Langsung ke konten utama

Yuk, budayakan membaca !!!!

 Dear diary.

Berdasarkan informasi yang kudapat dari kominfo.go.id, UNESCO menyebutkan bahwa minat baca masyarakat Indonesia sangat rendah, hanya 0,001% yang artinya dari 1000 orang Indonesia cuma 1 orang yang rajin membaca.

Bagi sebagian orang, hobi membaca mungkin membosankan, tapi bagiku cukup mengasyikan. Tak perlu kujelaskan panjang lebar manfaat membaca karena kurasa semua orang pun tahu. Banyak informasi yang bisa didapat dari membaca selama membaca dengan utuh, bukan sekadar membaca judulnya karena tak sedikit diantara kita yang lebih tertarik dengan hanya membaca judul tanpa membaca isinya, lalu berasumsi berdasarkan sumber yang kurang lengkap. Hal tersebut memicu kesalah pahaman dalam menerima informasi.

Ketika mendengar kata membaca biasanya yang terbayang adalah buku tebal dengan beratus-ratus halaman, padahal membaca tak selalu dengan buku, bisa dengan media lain yang penting menghasilkan informasi. Aku yang entah karena hobi atau memang kurang kerjaan. Selain buku, kemasan shampo, sabun, dan pasta gigi kujadikan media untuk membaca saat gabut di kamar mandi, daripada bengong sambil gosok gigi, kan lumayan jadi tahu komposisi pasta gigi yang sering kupakai. Hehehe. Memang terdengar sepele sih bahkan tak memberi pengaruh yang berarti, tapi aku berharap pengalaman pribadiku yang akan kuceritakan kali ini bisa mengingatkanku dan teman-teman untuk selalu membudayakan membaca.


Semuanya berawal dari sariawan yang dialami anakku. Seperti orang tua pada umumnya yang mengkhawatirkan kondisi anaknya. Bibir anakku merah-merah dan sebagai new mom tentu aku bingung apa yang harus kuperbuat selain menemui DSA (Dokter Spesialis Anak). Malam itu malam minggu. DSA yang biasa menangani anakku hanya praktek sampai jam tiga sore tadi, terpaksa aku dan suami mencari DSA lain yang masih praktek malam itu. Sebenarnya hati agak ragu sih, tapi keraguanku kalah dengan kekhawatiran, apalagi besok hari Minggu yang mana jarang sekali DSA praktek di hari Minggu. Mungkin bisa saja menunggu sampai hari Senin karena anakku juga nggak rewel, masih menyusu seperti biasa dan nggak ada gejala lain selain bibirnya merah-merah. Lagi-lagi kekhawatiran yang membuat aku dan suami akhirnya mengunjungi DSA lain malam itu.

Di sana anakku diperiksa seperti yang dilakukan DSA pada umumnya. Selain sariawan, aku juga konsultasi perihal biang keringat anakku dengan harapan dikasih salep atau apalah yang bisa menghilangkan rasa gatalnya. Usai diperiksa, kami diresepkan oleh DSA dua buah obat sesuai dengan keluhan yang ada. Seperti biasa kami pergi ke tempat farmasi untuk mengambil obat, lalu menyelesaikan pembayaran. Kedua obat itu berasal dari produsen yang sama, memiliki bentuk, tekstur, warna kemasan, serta cara pakai yang sama yaitu sama-sama dioles, satu dioles di kulit, satu lagi dioles di mulut. Sekilas tampak sama persis jika tak dibaca merknya.

Sesampainya di rumah, seperti biasa aku selalu memeriksa detail produk apapun, termasuk kedua obat tersebut sebelum diaplikasikan. Aku membaca semua yang tertera pada kedua obat tersebut. Dibagian luar kemasan masing-masing obat terdapat tulisan tangan petugas farmasi yang jika dibaca berbunyi “sariawan” dan “biang keringat” lengkap dengan dosisnya. Sebenarnya dari tulisan tersebut aku sudah tahu mana yang dipakai di mulut dan mana yang dipakai di kulit, tapi karena aku merasa belum puas dengan hanya membaca kedua tulisan itu, aku pun membaca kertas panduannya.

Ups.. aku menemukan ada keanehan. Kedua obat itu tertukar. Obat yang bertuliskan “sariawan” ternyata untuk biang keringat, begitu pun sebaliknya. Kupastikan sekali lagi dan memang benar obat itu tertukar. Aku bersyukur dalam hati karena aku membaca kertas panduan obat tersebut secara utuh. Aku nggak tahu apa yang akan terjadi jika aku membiarkan salep biang keringat masuk ke dalam perut anakku yang bahkan belum mengenal makanan lain selain ASI.

