Dear diary.
Berdasarkan informasi yang kudapat dari kominfo.go.id, UNESCO menyebutkan bahwa minat baca masyarakat Indonesia sangat rendah, hanya 0,001% yang artinya dari 1000 orang Indonesia cuma 1 orang yang rajin membaca.
Bagi sebagian orang, hobi membaca mungkin membosankan, tapi bagiku cukup mengasyikan. Tak perlu kujelaskan panjang lebar manfaat membaca karena kurasa semua orang pun tahu. Banyak informasi yang bisa didapat dari membaca selama membaca dengan utuh, bukan sekadar membaca judulnya karena tak sedikit diantara kita yang lebih tertarik dengan hanya membaca judul tanpa membaca isinya, lalu berasumsi berdasarkan sumber yang kurang lengkap. Hal tersebut memicu kesalah pahaman dalam menerima informasi.
Ketika mendengar kata membaca biasanya yang terbayang adalah buku tebal dengan beratus-ratus halaman, padahal membaca tak selalu dengan buku, bisa dengan media lain yang penting menghasilkan informasi. Aku yang entah karena hobi atau memang kurang kerjaan. Selain buku, kemasan shampo, sabun, dan pasta gigi kujadikan media untuk membaca saat gabut di kamar mandi, daripada bengong sambil gosok gigi, kan lumayan jadi tahu komposisi pasta gigi yang sering kupakai. Hehehe. Memang terdengar sepele sih bahkan tak memberi pengaruh yang berarti, tapi aku berharap pengalaman pribadiku yang akan kuceritakan kali ini bisa mengingatkanku dan teman-teman untuk selalu membudayakan membaca.
Semuanya berawal dari sariawan yang dialami anakku. Seperti orang tua pada umumnya yang mengkhawatirkan kondisi anaknya. Bibir anakku merah-merah dan sebagai new mom tentu aku bingung apa yang harus kuperbuat selain menemui DSA (Dokter Spesialis Anak). Malam itu malam minggu. DSA yang biasa menangani anakku hanya praktek sampai jam tiga sore tadi, terpaksa aku dan suami mencari DSA lain yang masih praktek malam itu. Sebenarnya hati agak ragu sih, tapi keraguanku kalah dengan kekhawatiran, apalagi besok hari Minggu yang mana jarang sekali DSA praktek di hari Minggu. Mungkin bisa saja menunggu sampai hari Senin karena anakku juga nggak rewel, masih menyusu seperti biasa dan nggak ada gejala lain selain bibirnya merah-merah. Lagi-lagi kekhawatiran yang membuat aku dan suami akhirnya mengunjungi DSA lain malam itu.
Di sana anakku diperiksa seperti yang dilakukan DSA pada umumnya. Selain sariawan, aku juga konsultasi perihal biang keringat anakku dengan harapan dikasih salep atau apalah yang bisa menghilangkan rasa gatalnya. Usai diperiksa, kami diresepkan oleh DSA dua buah obat sesuai dengan keluhan yang ada. Seperti biasa kami pergi ke tempat farmasi untuk mengambil obat, lalu menyelesaikan pembayaran. Kedua obat itu berasal dari produsen yang sama, memiliki bentuk, tekstur, warna kemasan, serta cara pakai yang sama yaitu sama-sama dioles, satu dioles di kulit, satu lagi dioles di mulut. Sekilas tampak sama persis jika tak dibaca merknya.
Sesampainya di rumah, seperti biasa aku selalu memeriksa detail produk apapun, termasuk kedua obat tersebut sebelum diaplikasikan. Aku membaca semua yang tertera pada kedua obat tersebut. Dibagian luar kemasan masing-masing obat terdapat tulisan tangan petugas farmasi yang jika dibaca berbunyi “sariawan” dan “biang keringat” lengkap dengan dosisnya. Sebenarnya dari tulisan tersebut aku sudah tahu mana yang dipakai di mulut dan mana yang dipakai di kulit, tapi karena aku merasa belum puas dengan hanya membaca kedua tulisan itu, aku pun membaca kertas panduannya.
Ups.. aku menemukan ada keanehan. Kedua obat itu tertukar. Obat yang bertuliskan “sariawan” ternyata untuk biang keringat, begitu pun sebaliknya. Kupastikan sekali lagi dan memang benar obat itu tertukar. Aku bersyukur dalam hati karena aku membaca kertas panduan obat tersebut secara utuh. Aku nggak tahu apa yang akan terjadi jika aku membiarkan salep biang keringat masuk ke dalam perut anakku yang bahkan belum mengenal makanan lain selain ASI.
Obat tersebut tergolong dalam barisan obat keras yang tidak boleh tertelan karena akan menimbulkan banyak efek samping. Aku sedikit menyayangkan petugas farmasi yang kurang berhati-hati dalam memberi keterangan obat karena itu bisa berakibat fatal jika pasien sampai salah mengonsumsi obat.
