Assalamu'alaykum Diaris.
Setelah beberapa bulan nunggu, akhirnya kesampaian juga nonton film Siksa Neraka. Waktu pertama kali lihat iklannya di media sosial aku tuh antusias banget pengin nonton. Selain karena aku suka film berbau horor atau thriller, aku juga salah satu pembaca komik Siksa Neraka.
Dulu waktu masih SD, di tempat guru ngajiku ada perpustakaan kecil yang mana bukunya boleh dipinjam. Buku-buku yang ada di sana cukup beragam, mulai dari buku pengetahuan umum, buku cerita, kebanyakan sih buku cerita, hingga komik yang salah satunya adalah komik Siksa Neraka ini. Aku selalu meminjam satu atau dua buku untuk dibaca di rumah termasuk komik Siksa Neraka. Komik ini menceritakan gambaran bagaimana kondisi di Neraka kelak sesuai yang dikisahkan dalam peristiwa Isra dan Mi'raj.
Visualisasi tentang kondisi neraka dalam komik ini cukup membuatku bergidik, apalagi waktu itu aku masih kecil kan ya. Komik Siksa Neraka ini cukup sukses membuatku ketakutan jika meninggalkan shalat, ya walaupun waktu itu belum rajin juga sih shalatnya. Tapi setidaknya aku dibikin ngeri dengan visualisasi siksa neraka dalam komik. Aku melihat ada yang digergaji tangannya, ditusuk kemaluannya, dipotong lidahnya, diberi minum air nanah dan darah yang mendidih, dan masih banyak kengerian lainnya.
Makanya saat aku lihat iklan film Siksa Neraka pada bulan Desember 2023, aku langsung berekspektasi bahwa film tersebut akan mengerikan dan seru untuk ditonton. Ingin rasanya aku langsung nonton di bulan Desember itu, tapi apalah daya aku tak kuasa harus meninggalkan anak balitaku di rumah, meski ada bapaknya ya. Tetap saja suka kepikiran. Akhirnya aku berusaha sabar menunggu filmnya tayang di Netflix biar bisa nonton dari rumah bareng suami juga.
Dan minggu kemarin aku lihat film Siksa Neraka ini sudah tayang di Netflix. Aku dan suami langsung nonton bersama-sama setelah kami berhasil menidurkan anak balita kami walaupun dipertengahan film anak balita kami sempat terbangun. Terpaksa filmnya terjeda sejenak sampai si anak balita kami terlelap lagi.
Film Siksa Neraka ini berdurasi 98 menit. Menurutku sih cukup singkat ya, entah karena aku terlalu menikmati ceritanya sehingga nggak terasa atau memang aku yang terlalu berharap scene di nerakanya lebih banyak, tapi yang disuguhkan lebih sebentar dibandingkan scene dunianya yang terasa lebih lama. Hehehe.
Sinopsis Film Siksa Neraka
Film yang disutradarai oleh Anggy Umbara ini menceritakan tentang seorang ustadz bersama istrinya yang dikaruniai empat orang anak, dua laki-laki dan dua perempuan. Seperti orang tua pada umumnya yang menginginkan anak-anaknya menjadi anak soleh dan soleha, dia mengasuh dan mendidik anak-anaknya dengan selalu menanamkan nilai-nilai agama. Begitu pun perihal surga dan neraka yang sudah dikenalkan pada anak-anaknya sejak kecil.
Jika diantara keempat anaknya ada yang melakukan kesalahan apalagi yang menyimpang dari ajaran agama, dia tak segan menghukum anak-anaknya, mulai dari menegur, memarahi hingga memukul. Pernah ada momen dimana salah satu anak perempuannya bernama Tyas yang memang agak penakut, ditambah lagi Tyas ini memiliki kelebihan bisa melihat entitas dari dimensi lain (biasa orang menyebutnya seperti indigo) bahkan tak jarang Tyas kesurupan. Hal ini cukup mengganggunya. Dia menekankan pada Tyas untuk tidak pernah takut pada selain Alloh SWT. Dia juga menganggap bahwa kelebihan Tyas ini hanyalah sebuah kebohongan yang dikarang Tyas sendiri.
Sebagai seorang ustadz yang sering dimintai tolong untuk meruqyah orang yang kesurupan, dia tak ingin dianggap memiliki anak yang lemah. Masak iya sering meruqyah orang lain, tapi anak sendiri kesurupan juga. Begitu pikirnya.
Sebenarnya nggak hanya Tyas saja sih yang sering dapat hukuman, ketiga anaknya, Saleh, Fajar dan Azizah pun tak luput dari hukuman hanya saja mereka bertiga lebih sering menutupi kesalahannya demi menghindari hukuman,nterlebih saat mereka sudah menginjak usia remaja, makin pintar saja mereka memanipulasi keadaan sehingga tampak baik-baik saja.
