Bissmillahirrahmaanirrahiim
Tak
lagi disangsikan bahwa banyak manusia memiliki kebiasaan mudah menyalahkan
orang lain tanpa mau berkaca diri terlebih dahulu saat berhadapan dengan
masalah atau perkara yang tidak mengenakkan. Seperti halnya bencana alam yang terjadi
di berbagai wilayah awal tahun ini. Selain kabar mengenai kondisi wilayah yang
terkena bencana, media juga tak pernah ketinggalan memberitakan perihal opini-opini
masyarakat mengenai penyebab serta siapa yang salah terkait bencana alam
tersebut, tak jarang kepala daerah dari suatu wilayah menjadi tersangka utama
atas apa yang terjadi di wilayah yang ia pimpin, tak sedikit pula permintaan
untuk mundur dari jabatan disuarakan karena kinerja yang dinilai tidak
memuaskan.
Indonesia
merupakan negara beriklim tropis yang mana hanya memiliki dua musim, panas dan
hujan. Setelah dilanda kemarau panjang, maka hujan lebat pun tiba, sebuah
aturan alam yang terjadi setiap tahunnya. Kemarau panjang menyebabkan beberapa
wilayah kekeringan, sulit memeroleh air. Sedangkan pada saat musim hujan,
bencana alam seperti banjir dan longsor terjadi di banyak wilayah sebagaimana yang
terjadi di awal tahun ini. Bencana alam yang terjadi merupakan alarm untuk
manusia yang berperan sebagai khalifah di bumi yang bertugas untuk menjaga
serta mengelola bumi dengan baik. Dengan begitu, jika tampak kerusakan di bumi,
maka siapa yang bertanggung jawab? Pantaskah sesama manusia saling menyalahkan?.
Alloh
Swt. berfirman dalam QS. Ar Rum : 41 yang artinya :
“Telah nampak kerusakan di darat dan di lautan akibat perbuatan tangan (maksiat) manusia, supaya Alloh merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”
Air
sungai atau parit yang meluap karena banyaknya timbunan sampah di area keduanya
sehingga menghambat aliran air, hal tersebut sering menjadi salah satu penyebab
utama pemicu banjir. Namun, penebangan hutan adalah penyebab yang cukup berdampak
untuk saat ini. Setiap tahun kita kehilangan hutan yang disebabkan oleh
kebakaran, penebangan illegal ataupun legal misalnya untuk pembangunan pabrik,
perumahan, atau proyek-proyek lainnya yang dianggap sebagai upaya untuk memenuhi
kebutuhan hidup yang tanpa disadari memberikan efek yang negative pada
keseimbangan alam. Berkurangnya jumlah pohon berarti berkurangnya media untuk
menyerap air. Begitu pun dengan banyaknya bangunan- bangunan, jalan-jalan yang
dibeton sehingga menutup permukaan tanah yang berdampak pada sulitnya proses
peresapan air ke dalam tanah karena terhalang oleh material beton tersebut
sehingga proses penyerapan air ke dalam tanah menjadi terhambat dan air akan
menggenang di permukaan tanah. Selain banjir, hilangnya pohon/ hutan juga
menyebabkan tanah menjadi rawan longsor karena tanah menjadi lebih rapuh ditambah
lagi air hujan yang terus mengguyur tanpa henti, alam menjadi semakin
kehilangan keseimbangannya.
Memang
tak dapat dipungkiri dengan meningkatnya jumlah penduduk di muka bumi ini
setiap tahunnya, maka meningkat pula kebutuhan akan tempat tinggal, lapangan
kerja, serta kebutuhan lainnya yang memaksa untuk membuka lahan baru, tapi yang
sering dilupakan adalah melakukan reboisasi sebagai upaya untuk menjaga
keseimbangan alam. So, tak adil
rasanya dengan hanya menyudutkan seseorang sebagai bentuk pertanggung jawaban
karena sudah jelas bahwa seluruh manusia berperan penting di sini kecuali jika
yang menghakimi bukanlah dari kalangan manusia itu sendiri.
Bencana
alam yang terjadi adalah salah satu bentuk peringatan yang Alloh Swt. berikan
kepada seluruh mahluk, khususnya manusia supaya selalu mengingatNya, mengingat
bahwa tak ada yang abadi di bumi ini. Mengingatkan manusia untuk saling
membantu, saling menolong yang mungkin beberapa diantaranya sering lupa untuk berbagi.
Alloh Swt. bisa kapan saja mengambil kembali harta benda yang memang hanya
titipan. Rumah mewah yang dibeli dan dirawat dengan baik dalam sekejap
tertimbun longsor atau terendam banjir, mobil mewah dengan harga yang fantastis
dalam sekejap hilang terseret oleh banjir, bahkan keluarga tercinta pun bisa
hilang menjadi korban atas bencana alam tersebut. Saat bencana alam datang,
manusia akan fokus atas keselamatan dirinya sendiri dan keluarga terdekatnya,
tanpa peduli harta benda yang dimilki. Alloh Swt. memberi peringatan untuk
menguji keimanan hambaNya atau sebagai pembersih untuk dosa-dosa seorang hamba
dengan diberikannya musibah.
Coba
kita merenung sejenak sebelum menghakimi. Lihatlah diri sendiri, apakah sudah
benar?. Suatu wilayah merupakan tanggung jawab semua penghuninya, bukan hanya
pemimpinnya saja. Seorang pemimpin tugasnya ya memimpin, memberikan arahan
mengajak masyarakatnya untuk bekerja sama, menyusun program kerja bersama
perangkat lainnya yang kemudian disampaikan kepada masyarakatnya agar
diaplikasikan demi mencapai tujuan bersama. Jika seorang pemimpin sudah
melaksanakan upayanya, tapi masyarakat enggan bekerja sama, bagaimana mungkin
suatu tujuan dapat tercapai.
Ok,
friends intinya jangan mudah menghakimi
atau menyalahkan keadaan apalagi sampai menyalahkan orang lain atas segala hal
yang tidak diinginkan, terutama bencana alam yang terjadi saat ini. semua
adalah tanggung jawab kita sebagai manusia. Tidaklah mungkin Alloh Swt. menurunkan
sebuah perkara, melainkan Alloh turunkan kebaikan di antaranya. Bisa jadi
musibah di kirim karena kita lalai dengan kewajibanNya, kita lupa untuk bersedekah,
lupa akan lisan yang menoreh luka saudaranya, kita lupa untuk mengingatkan
teman atau tetangga yang melakukan maksiat, atau bahkan karena kita merasa
selalu taat kepada Tuhan sehingga Alloh Swt. ingin mengujinya. Apapun itu,
semuanya semata karena bentuk kasih sayang Alloh Swt. kepada hambaNya. So, mulailah untuk selalu mengevaluasi
diri sebelum saling menyalahkan, apalagi sampai menghakimi seorang pemimpin
yang mana kamu belum tentu mampu berada di posisinya. Dan ingatlah bahwa
suksesnya seorang pemimpin adalah berasal dari kerja sama mereka yang
dipimpinnya.
Akhirulkalam.
Komentar
Posting Komentar