Assalamuálaykum Diaris…
Sebagai manusia yang punya masalah dengan kesehatan gigi karena waktu kecil aku memang malas sikat gigi sebelum tidur, alhasil gigiku banyak yang berlubang dan harus ditambal, bahkan ada juga yang terpaksa dicabut karena tidak terselamatkan dari karies sehingga gigi tampak menghitam seluruhnya seperti membusuk. Aku tak ingin hal yang sama terjadi pada anakku, apalagi saat aku tahu giginya mulai tumbuh. Aku khawatir dan mulai berpikir bagaimana caranya agar gigi anakku aman, sehat, nggak berlubang, walaupun masih gigi susu. Nggak tega rasanya jika sampai dia merasakan sakit gigi seperti yang pernah kurasakan.
Seorang anak ibarat kertas putih yang kita bebas untuk menuliskan apa saja di sana. Sebagai orang tua kita bertanggung jawab penuh atas dirinya. Baik buruknya seorang anak tergantung bagaimana orang tua mendidik dan mengasuhnya. Pun dengan kebiasaan yang dilakukan seorang tergantung dari contoh yang sering dia lihat, apalagi anak balita seumur anakku (usia 1,5 tahun) lagi senang-senangnya meniru apapun yang dia lihat. Disinilah peran orang tua sebagai role model dengan memberi contoh perilaku serta kebiasaan-kebiasaan baik kepada anak agar ditiru, salah satunya memberi contoh untuk membiasakan sikat gigi.
Mengajak anak sikat gigi itu nggak mudah. Aku saja yang waktu itu sudah usia anak TK selalu malas sikat gigi sebelum tidur, padahal orang tuaku sudah mengingatkan, apalagi anakku yang masih balita. Jika aku tiba-tiba mengajaknya sikat gigi kemungkinan yang terjadi adalah tantrum karena dia belum paham apa itu sikat gigi dan kenapa harus melakukannya. Maka dari itu sebelum mengajaknya sikat gigi, kita sebagai orang tua harus mengenalkannya terlebih dahulu, kemudian memberi contoh, memraktekan, barulah membiasakannya secara rutin dengan harapan tidak perlu ada unsur paksaan saat mengajaknya sikat gigi nanti.
Sejak gigi anakku baru muncul dua, gigi seri bagian bawah, aku sudah memberinya tontonan lagu-lagu tentang sikat gigi dan anakku menikmatinya, bahkan menjadi salah satu tontonan favoritnya. Harapanku dia meniru apa yang dilihatnya. Selain tontonan video lagu, tak jarang pula mengajaknya untuk menemaniku sikat gigi menjelang tidur. Bagaimanapun juga orang tua sebagai role model bagi anaknya harus memberi contoh, jangan hanya menyuruh saja ya. Saat pertama kali melihatku sikat gigi, anakku sempat nangis, tepatnya saat dia melihat mulutku berbusa. Lucu pisan anak balita ini.
Sesekali aku juga mulai mencoba memraktekan sikat gigi padanya menggunakan sikat gigi jari dari bahan silikon tanpa pasta gigi sambil bernyanyi dan menirukan gerakan dalam video lagu sikat gigi kesukaannya. Lama-lama aku mulai rutin melakukannya menjelang waktu tidur. Kukira anakku akan menolak, ternyata tidak.
Seiring berjalannya waktu, gigi anakku tumbuh lagi, mulai dari gigi seri bagian atas hingga munculnya gigi geraham, ditambah lagi anakku sudah mulai makan dengan menu makanan keluarga yang beraneka ragam. Dia juga mulai senang ngemil makanan yang mengandung gula. Meski takaran gula pada cemilan anakku telah disesuaikan, tetap saja itu membuat khawatir akan kesehatan giginya. Tak jarang kan gigi anak balita ompong-ompong karena karies yang dipicu oleh gula.
Sejak kemunculan gigi-giginya yang lain itu, aku mulai kepikiran untuk mengenalkannya dengan pasta gigi walaupun sudah kebayang akan seperti apa reaksinya, secara kan pasta gigi memiliki aroma dan rasa, bisa saja anakku membuat penolakan dengan jurus tantrum, tapi mau gimana lagi kan daripada giginya kena karies.
Masih menggunakan sikat gigi yang sama, sikat gigi silikon, aku tambahkan sedikit pasta gigi anak. Alhamdulillaah dugaanku meleset. Anakku tak berontak sama sekali, dia menikmati sikat giginya, mungkin karena pasta giginya nyaman di mulut, ditambah lagi aku melakukannya di kamar mandi sehingga anakku bisa sambil main air. Iya, main air malam-malam bila sikat giginya menjelang tidur. Kebayang deh kalau kegiatan ini disaksikan oleh nenek-kakeknya, pasti aku dapat komentar ini-itu karena anakku jadi basah kuyup malam-malam. Tak jarang aku pun ikut basah kuyup karenanya. Namanya juga berproses ya kan.