Tyas berbeda dari ketiga saudaranya. Tyas bisa dikatakan sebagai anak baik dengan ahlak yang lebih baik daripada ketiga saudaranya. Dia lebih memilih berkata apa adanya meski harus menerima hukuman, sekali pun kejujurannya ini menjadikan dia buruk di mata ayahnya. Kasih sayang ayahnya memang agak berbeda pada Tyas, tak sebesar kasih sayang pada ketiga anaknya yang lain, mungkin karena Tyas memang bisa dibilang sering melakukan kesalahan apalagi Tyas ini tidak begitu pandai dibidang akademis. Seringkali Tyas mendapat nilai yang buruk meski sudah belajar semaksimal mungkin dan itu membuat ayahnya murka dan tak segan menghukumnya dengan memukuli kedua telapak tangannya hingga berdarah. Tujuannya sih agar Tyas mau berusaha lebih giat lagi belajarnya, tapi ya gimana emang nggak mahir di bidang akademis kan ya.
Tyas bisa dibilang sebagai anak yang penurut dan paling takut akan dosa yang bisa menyebabkannya masuk neraka. Berbeda dengan ketiga saudaranya yang terkadang masih mempertanyakan neraka itu ada atau nggak. Mungkin karena Tyas memiliki kelebihan seperti yang telah diceritakan sebelumnya yang karenanya setiap kali dia ikut bertakziah bersama kedua orang tuanya, dia sering melihat penampakan mayit yang sedang menerima siksaan atas perbuatannya selama hidup di dunia. Hal ini membuatnya semakin yakin dan percaya bahwa setiap mahluk di bumi ini akan menerima balasan sesuai dengan perbuatannya selama di dunia, dan membuatnya takut berbuat dosa. Pernah suatu hari dia bertanya pada ibunya, "apakah orang bodoh sepertinya akan masuk neraka?".
Namun, meskipun termasuk anak yang penurut dan takut dosa, Tyas juga masih manusia biasa yang merasa sulit saat menolak ajakan ketiga saudaranya yang memintanya untuk ikut serta menemani Azizah tampil diacara pencarian bakat menyanyi di suatu malam yang kebetulan malam itu kedua orang tuanya sedang pergi bertakziah ke rumah temannya Azizah yang baru saja meninggal dunia. Malam itu merupakan malam yang membawa empat kakak beradik itu mengalami kepiluan.
Sebenarnya ayah mereka telah melarang hal itu, dia tak suka melihat Azizah menjadi seorang penyanyi dan menjadi tontonan publik, tapi ketiga saudara Tyas ini ngeyel memaksakan diri untuk tetap pergi tanpa izin kedua orang tuanya.
Saat melintasi sungai ditengah hujan deras, tiba-tiba air sungai meluap dan menghanyutkan keempat kakak beradik itu. Mereka terbawa arus. Saleh, Fajar, dan Azizah meninggal dunia saat ditemukan, sedangkan Tyas selamat dan harus menjalani perawatan di rumah sakit karena belum sadarkan diri. Kedua orang tua mereka begitu hancur hatinya menerima kenyataan bahwa keempat anaknya baru saja mengalami musibah dan tiga diantaranya meninggal dunia, ditambah lagi mereka baru menyadari bahwa ketiga anaknya yang selalu dibanggakan itu ternyata bukanlah anak yang baik. Saleh telah melakukan banyak penipuan dan berjudi. Fajar bahkan telah terjerumus pada pergaulan bebas. Sedangkan Azizah baru saja memfitnah temannya yang menyebabkan temannya meninggal karena bunuh diri.
Selama tak sadarkan diri, Tyas menyaksikan ketiga saudaranya sedang menerima hukuman di neraka atas perbuatannya selama hidup di dunia.
Kesan dan Pesan Setelah Nonton Film Siksa Neraka
Setelah selesai nonton film Siksa Neraka ini, menurutku filmnya cukup bagus walaupun diluar ekspektasi aku sih. Kupikir akan lebih merinding daripada saat baca komiknya, ternyata nggak. Entah karena aku yang keseringan nonton film bergenre thriller, jadinya saat nonton film Siksa Neraka ini kesannya biasa aja, nggak begitu bergidik. Visualisasi adegannya kupikir masih kalah serem dengan film Saw, hehehe. Aku nggak begitu paham sih tentang efek-efek CGI kayak gitu. Jadi, aku nggak akan membahas tentang gambar dan segala macamnya. Aku hanya akan membahas tentang kesan dan pesan yang aku dapat selama nonton film Siksa Neraka ini berdasarkan sudut pandang pribadi.