Obat tersebut tergolong dalam barisan obat keras yang tidak boleh tertelan karena akan menimbulkan banyak efek samping. Aku sedikit menyayangkan petugas farmasi yang kurang berhati-hati dalam memberi keterangan obat karena itu bisa berakibat fatal jika pasien sampai salah mengonsumsi obat.

Namun, diary ini bukan untuk menyalahkan apalagi menyudutkan petugas farmasi karena mereka juga manusia biasa yang tak sempurna sama seperti aku. Melalui pengalaman ini aku hanya ingin mengingatkan teman-teman untuk selalu berhati-hati, khususnya untukku. Kita tidak bisa mengawasi orang lain, tapi setidaknya kita bisa memroteksi diri salah satunya dengan membudayakan membaca.

Mungkin pengalamanku ini tampak sepele, hehehe, tapi aku berharap semoga diary ini bisa menyumbang banyak peminat membaca kedepannya sehingga persentase minat baca di Indonesia bertambah banyak, hehehe. Semoga bermanfaat ya, Akhirulkalam..

 



Komentar

  1. Setuju sih. Jangan cuma baca bungkusnya, tapi isinya juga 😊

    BalasHapus
  2. Hai, salam kenal mbak Ilsa. Wah, iya tuh penting sekali membaca la bel pada kemasan produk seperti makanan, obat-obatan dan lainnya. Ada panduan lengkap dan cara pemakain kan mesti kita ketahui dan patuhi dengan benar. Iya, budaya membaca pada orang2 zaman now mesti digiatkan lagi. Alhamdulillaah aku dan anak2 masih senang membaca, jadi hobi juga.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salam kenal mbak...😊
      Iya mba, padahal mmbaca itu seru ya,😄

      Hapus
  3. ketuker, mbak? wah ngeri juga ya. memang kalau ada hal-hal baru, harus dibaca dulu sih. dan itu jadi tanggungjawab kita. termasuk baca komposisi-nya ya. ya kalau nggak paham, masih bisa kok dicari di internet. ini biasanya buat jaga2, kalau2 ada komposisi yang bikin alergi

    BalasHapus
  4. Waduuuuhhh. Kalau tertukar kan bahaya banget apalagi kan beda satunya buat sariawan satunya buat biang keringat. Gimana kalo yang biang keringat ketelen. Emang bener harus teliti dan rajin membaca ya mba. Apalagi bayi masih ASI, kan belum makan dan belum bisa ngomong. Kalau sakit ya bisanya nangis. Kasian banget. Sehat2 yaaa..

    BalasHapus
  5. Ya Allah ketuker? Alhamdulillah ya mbak Ilsa baca dulu. Beneran wajib iqra kata Allah juga.

    BalasHapus
  6. Sama mba.. Aku pun kalau anaku dapat obat bener-bener aku baca lagi petunjuk penggunaannya karena takut salah. Pernah waktu hamil malah dpt resep obat gatal dari dokter, sama apotekernya di sarankan ganti soalnya yg ditulis di resep obat ketombe. Nah kalau tulisan dokter kan agak2 ngeri sedap juga ya kitanya ga bisa ikut baca. 😅

    BalasHapus
  7. Alhamdulillah ya mbak dgn terbiasa membaca membawa manfaat. Klo smpe ga ktahuan klo ketuker wah ga kebayang jg...

    BalasHapus
  8. ini dia contou simple tentang pentingnya membaca, ga melulu buku tapi tulisan di kemasan obat. jatohnya untuk kroscek dan ketelitian kita sendiri ya, Kak

    BalasHapus
  9. Ternyata kebiasaan membaca justru menyelamatkan ya mba. Alhamdulillah itu dibaca sampai tuntas, kalau engga ngeri masuk obat ga wajar ke tubuh anak :(((

    BalasHapus
  10. Alhamdulillah, mba teliti banget dengan membaca instruksi panduan di obat olesnya. Waah.. bisa bahaya kalau kita tidak membacanya ya, yang harusnya dioles di badan malah masuk ke mulut.

    BalasHapus
  11. Bener mba, budaya membaca menambah pengetahuan dan wawasan kita, masyarakat kita sudah males membaca apalagi diperparah dengan gawai. Dg membaca bisa memproteksi diri sendiri dan keluarga, pengalaman yang berharga ya mba..

