkunjung ke Rumah Sakit untuk mengantarkan ASI sekaligus melihat kondisi bayi kami. Pagi itu aku ingin ikut ke Rumah Sakit, tapi aku nggak tega melihat bayiku. Entahlah setelah lahiran aku jadi melow banget.
Esok paginya aku dapat satu pesan di whatsapp dari Rumah Sakit menginfokan bahwa bayiku sudah boleh pulang. Aku memutuskan untuk menjemput bayiku berdua saja dengan suami. Biarkan mertuaku menunggu di rumah. Sesampainya di Rumah Sakit, seperti sebelumnya hanya aku yang masuk ke Ruang Perina, sedangkan suami mengurus administrasinya. Selama dua hari itu berat badan bayiku bertambah 300 gram, sepertinya karena ditambah susu formula. Sambil menunggu bayiku pakai baju, seorang perawat memberikan pesan kepadaku agar selalu memberikan ASI sesering mungkin walaupun ASInya masih sedikit, jika bayi masih lapar, barulah tambah susu formula. Tetap utamakan ASI, begitu katanya.
Setelah semua selesai, alhamdulillaah akhirnya kami bertiga pulang ke rumah. Bayiku masih tertidur pulas. Berhubung cerita kali ini cukup panjang dan yang ingin kuceritakan pun masih panjang, nanti aku sambung lagi di diary selanjutnya ya Diaris. See you.
Sumber:
https://www.alodokter.com/keajaiban-kandungan-asi-melindungi-bayi-dari-penyakit#:~:text=Kandungan%20ASI%20terdiri%20dari%20air,asma%2C%20obesitas%2C%20dan%20diabetes.
https://www.alodokter.com/mengenal-bilirubin-dan-penyebab-jumlah-bilirubin-meningkat
Komentar
Posting Komentar