Seperti yang kukatakan sebelumnya bahwa 98 menit untuk film ini dengan scene neraka yang lebih pendek itu rasanya kurang bagiku. Dari awal nonton film Siksa Neraka aku selalu menantikan kapan sih scene nerakanya dimulai karena scene dunianya terlalu alot menurutku. Hehehe.
Ceritanya juga kurang make sense sih jika mengingat setelah meninggal dunia manusia akan ditempatkan di alam kubur serta akan melewati beberapa tempat lain setelahnya sebelum sampai di neraka atau surga. Namun, di sini aku menggunakan sudut pandang dari tokoh Tyas yang diceritakan memiliki kelebihan bisa melihat dimensi lain. Tyas mendapatkan gambaran tentang keadaan ketiga saudaranya berada di dalam neraka selama dia tak sadarkan diri. Ketiga saudaranya itu sedang disiksa oleh diri mereka sendiri atas perbuatannya.
Selama nonton film Siksa Neraka ini aku hanya menikmati setiap scenenya sambil menunggu scene di neraka. Hehehe. Dan sebenarnya aku nggak terlalu peduli dengan seperti apa alur ceritanya, make sense atau nggak, ya namanya juga film ya pasti ada hal-hal yang kadang kurang masuk akal. Si sutradara bersama timnya hanya ingin menyampaikan pesan yang dikemas dalam sebuah film. Sedangkan penonton bebas menikmati dan menerima pesan itu dari sudut pandang masing-masing.
Setelah nonton Siksa Neraka ini aku berpikir bahwa seorang ustadz yang bisa dikatakan lebih paham agama belum tentu bisa mengamalkan ilmu agama yang dia miliki dalam kehidupan sehari-harinya. Ini terlihat dari adegan bagaimana dia mengukum anak perempuannya hingga tangan anak itu berdarah hanya karena nilai akademisnya buruk. Padahal setahuku anak boleh dipukul apabila meninggalkan shalat (koreksi ya kalau salah).
Sebagai seorang anak yang kini telah menjadi orang tua yang suka membaca artikel parenting, aku belajar bahwa setiap anak itu berbeda, memiliki keahliannya masing-masing yang tentu tak bisa dipaksakan. Misal anak yang satu pintar akademis, anak yang satunya pintar olahraga, satunya lagi pintar bersosial, nggak ada yang salah, tugas orang tua hanya perlu mendukung kemampuan anak. Aku jadi ingat, dulu pun aku selalu di push oleh orang tuaku untuk selalu belajar, belajar, dan belajar agar aku bisa selalu menjadi nomor satu di sekolah. Capek sih asli.
Di film ini juga menggambarkan bahwa pola asuh yang terlalu keras itu tidak baik diterapkan. Bukannya disiplin, anak-anak malah jadi tidak terbuka pada orang tuanya karena takut hukuman. Anak-anak bertingkah semaunya di belakang orang tua yang berujung pada kepiluan. Miris banget sih membayangkan sepasang orang tua yang ketiga anaknya meninggal dunia dengan membawa setumpuk dosa tanpa sempat bertaubat. Bukankah orang tua juga akan dimintai pertanggung jawaban?.
Dari film ini aku belajar tentang betapa berat tanggung jawab orang tua terhadap anaknya. Baik dan buruknya perangai seorang anak tergantung bagaimana pola asuh dan didikan orang tua. Anak tak bisa sepenuhnya disalahkan. Sebagai orang tua kita perlu belajar dan terus belajar banyak hal, terutama mengenai pemahaman tentang ilmu agama sebagai bekal dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Tidak hanya untuk diterapkan pada pola asuh anak saja, melainkan untuk diterapkan pada diri kita juga sebagai orang tua agar kita orang tua bersama anak bisa melangkah bersama menjadi manusia berahlakul karimah.
Orang tua adalah role model bagi anak-anaknya. Anak-anak akan meniru apa pun yang dia lihat dari orang tuanya. Maka dari itu sebagai orang tua harus memberi contoh yang baik pada anak-anak. Secara tidak langsung anak-anak adalah media bagi orang tua untuk selalu menjadi pribadi yang baik.
Diary kali ini bukanlah riview untuk film Siksa Neraka ya. Ini hanya sekadar tulisan tentang kesan dan pesan yang aku dapat dari film tersebut. Jadi, jika ada Diaris yang beranggapan tulisan ini kurang lengkap, tidak seperti review-riview film pada umumnya, aku minta maaf karena memang ini bukan riview film ya. Semoga tulisan ini dapat menghibur dan bermanfaat. Terima kasih sudah membaca.
Sumber: photo by google
Komentar
Posting Komentar