Namun, diary ini bukan untuk menyalahkan apalagi menyudutkan petugas farmasi karena mereka juga manusia biasa yang tak sempurna sama seperti aku. Melalui pengalaman ini aku hanya ingin mengingatkan teman-teman untuk selalu berhati-hati, khususnya untukku. Kita tidak bisa mengawasi orang lain, tapi setidaknya kita bisa memroteksi diri salah satunya dengan membudayakan membaca.
Mungkin pengalamanku ini tampak sepele, hehehe, tapi aku berharap semoga diary ini bisa menyumbang banyak peminat membaca kedepannya sehingga persentase minat baca di Indonesia bertambah banyak, hehehe. Semoga bermanfaat ya, Akhirulkalam..
Setuju sih. Jangan cuma baca bungkusnya, tapi isinya juga 😊
BalasHapusHai, salam kenal mbak Ilsa. Wah, iya tuh penting sekali membaca la bel pada kemasan produk seperti makanan, obat-obatan dan lainnya. Ada panduan lengkap dan cara pemakain kan mesti kita ketahui dan patuhi dengan benar. Iya, budaya membaca pada orang2 zaman now mesti digiatkan lagi. Alhamdulillaah aku dan anak2 masih senang membaca, jadi hobi juga.
BalasHapusSalam kenal mbak...😊
HapusIya mba, padahal mmbaca itu seru ya,😄
ketuker, mbak? wah ngeri juga ya. memang kalau ada hal-hal baru, harus dibaca dulu sih. dan itu jadi tanggungjawab kita. termasuk baca komposisi-nya ya. ya kalau nggak paham, masih bisa kok dicari di internet. ini biasanya buat jaga2, kalau2 ada komposisi yang bikin alergi
BalasHapusWaduuuuhhh. Kalau tertukar kan bahaya banget apalagi kan beda satunya buat sariawan satunya buat biang keringat. Gimana kalo yang biang keringat ketelen. Emang bener harus teliti dan rajin membaca ya mba. Apalagi bayi masih ASI, kan belum makan dan belum bisa ngomong. Kalau sakit ya bisanya nangis. Kasian banget. Sehat2 yaaa..
BalasHapusYa Allah ketuker? Alhamdulillah ya mbak Ilsa baca dulu. Beneran wajib iqra kata Allah juga.
BalasHapusSama mba.. Aku pun kalau anaku dapat obat bener-bener aku baca lagi petunjuk penggunaannya karena takut salah. Pernah waktu hamil malah dpt resep obat gatal dari dokter, sama apotekernya di sarankan ganti soalnya yg ditulis di resep obat ketombe. Nah kalau tulisan dokter kan agak2 ngeri sedap juga ya kitanya ga bisa ikut baca. 😅
BalasHapusAlhamdulillah ya mbak dgn terbiasa membaca membawa manfaat. Klo smpe ga ktahuan klo ketuker wah ga kebayang jg...
BalasHapusini dia contou simple tentang pentingnya membaca, ga melulu buku tapi tulisan di kemasan obat. jatohnya untuk kroscek dan ketelitian kita sendiri ya, Kak
BalasHapusTernyata kebiasaan membaca justru menyelamatkan ya mba. Alhamdulillah itu dibaca sampai tuntas, kalau engga ngeri masuk obat ga wajar ke tubuh anak :(((
BalasHapusAlhamdulillah, mba teliti banget dengan membaca instruksi panduan di obat olesnya. Waah.. bisa bahaya kalau kita tidak membacanya ya, yang harusnya dioles di badan malah masuk ke mulut.
BalasHapusBener mba, budaya membaca menambah pengetahuan dan wawasan kita, masyarakat kita sudah males membaca apalagi diperparah dengan gawai. Dg membaca bisa memproteksi diri sendiri dan keluarga, pengalaman yang berharga ya mba..
BalasHapusHarusnya ditegur mbak dengan baik dan sopan tentunya karena kesalahan gtu bisa fatal lo akibatnya apalagi masih banyak kita2 yg suka abai dan males baca petunjuk
BalasHapusNah itu dia kalau masih di TKP mungkin bisa ditegur mbak. Kebetulan aku bacanya pas udah di rumah 😁
HapusIyaya..penting banget membaca. Tapi kalau mba nelpon bagian apotik dan konfirm demi perbaikan mereka jga mencegah mereka melakukan hal yang sma loh. KEsian kan orang yang salah konsumsi obat hehehe... GWS untuk anaknya mba...Makasih mba sharingnya kembali nginetin aku untuk rajib baca,
BalasHapusIni reminder banget untuk lebih teliti lagi ke hal-hal yang sepele. Alhamdulillah masih Allah jaga ya mba
BalasHapusDuh ikut deg-degan bacanya Mbak, untung si kecil nggak apa-apa ya habis menelan obat keras, memang harus hati-hati ya baca petunjuk pemakaian obat..
BalasHapuskebisaan membaca itu penting banget ya, Mbak.. apalagi instruksi dan petunjuk biar tidak salah kaprah lagi pokoknya jangan malas baca. Alhamdulillah masih dalam penjagaan Allah buatsi kecil ya, mbak..
BalasHapus