Kegiatan ini kuulang setiap hari. Sikat gigi dua kali sehari, pagi saat mandi dan menjelang tidur. Sampai anakku sedikit-sedikit mulai terbiasa. Terkadang dia sendiri yang mengajakku sikat gigi, beranjak ke kamar mandi, sendiri sambil bilang "mumun" maksudnya kumur-kumur. Entah apa yang sebenarnya ada dalam pikirannya, benar ingin sikat gigi atau lebih tertarik main airnya. Terserah apalah itu yang penting anakku sudah mulai mau diajak sikat gigi rutin.
Sebenarnya aku belum ada niat untuk mengenalkannya pada sikat gigi bulu, seperti sikat gigi orang dewasa. Namun, berhubung sudah ketiga kalinya sikat gigi jari silikon ini raib entah kemana, curiga sih ikut kebuang saat mencucinya di wastafel. Jadi, aku memang selalu mencuci sikat gigi silikonnya setelah selesai digunakan, lalu merendamnya di air mendidih, sama halnya seperti peralatan makan anakku. Nah sikat gigi jari silikon ini memiliki ukuran memang kecil dan transparan, tak heran bila ikut terbuang bersama air bekas rendaman.
Malas rasanya jika harus beli lagi yang ke empat kalinya. Akhirnya kuputuskan untuk beli sikat gigi bulu, mungkin sudah waktunya mengenalkan sikat gigi yang sesungguhnya pada anakku. Oh iya, tentunya pilih sikat gigi anak dengan bulu lembut sehingga nyaman di gusi, apalagi jika anak masih dalam fase tumbuh gigi. Saat pertama kali aku tunjukan sikat gigi bulu padanya, dia langsung paham bahwa itu sikat gigi, sama seperti yang sering dia lihat di video lagu kesukaannya.
Tak perlu banyak drama, selain drama main air di kamar mandi, akhirnya aku bisa mengajaknya sikat gigi rutin pakai sikat gigi bulu berikut pasta giginya. Terkadang aku mengajaknya sikat gigi di dalam rumah, maksudnya bukan di kamar mandi karena memang waktu itu anakku baru saja ganti pampers. Ngeri kena basah lagi ya kan. Terpaksa ku ajak sikat gigi di dalam ruangan saja sehingga cukup bajunya yang diganti karena basah saat kumur. Kupikir dia akan menilak karena nggak sambil main air, tapi nyatanya nggak masalah.
Alhamdulillaah mungkin anakku sudah mulai paham sikat gigi. Pernah juga ada satu hari dimana sepertinya dia sudah merasa ngantuk berat. Tiba-tiba dia masuk kamar, lalu rebahan dan minta menyusu. Setelah selesai kususui, aku ajak dia untuk sikat gigi dulu. Saat itu aku nggak terlalu banyak berharap dia mau karena tampak terkantuk-kantuk, tapi eh tapinya dia turun dari tempat tidur dan beranjak ke kamar mandi. Lucu pisan melihatnya berdiri nunggu di depan pintu kamar mandi. Seantusias itu. Pernah lagi di suatu malam, anakku tidur lebih awal dan belum sikat gigi, kalau nggak salah jam sembilan waktu itu. Biasanya dia tidur jam sebelas. Nah tiba-tiba dia terbangun sekitar jam setengah dua belas sambil nangis, lalu keluar kamar dan berdiri di depan pintu kamar mandi sambil bilang "mumun.. mumun.." (dibaca: kumur) ditengah tangisannya, dia ngajak sikat gigi dong. Maa Sha Alloh ada aja tingkah lucunya setiap hari.
Untuk sampai di tahap anak balitaku mau sikat gigi ini butuh upaya yang konsisten, sehingga anak balitaku mulai terbiasa dengan rutinitasnya. Aku juga nggak begitu yakin akan sampai kapan antusiasnya, tetapi aku juga yakin selama aku sebagai orang tua masih konsisten membiasakannya melakukan sikat gigi, anak balitaku juga akan konsisten melakukan hal yang sama.
Mungkin Mommy Diaris ada yang sedang melakukan sikat gigi training ke anak balitanya, boleh dicoba tahapan-tahapan yang aku praktekan pada anak balitaku. Sekali lagi, menumbuhkan sebuah kebiasaan sikat gigi pada anak balita itu tidaklah mudah, tapi lebih tidak mudah lagi jika mengajak atau memintanya sikat gigi secara tiba-tiba ya kan.
Sayangi gigi kita dengan rajin merawatnya, minimal rajin sikat gigi sehari dua kali, maksimalnya rutin berkunjung ke dokter gigi untuk treatment. Ok Diaris, aku harap diary kali ini bisa memberi manfaat. See you.
Komentar
Posting Komentar