Mari berhitung! sudah berapa lama aku hidup sendiri? jomblo? Bukan, maksudnya hidup seorang diri jauh dari rumah alias merantau. Sejak duduk di bangku SMA kurang lebih usiaku saat itu sekitar 15 tahunan, aku tinggal jauh dari orang tua. Aku tinggal di rumah nenek untuk melanjutkan sekolah SMA. Kenapa? Karena sekolah SMA di tempat tinggalku jaraknya cukup jauh dari rumah, ditambah lagi minimnya transportasi umum.
Saat
lulus SMA, aku mulai merantau ke luar kota, nggak terlalu jauh sih. Aku lulus
masuk salah satu Perguruan Tinggi Swasta di Kota Hujan setelah sebelumnya aku
gagal masuk Perguruan Tinggi Negeri melalui jalur beasiswa. Sedikit tak percaya
diri. Aku yang kata orang, manja, anak rumahan, kini harus tinggal di luar kota
seorang diri tanpa sanak saudara.
Awalnya
ku pikir ini akan sulit dijalani, berusaha bertahan hidup di kota orang yang
teramat asing bagiku. Aku hanya seorang mahasiswa tanpa beasiswa yang hidupnya
disubsidi orang tua. So, sebenarnya untuk masalah keuangan tidak terlalu panik.
Kasarnya, kalau habis ya tinggal minta ke orang tua. Namun, aku bukan tipe
orang yang mudah meminta-minta sekalipun pada orang tua sendiri. Aku pernah
berjualan selama duduk di bangku kuliah demi mendapatkan uang tambahan untuk
keperluan kuliah di luar kebutuhan pokok yang telah disubsidi.
Menjadi
seorang perantau mengajarkanku tata cara hidup mandiri dalam segala hal, apalagi
saat aku mulai mengenal dunia kerja dan mendapatkan penghasilan sendiri, hal
tersebut memaksaku untuk belajar bagaimana mengatur keuangan dengan baik dan
benar supaya aku bisa bertahan hidup di kota orang.
Aku
mau tanya dong friends, kalian pernah
nggak kelabakan saat akhir bulan? Gajian masih seminggu lagi, tapi sisa uang
hanya cukup untuk beli makan beberapa kali saja. Nah, tak jarang hal tersebut memicu hutang
piutang, baik dalam jumlah kecil maupun besar. Sebagai perantau dan anak kost
menahun, aku selalu berusaha untuk menghindari itu. Mungkin aku punya teman
yang bisa dipinjami uang jika hal itu terjadi, tapi aku tipe orang yang tidak
enakan. Sedangkan jika meminjam ke orang tua, uh tak sampai hati harus meminta
kirim uang kepada mereka yang statusnya hanya sebagai pensiunan. Sudah cukup
selama ini aku merepotkan mereka. Tak ingin aku membebani mereka lagi dengan
masalahku, meskipun mereka tak pernah merasa terbebani sama sekali, namanya
juga ke anak sendiri (hehehe).
Dalam
upaya agar bisa bertahan hidup, kita harus pintar membedakan antara kebutuhan
dan keinginan. Sekilas terlihat sama.
Namun, sebenarnya jelas berbeda. Kebutuhan adalah segala sesuatu yang harus
segera dipenuhi agar tidak terjadi ketimpangan dalam kehidupan, misalnya
makanan dan minuman. Jika keduanya tidak dipenuhi maka akan terjadi kelaparan
bahkan menyebabkan kematian. Sedangkan keinginan bisa diartikan sebagai
kebutuhan lain yang sifatnya bisa ditangguhkan, tidak harus segera dipenuhi,
misalnya keinginan untuk memiliki kendaraan pribadi yang sebenarnya belum
dibutuhkan karena masih bisa menggunakan kendaraan umum sebagai alat
trasnportasi. Kebutuhan dan keinginan
inilah yang biasanya menjadi faktor utama penyebab kondisi keuangan menjadi surplus atau defisit?
Untuk
kamu para perantau atau anak kost, aku punya sedikit tips yang mungkin bisa
membantu dalam mengatur keuangan agar tetap stabil. Berikut beberapa hal yang
harus didahulukan sebelum membelanjakan uang untuk hal-hal yang bersifat entertain, diantaranya :
Membuat list kebutuhan pokok
Berdasarkan
definisi ‘kebutuhan’ yang telah dijelaskan di atas, maka biasakan untuk membuat
list perihal apa saja yang harus
segera dipenuhi, misalnya aku yang anak kost tentunya uang kost harus menjadi
prioritas utama. Selanjutnya, uang makan dan transport, serta kebutuhan lainnya
seperti listrik, air, telepon, peralatan mandi, skincare, dan sebagainya.
Belilah
barang yang sekiranya sangat diperlukan saat itu untuk menghindari terjadinya
pemborosan, karena biasanya keranjang belanja akan didominasi oleh barang-barang
yang diinginkan, bukan yang dibutuhkan jika tidak membuat list.
Prioritaskan orang tua
Pernah
nggak sih friends ketika kalian jajan
makanan atau membeli suatu barang, lalu ingat orang tua di rumah? Nah, itu yang
sering aku rasakan. Aku membayangkan setiap pulang kerja atau setiap aku pergi,
aku pulang membawa buah tangan untuk orang tua di rumah, tapi apalah daya bagi
seorang perantau yang tak tinggal serumah dengan orang tua. So, aku mengatasi hal itu dengan selalu
rutin mengirim uang kepada orang tua, istilahnya “kasih mentahnya aja”,
meskipun aku tahu mereka tak pernah meminta, tapi aku merasakan kepuasan
tersendiri saat melakukannya.
