Assalamu'alaykum, Diaris. Memang sulit bagi perempuan yang masih mengalami menstruasi untuk terhindar dari masalah area kewanitaan yang satu ini, apa lagi kalau bukan keputihan. Dikutip dari laman halodoc.com, keputihan adalah keluarnya cairan bening atau putih dari vagina. Cairan ini sebagian besar terdiri dari sel dan bakteri. Proses ini dapat membantu untuk membersihkan dan melumasi area kewanitaan serta membantu melawan bakteri jahat dan infeksi.
Keputihan merupakan hal yang wajar dan bersifat normal, biasanya sering dialami oleh perempuan yang hendak memasuki fase menstruasi, ibu hamil, dan ibu menyusui, hal tersebut disebabkan oleh perubahan alami pada kadar estrogen. Keputihan juga bisa dikatakan sebagai proses proteksi diri untuk organ intim wanita selama keputihannya bersifat normal.
Keputihan normal memiliki ciri-ciri, seperti tidak berwarna (bening) atau putih menyerupai putih telur, tidak berbau, apalagi sampai menyengat, biasanya meninggalkan bercak kekuningan pada celana dalam, bertesktur encer atau sedikit kental dan lengket, serta tidak menimbulkan rasa gatal atau nyeri. Jika Diaris mengalami keputihan dengan ciri-ciri yang berbeda, baik dari segi tekstur, warna, maupun aroma, maka Diaris harus berhati-hati, dan sebaiknya periksakan ke dokter agar segera ditangani.
Aku punya pengalaman buruk dengan keputihan, puncaknya sih terasa saat hamil dan pasca melahirkan. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa keputihan merupakan hal yang wajar dialami oleh perempuan, makanya sering kuanggap sepele.
Keputihan yang kualami disini agak berbeda dengan ciri keputihan normal yang telah disebutkan sebelumnya, dan ini terjadi cukup lama, dari sejak sebelum menikah, bahkan masih kuliah deh semester akhir. Memang tidak setiap hari, tapi tak jarang kualami keputihan berwarna kuning kehijauan dengan jumlah yang tidak sedikit.
Aku memang tak begitu mengkhawatirkannya karena kupikir bukan masalah besar jika hanya warnanya yang berubah, tanpa disertai bau dan gejala lainnya. Aku juga percaya dengan apa yang sering kudengar bahwa sedikit banyaknya jumlah keputihan yang kualami disebabkan kondisi fisikku yang terlau lelah alias kecapekan. Biasanya keputihanku kembali ke kondisi normal setelah beberapa hari kemudian.
Waktu hamil aku juga mengalami keputihan yang cukup banyak, berwarna kuning kehijauan pula. Awalnya kuanggap normal terjadi pada ibu hamil. Namun, setelah kuamati saat itu tekstur keputihanku agak berbuih, lebih tepatnya mirip tahu kuning yang dilumatkan. Ini adalah kali pertama aku melihatnya, ditambah lagi dengan rasa gatal yang membuat tak nyaman. Keputihan berbuih kualami hanya di trimester awal kehamilan, kalau nggak salah waktu itu usia kandunganku masuk bulan ketiga. Meski tak lagi kutemui, tapi keputihanku tak kunjung mereda, semakin bertambah usia kandungan, semakin bertambah banyak pula jumlahnya dan semakin gatal rasanya, apalagi di trimester akhir menjelang persalinan.
Kondisi tersebut mengharuskan aku untuk lebih sering mengganti celana dalamku. Entah berapa kali sehari aku menggantinya. Panty liner pun rasanya sudah tak bisa menjadi solusi. Aku sering mengeluhkan hal ini pada dokter kandunganku, dan beliau menjawab bahwa hal itu wajar terjadi sampai akhirnya aku periksa dalam untuk cek panggul, dokter kandunganku cukup kaget dengan kondisi keputihanku yang katanya perlu diobati sebelum persalinan. Namun, apa boleh buat, beliau lupa meresepkan obatnya dan aku keburu melahirkan.
Alhamdulillaah bayiku lahir dengan sehat. Aku berharap semoga pasca melahirkan masalah keputihanku bisa selesai, tapi ternyata diluar dugaan. Setahuku masa nifas itu 40 hari. Darah nifas yang berwarna merah akan berubah menjadi merah muda, lalu kekuningan, dan menjadi keputihan berwarna putih atau bening dalam waktu 40 hari itu. Namun, aku mengalami masa nifas selama delapan bulan. Ada yang samaan?.