    BalasHapus
  12. Harusnya ditegur mbak dengan baik dan sopan tentunya karena kesalahan gtu bisa fatal lo akibatnya apalagi masih banyak kita2 yg suka abai dan males baca petunjuk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah itu dia kalau masih di TKP mungkin bisa ditegur mbak. Kebetulan aku bacanya pas udah di rumah 😁

      Hapus
  13. Iyaya..penting banget membaca. Tapi kalau mba nelpon bagian apotik dan konfirm demi perbaikan mereka jga mencegah mereka melakukan hal yang sma loh. KEsian kan orang yang salah konsumsi obat hehehe... GWS untuk anaknya mba...Makasih mba sharingnya kembali nginetin aku untuk rajib baca,

    BalasHapus
  14. Ini reminder banget untuk lebih teliti lagi ke hal-hal yang sepele. Alhamdulillah masih Allah jaga ya mba

    BalasHapus
  15. Duh ikut deg-degan bacanya Mbak, untung si kecil nggak apa-apa ya habis menelan obat keras, memang harus hati-hati ya baca petunjuk pemakaian obat..

    BalasHapus
  16. kebisaan membaca itu penting banget ya, Mbak.. apalagi instruksi dan petunjuk biar tidak salah kaprah lagi pokoknya jangan malas baca. Alhamdulillah masih dalam penjagaan Allah buatsi kecil ya, mbak..

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

PENGALAMAN PERTAMA KALI IKUT SELEKSI CPNS KEMENTERIAN KEUANGAN

  Assalamu'alaykum Diaris Beberapa minggu yang lalu aku mendapat informasi pembukaan pendaftaran CPNS (Calon Pegawai Negeri Sipil) dari sebuah grup whatsapp. Aku coba iseng buka tautannya, lalu membaca beberapa persyaratan umum yang tertera di sana. Ternyata batas usia untuk CPNS tahun ini sampai 35 tahun. Lumayan juga ya nggak seperti terakhir kali aku ikut pendaftaran CPNS yang mana batas usianya rata-rata sampai 25 tahun aja. Aku ingat waktu itu tinggal hitungan hari usiaku sudah masuk 25 tahun. Cukup ketar-ketir. Sudah tiga kali aku ikut mendaftar CPNS. Kalau nggak salah sih dari tahun 2017, 2018, dan 2019. Wah ternyata tiap tahun ada pembukaan CPNS ya. Menjadi PNS merupakan salah satu hal yang diinginkan oleh kedua orang tuaku karena menurut mereka PNS adalah jenjang karir yang bisa dikatakan aman mengingat adanya uang pensiun saat purna bakti. Seperti Bapakku mantan pegawai BUMN yang sampai saat ini sudah dalam masa purna bakti, tapi masih mendapatkan uang pensiun yang alhamd...

Pengalaman lahiran normal anak pertama di Rumah Sakit

  Assa lamu’alaikum… Dear diary. Kali ini aku hanya ingin berbagi cerita tentang pengalaman melahirkan anak pertama di rumah sakit dengan harapan ada manfaat yang bisa diambil dari pengalaman pertamaku ini. Kenapa Rumah Sakit? Sebelum memilih rumah sakit, aku mengunjungi bidan terlebih dahulu untuk memastikan di dalam rahimku ada calon bayi setelah kuyakin dengan benar test pack  yang kupakai bergaris dua, tapi di sana aku tidak mendapatkan apa-apa selain hasil tensi darah bahkan bu bidan tak menyentuh perutku sama sekali karena alasan usia kandunganku terbilang masih sangat muda, “belum kepegang” begitu katanya. Dia juga bilang bisa saja aku menstruasi lagi dan menyarankan untuk berkunjung lagi bulan depan. Kondisiku makin hari makin nggak karuan. Aku mulai merasakan pusing, mual, muntah hingga badan terasa lemas. Tak tahan rasanya jika harus menunggu hingga bulan depan. Kuputuskan untuk periksa ke dokter saja sekalian USG dan siapa tahu dikasih vitamin atau obat pereda rasa ...

Muntah darah saat hamil trimester pertama, mungkin ini penyebabnya...

Assalamu’alaikum…. Muntah darah. Kok ngeri ya judulnya berdarah-darah. Jadi, ini adalah pengalaman pertamaku menjalani kehamilan. Seperti wanita-wanita hamil pada umumnya yang mengalami morning sickness yaitu suatu kondisi dimana wanita hamil merasa mual dan muntah pada trimester pertama. Memang tidak semua wanita hamil mengalaminya, tapi morning sickness wajar dirasakan oleh wanita hamil karena adanya peningkatan hormon beta HCG . Berdasarkan informasi yang didapat dari Halodoc.com, kondisi tersebut dikatakan normal dan pertanda baik karena mengindikasikan adanya plasenta yang tumbuh dengan baik dan normal.  Meski begitu, morning sickness bisa saja mengganggu aktivitas sehari-hari bahkan dapat membahayakan jika mual dan muntah dirasa berlebihan, seperti yang pernah kualami di trimester pertama. Jika dilihat dari kalimatnya, morning sickness harusnya terjadi pada pagi hari. Namun, kenyataannya dapat dirasakan dalam beragam waktu, entah itu pagi, siang, sore atau malam. Aku...