“Jadikanlah orang tuamu raja, maka rezekimu
seperti raja”, sebuah quotes yang
pernah ku baca dan memang benar adanya. Jangan pernah perhitungan untuk memberi
orang tua, layaknya orang tua yang tak pernah perhitungan kepada anaknya dalam
memberikan segala sesuatu. Sebelum kamu membahagiakan orang lain, bahagiakan
terlebih dahulu orang-orang terdekatmu, yakni orang tua dan keluargamu. Dan “Tak akan pernah miskin bagi mereka yang
membelanjakan hartanya untuk orang tuanya” quotes ini juga benar-benar nyata. Aku merasa tak kekurangan selama
menjadikan orang tua sebagai prioritas.
Menabung dan dana darurat
Ini
yang sering diajarkan oleh orang tuaku. Menyisihkan sebagian uang dari
penghasilanmu. Bagiku tabungan merupakan uang lupa yang akan ku ambil saat aku
ingat nanti, walaupun faktanya aku selalu ingat (hehehe). Baik dengan tujuan
ataupun tidak, aku menyisihkan uang berapa pun nominalnya yang mana nanti bisa
ku pakai jika ada kebutuhan lain atau sesuatu yang ingin ku peroleh.
Sedangkan
untuk dana darurat yang dimaksud di sini yaitu sisa uang setelah memenuhi
kebutuhan-kebutuhan yang telah disebutkan di atas. Biasanya aku tak menggunaka
uang tersebut pasca gajian ya friends, kecuali
kalau ada kebutuhan lain yang sifatnya urgent.
Namun, ku gunakan uang tersebut untuk hal-hal yang bersifat entertain sebagai reward untukku pra gajian bulan depan. Inilah poin penting yang mungkin bisa membantu kita
semua untuk meminimalisir teradinya hutang piutang.
Jangan lupa sedekah
Surat Ali-Imran Ayat 92,
"Kamu tidak sekali-kali
akan dapat mencapai (hakikat) kebajikan dan kebaktian (yang sempurna) sebelum
kamu dermakan sebagian dari apa yang kamu sayangi. Dan sesuatu apa juga yang
kamu dermakan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya."
Ayat tersebut merupakan salah
satu ayat yang mengajak seluruh manusia untuk saling memberi. Mungkin friends juga pernah mendengar bahwa, “Di
dalam hakmu ada haknya orang lain”. Rezeki kita yaitu yang telah berhasil melewati
kerongkongan kita sendiri. Semua harta yang kita miliki belum tentu milik kita
seutuhnya. Namun, semua hanyalah titipan yang kapan saja bisa Alloh Swt. ambil.
Alloh Swt. telah menetapkan
rezeki seluruh manusia sejak dalam kandungan dan Alloh Swt akan selalu
memberikan kecukupan bagi hambaNya sebagaimana yang tercantum dalam Qs. An-Najm
ayat 48 :
“Dan sesungguhnya Dialah yang memberikan kekayaan dan kecukupan.”
Sedangkan di ayat lain,
Alloh Swt. memerintahkan manusia untuk selalu tolong menolong :
“Dan tolong-menolonglah
kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam
berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya
Allah amat berat siksa-Nya.” [al-Mâidah/5:2].
Dari beberapa ayat tersebut
dapat disimpulkan bahwa semua orang memiliki rezekinya masing-masing, yang berbeda
hanyalah sumber dari rezeki itu sendiri. Dari penghasilan yang diterima setiap
bulan, sisihkan sebesar 2,5 % seperti yang telah Alloh Swt. perintahkan dan
berikanlah kepada mereka yang membutuhkan, karena dalam penghasilanmu ada
rezekinya orang lain. Mungkin bagi mereka yang belum terbiasa akan terasa berat
mengeluarkan harta yang sebetulnya tak seberapa itu. Wajar sih, rasa takut
kekurangan memang manusiawi, tapi selama masih mengingat ada Alloh Swt. dan
semua yang dimiliki adalah titipanNya, insyaallah ketakutan itu akan hilang dengan sendirinya.
Lebih baik keluarkan harta yang tak seberapa itu, daripada Alloh Swt. yang
mengeluarkan dengan caraNya. Sebenarnya bersedekah itu sama sekali tidak
membuat hidup menjadi kekurangan, justru malah melebihkan dari apa yang kamu
miliki. Nggak percaya? Cobain deh.
Mungkin beberapa tips di
atas bisa dicoba , terutama poin terakhir. Biasakan untuk bersedekah berapa
pun jumlahnya karena yang paling penting adalah keikhlasannya. Jangan lupa juga
untuk selalu budayakan menabung serta pintar-pintarlah dalam memilah antara
kebutuhan dan keinginan. Bukan hanya untuk perantau saja, memiliki dana darurat
merupakan hal yang penting bagi semua orang agar terhindar dari utang piutang
kepada orang lain seumpama suatu hari ada kebutuhan yang tak terduga. Namun,
jika tidak ada, uang itu bisa digunakan untuk memenuhi keinginan yang
sebelumnya di hold atau bisa juga
sebagai penambah saldo tabungan. Semoga bermanfaat. Akhirulkalam.
Komentar
Posting Komentar