Assalamu’alaikum..
Friends!
Kalian tahu nggak sih definisi backpacker itu apa? Mungkin berasal dari kata backpack yang menurut kamus Bahasa
Inggris artinya ransel, maka backpakcer bisa
dikatakan sebagai seseorang yang memakai ransel. Siapa dia? Pengembarakah?
Pendakikah? Mungkin pemudik juga bisa dikatakan backpacker jika memakai ransel, wkwkwk. Memang begitu ya
definisinya? Entahlah. Tapi berdasarkan beberapa pengertian tersebut menurutku backpacker merupakan seseorang wisatawan
atau lainnya yang melakukan perjalanan jauh secara mandiri. Mandiri yang
dimaksud adalah perjalanan tanpa melibatkan pihak lain misalnya travel agen.
Jadi segala sesuatu kebutuhan selama perjalanan disiapkan oleh
wisatawan itu sendiri. mungkin kurang lebih seperti itu, kalau salah boleh
dikoreksi ya friends.
Istilah
backpacker lagi ngehits banget di era milenial ini
sehingga jiwa petualangku pun meronta-ronta.
Tapi kemana? Bingung. Hingga ditengah-tengah kesibukan di office tempatku bekerja aku berkata, “ke Yogya yu !!” awalnya aku
hanya asal bunyi memilih tempat wisata yang ternyata malah diiyakan oleh
beberapa rekan kerjaku di office, rekan
satu divisi. Mungkin karena memang kita lagi butuh liburan ditambah lagi bulan
Ramadhan di depan mata. Apa korelasinya? Ramadhan = Lebaran = THR. Itu jawabannya,
nggak usah diperjelas ya.
Jujur
aku belum pernah berkunjung ke Yogyakarta. So
aku nggak tahu berapa lama perjalanan ke sana, tapi aku mendengar dari
beberapa temanku yang pernah ke sana katanya kalau ke Yogyakarta nggak akan
puas jika hanya sehari atau dua hari ditambah lagi perjalanannya pun cukup lama
± 8 jam, cukup memakan waktu. Alhasil berangkat Jum’at Malam, Sabtu di
Yogyakarta dan Minggunya pulang. Yes, Cuma sehari di Yogya. Maunya sih ya
seminggu, tapi mungkin kita akan kehilangan kredibilitas sebagai karyawan di office karena satu divisi absen masuk
kerja. Kita akan berangkat tanggal 28 Juni 2019.
Kita
mulai mencari info perihal akomodasi untuk perjalanan ke Yogyakarta tanggal 28
Juni 2019 mulai dari transportasi yang pasti kita pilih kereta (salah satu
alasan utama aku ingin ke Yogya) serta penginapan yang mana mayoritas keduanya
sudah full book awal Juni itu. Aku
merasa liburan kali ini sudah berada di ambang kegagalan. Aku sedih dan
frustasi (lebay dikitlah..) sampai akhirnya aku dapat informasi bahwa PT. KAI launching kereta baru, Kereta Mataram
dengan rute Pasar Senen-Lempuyangan. Bukan kereta baru sih, katanya kereta
mataram tersebut merupakan kereta tambahan yang memang selalu dikeluarkan
bilamana kereta lain sudah full book.
Kereta mataram hanya menyediakan 2 fasilitas yakni Eksekutif dan bisnis dengan
tarif beda tipis, tapi tetap kita memilih tarif yang paling ekonomis, biar
berasa backpackernya (masa sih?!).
Serasa
mendapat cahaya di dalam kegelapan (lebay part 2), Alhamdulillah kita dapat 6
tiket kereta bisnis Pasar Senen-Lempuyangan untuk pemberangkatan tanggal 28
Juni 2019 pukul 21.15 WIB dengan tiba pukul 5.17 WIB sehingga bisa subuhan dulu
di Stasiun, tarifnya Rp. 600.000,- per orang untuk pulang pergi. Sedangkan
untuk penginapan kita memilih Hotel
Virgo 2 yang saat itu masih kosong 3 kamar,
beralamat di Sosrowijayan Wetan
GG.II GT 1 No. 14D, Jalan Malioboro, Yogyakarta, Provinsi Yogyakarta, Indonesia
tepatnya sebrang stasiun Yogyakarta, tarifnya Rp. 260.000,- per kamar untuk
2 orang.
Bogor,
28 Juni 2019
“YEAY
!!!” tibalah waktunya kita berlibur. Pulang kerja dengan bekal seadanya sekitar
pukul 17.15 WIB kita berangkat dari office
pakai GoCar via tol menuju Stasiun Bogor.
Pukul 17.55 WIB kita sudah tiba di Stasiun Bogor bersamaan dengan adzan
Magrib berkumandang mengajak kita untuk menunaikan kewajiban sebagai seorang
muslim. Saat itu Mushola tampak penuh, padat merayap ditambah lagi ukurannya
yang tidak terlalu luas menyebabkan antrean panjang. Mudah-mudahan suatu hari
nanti sarana ibadah di St. Bogor bisa diperluas lagi ya.