Dalam waktu delapan bulan itu lagi-lagi aku bermasalah dengan keputihan. Empat bulan pasca melahirkan aku periksa ke dokter kandungan karena lochia atau darah nifas yang berwarna kekuningan belum juga berhenti, ditambah lagi sesekali aku mengalami pendarahan yang semula kukira itu darah haid, tapi hanya keluar dua hari saja dan dalam jumlah sedikit. Selain itu, muncul aroma yang tidak enak pada lochia, ditambah dengan warnanya yang lagi-lagi kuning kehijauan.
Duh malas rasanya harus periksa-periksa area kewanitaan seperti ini mengingat otot-otot area tersebut masih terasa ngilu, kaku dan sakit, ditambah bekas jahitanku masih terasa perih, entah bersumber darimana karena luka jahitanku secara fisik sudah kembali pulih. Wah alat apa itu? bentuknya seperti paruh bebek, digunakan untuk membuka mulut vagina. Habislah aku kena omel dokter kandunganku hari itu karena aku nggak bisa tenang, alat itu membuat pikiranku takut dan otot-ototku jadi tegang, setegang otot area kewanitaanku sehingga sulit terbuka dan memberi efek sakit padaku.
Setelah drama-drama kecil akhirnya terjawab sudah permasalahanku selama ini. Ternyata keputihanku terinfeksi jamur. Hmmm kok bisa?. Eits.. jangan berpikir aneh-aneh ya, mungkin ini karena keteledoranku dalam menjaga pola hidup, padahal aku merasa maksimal merawat diri, khususnya area kewanitaan yang cenderung sering lelmbab. Oh iya aku juga sering menggunakan sabun pembersih kewanitaan yang ternyata tidak dianjurkan karena bisa merusak PH dan mengganggu bakteri baik yang tinggal di sana.
Okelah apapun penyebabnya saat ini aku hanya fokus pada pengobatannya saja. Dokter kandunganku meresepkan obat untuk infeksi jamur, antibiotik kali ya, dan betadine douch untuk membersihkan area kewanitaanku. Obatnya berjumlah tujuh butir untuk dikonsumsi selama tujuh hari. Obat ini tidak diminum ya, melainkan dimasukan ke dalam vagina sebelum tidur. Nah untuk betadinenya, awalnya kukira ini hanya untuk membersihkan area luar organ intim saja, ternyata untuk membersihkan vagina bagian dalam dengan menggunakan alat khusus yang tersedia di dalam kemasannya.
Setelah satu minggu pengobatan, aku berkunjung lagi ke dokter kandunganku untuk melihat perkembangan masalahku ini. Alhamdulillaah... aku dinyatakan sembuh dari infeksi jamur, meski masih muncul lochia hingga delapan bulan lamanya, sewlah itu lochia berubah jadi keputihan normal berwarna bening. Alhamdulillaah hingga saat ini aku nggak pernah lagi keputihan berwarna-warni seperti dulu. Memang benar cara ampuh atasi keputihan abnormal itu dengan periksa ke dokter supaya jelas apa penyebabnya. Beda penyebabnya, beda pula penanganannya.
Sedia payung sebelum hujan. Lebih baik mencegah daripada mengobati, apalagi harus berhadapan dengan alat si paruh bebek itu. Oh no, seram sekali. Untuk teman-teman Diaris, aku punya sedikit tips dalam menjaga kesehatan area kewanitaan yang kudapat dari dokter kandunganku yang baik hati. Baca baik-baik di bawah ini:
1. Bersihkan area kewanitaan menggunakan air mengalir, bagusnya langsung dari kran, tidak dari tampungan bak mandi atau ember.
2. Setelah BAB, bersihkan dari arah depan ke belakang.
3. Hindari penggunaan sabun pembersih area kewanitaan, apalagi yang mengandung parfum.
4. Gunakan celana dalam berbahan katun, dan tidak ketat.
5. Hindari menggunakan celana ketat.
6. Usahakan area kewanitaan selalu kering (keringkan menggunakan handuk bersih atau tissu bersih).
7. Sering mengganti pakaian dalam, usahakan selalu kering.
8. Sering mengganti pembalut saat haid, kurang lebih empat jam sekali.
9. Jangan menyentuh area kewanitaan dengan tangan kotor.
Mudah-mudahan tips-tips tersebut di atas bisa bermanfaat dan membantu Diaris agar terhindar dari masalah seperti yang kualami. Oh iya mungkin Diaris punya tips tambahan, boleh sharing di kolom komentar ya. Saling berbagi demi kesehatan kita semua para perempuan. See you.
Sumber :
https://www.alodokter.com/keputihan
https://www.halodoc.com/kesehatan/keputihan
Komentar
Posting Komentar