Usai
mengantre panjang, pukul 18.48 WIB kita bergegas menuju kereta tujuan Manggarai
yang akan segera berangkat. Kenapa Manggarai? kita sengaja pilih kereta dengan
jalur transit untuk menghemat waktu
meskipun ada kereta langsung ke
St. Pasar Senen. Dengan transit di St.
Manggarai lalu pilih kereta Bekasi turun di Jatinegara lalu lanjut lagi di
kereta tujuan St. Pasar Senen, dan sampailah di TKP pada pukul 20.27 WIB.
Dan lagi pemandangannya bak lautan manusia. Ya, satu hal yang terlupakan bahwa
saat itu masih dalam suasana libur Sekolah, akhinya kita terpaksa berdesak-desakan
membelah lautan manusia. Usai cetak tiket pulang-pergi kita segera bergegas
menuju Mushola untuk menunaikan kewajiban sebagai seorang muslim secara
bergantian.
Nyaris
tertinggal gara-gara antre kamar mandi. Tapi “pergi ke klinik disambar petir,
jangan panik jangan khawatir” (ini pantun yaa..) karena pada akhirnya Kereta
Mataram tujuan Ps. Senen-Lempuyangan berhasil mengantar kita ke tempat istimewa
meskipun harus lari-larian bak dikejar anjing demi tidak tertinggal oleh kereta.
Saat itu aku sempat berpikir betapa takutnya kita akan tertinggal oleh kereta,
saat terdengar suara/tanda kereta akan segera melaju kita langsung lari-larian
rela tabrak sana tabrak sini demi tidak tertinggal kereta. Tapi bagaimana saat
kita mendengar suara adzan? Panggilan dari sang Maha Pencipta. Apakah ketika
itu kita juga berlari-lari? Berlomba-lomba untuk mengambil air wudhu, bahkan
ketika dalam perjalanan pun sudikah berhenti sejenak di masjid untuk menunaikan
kewajiban sebagai muslim? Atau disela-sela sibuknya pekerjaan, sudikah kita
tinggalkan dulu pekerjaan demi melaksanakan panggilanNya diawal waktu? Adakah
rasa takut kehilangan waktu shalat? Apakah kita lebih takut kepada masinis yang
mengendalikan kereta daripada Tuhan yang menciptakan serta mengendalikan alam
semesta beserta isinya termasuk masinis itu sendiri? Silahkan dijadikan bahan
renungan untuk kita semua Ya friends.
Yogyakarta,
29 Juni 2019
Pukul
05.17 WIB. Alhamdulillaah… kita sudah sampai di St. Lempuyangan. Dengan keadaan
yang masih setengah sadar karena terlambat ngantuk, tidur menjelang subuh, aku
bergegas menuju mushola untuk subuhan sekaligus cuci muka yang pasti sangat
kucel.
Sungguh
masih tak percaya aku menghirup udara Yogyakarta pagi ini. Dengan suasana ramai
orang berlalu-lalang ditambah lagi dandanan alakadarnya kita mencari tempat
penyewaan kendaraan untuk transportasi selama liburan singkat ini. Awalnya kita
berniat untuk sewa mobil, tapi mengingat weekend
yang identik dengan macet, maka diputuskan untuk sewa 3 sepeda motor 6 helm
dengan tarif RP. 120.000,- per motor. Sebenarnya ada penyewaan kendaraan yang
lebih ekonomis tapi sudah laris manis. Dengan sepeda motor hasil sewaan, kita menuju
tempat penginapan untuk sekedar menyimpan barang-barang and then take a bath.
Udah
rapi, udah wangi, udah cakep-cakep tapi sayangnya perut masih bunyi. Ups, laper.
Sebelum lanjutkan perjalanan sebaiknya kita isi bahan bakar dulu, jangan hanya
motor saja yang diisi bensin, perut juga ya friends.
Menu sarapan pagi itu adalah Sego Pecel & Tumpang Kediri. Aku nggak tahu
persis alamatnya dimana, tapi ini ada sedikit cuplikan video, siapa tahu friends pernah lihat tempatnya atau
pernah makan disitu juga. Tempat ini recommended
banget buat para backpacker ala-ala kayak kita. Selain harganya murmer,
rasanya juga nggak kalah endolita apalagi yang doyan pedes (maknyuss), tempatnya
yang strategis di pingir jalan raya ditambah tempat parkir dengan ukuran
sedang.
Kalau
perut sudah kenyang itu tandanya sudah siap menikmati perjalanan, mudah-mudahan
nggak ngantuk ya. Sebenarnya kita punya banyak denstinasi untuk liburan
seharian di Yogyakarta ini tapi karena jarak antar tempat yang cukup memakan
waktu, jadi kita hanya mengunjungi :
·
The Lost World Castle
Merupakan
salah satu tempat wisata di Yogyakarta yang bertempat di Cangkringan, Kabupaten
Sleman, DI Yogyakarta, tepatnya di lereng gunung merapi. Namanya lereng gunung
otomatis Track menuju kesana pun
cukup menanjak dan sedikit berbatu ditambah udaranya yang cukup dingin serta
dihiasi pepohonan yang berbaris rapi di sepanjang jalannya. Berhubung dekat
gunung merapi dan masuk kawasan rawan bencana, untuk friends yang ingin kesana harap memperhatikan status merapi demi
keamanan dan kenyamanan. Untuk tarif masuknya sebesar Rp. 30.000,- per orang.
· Candi
Prambanan
Salah satu tempat wisata yang wajib dikunjungi yang terletak
di wilayah administrasi desa Bokoharjo, Prambanan, Sleman (sumber : wikipedia).
Sebenarnya kita ingin sekali berkunjung ke Candi Borobudur, dikarenakan
lagi-lagi jarak dan waktu akhirnya kita hanya berkunjung ke Candi Prambanan
saja, karena kurang afdol rasanya ke Yogyakarta tanpa berkunjung ke Candi.
Untuk tarif masuknya beragam, ada yang paket dengan Borobudur, tapi kita hanya
pilih tiket masuk ke Candi Prambanan saja yaitu sekitar Rp. 40.000,- per orang.
· Malioboro
Nah tempat yang satu ini merupakan tempat yang tak
pernah absen dari daftar destinasi liburan para wisatawan di Yogyakarta.
Malioboro adalah tempat favorit untuk belanja oleh-oleh atau untuk sekedar
jajan-jajan cantik sampai jalan-jalan manja di malam hari seperti yang kita
lakukan. Selain itu, di sekitar Malioboro juga banyak hotel-hotel nyaman dengan
harga ekonomis seperti hotel yang kita pilih. Meskipun sedikit masuk gang tapi
tempatnya nyaman, aman dan strategis karena dekat ke Malioboro dan St.
Yogyakarta, cukup dengan berjalan kaki.
Mohon maaf jika dalam foto ini tidak ada gambar kita. Karena malam itu Masha Alloh padat sekali, seperti yang terpampang di foto. So kita nggak bisa mengambil foto di sekitaran tulisan Malioboro.
·
Alun-alun
Kidul Yogyakarta
Berhubung
malam itu malam minggu, so kita
jadikan Alun-alun Kidul Yogyakarta sebagai destinasi akhir dari liburan kita.
Di sana kita hanya menghabiskan waktu yang tersisa di malam minggu sambil
jajan-jajan ngemper. Suasana Alun-alun
malam itu sangat ramai friends, mungkin karena malam minggu atau memang
setiap malam selalu ramai? Entahlah, yang pasti semua orang dari segala usia
berkumpul dengan keluarga, sahabat, teman, atau mungkin dengan kenalan,
semuanya nampak bahagia malam itu, seperti kita juga pastinya yang selalu
bahagia. Hehehe.
Waktu
merangkak pelan. Ku tengok jam di ponsel menunjukan pukul 23.10 WIB, dengan
berat hati kita meninggalkan Alun-alun Kidul Yogyakarta dan kembali ke Hotel
untuk beristirahat karena besok kita semua harus bangun pagi supaya tidak
tertinggal kereta pulang. Benar kata orang bahwa liburan di Yogyakarta itu tak
cukup hanya sehari saja, itu yang aku rasakan saat ini. Aku masih ingin berada
di sana untuk beberapa hari lagi karena masih banyak tempat yang belum
dikunjungi, tapi apalah daya karena hari Senin sudah hampir di depan mata.
Liburan
kali ini benar-benar sangat terasa singkatnya. Singkat, padat dan jelas
layaknya pidato Pak RT di acara lomba 17an. Kini kita sudah berada di dalam
Kereta Mataram tujuan St. Yogyakarta- Ps. Senen sambil menikmati sarapan dengan
Gudeg Yu Djum. Perjalanan ± 8 jam ini sama sekali tidak menyisakan lelah sama
sekali, hanya ada kantuk sesekali karena memang kurang tidur, saking menikmati
liburan. Nah buat friends yang juga
ingin jalan-jalan ke Yogyakarta dengan minim budget bisa diikuti liburan
ala-ala backpacker versi kita, atau
kalau misalnya ingin lebih ekonomis lagi pesan tiketnya bisa jauh-jauh hari
jangan mendadak kayak kita.
Ok
friends, mungkin itu saja sepotek
ceritaku dan teman-temanku selama liburan di Yogyakarta. Semoga Diary ini bisa bermanfaat untuk kita
semua, jika ada kesalahan dalam tulisan silahkan untuk dikoreksi, jika ada
kekurangan boleh ditambahkan, atau kalau friends
punya pengalaman di Yogyakarta boleh share
di sini..
See you Yogyakarta...
See you Yogyakarta...
Akhirulkalam,
wassalamu’alaikum…..
Komentar
Posting Komentar