Langsung ke konten utama

Akhirnya Berkunjung Ke Bogor Eye Center

Assalamualaykum, Diaris. Kupikir aku sudah baik-baik saja, tapi ternyata masih dalam fase "berharap" semua akan membaik seperti sediakala. Ini masih tentang eye floaters di mata kiriku yang pernah kuceritakan di diary sebelumnya.

Dua minggu sudah kuikuti anjuran dokter menggunakan obat tetes mata Vitrolenta untuk mengatasi eye floaters. Memang ada perubahan. Penglihatan di mata kiriku tidak terlalu keruh seperti sebelumnya, tetapi aku merasakan mata kiriku jadi pegal, kaku, nggak enak deh pokoknya. Kurasa itu efek samping dari obat tetes Vitrolenta, makanya kuhentikan pemakaian untuk mengurangi ketidaknyamanan pada mata kiriku. Sebagai gantinya, aku memutuskan untuk mengikuti opsi yang kedua, yaitu periksa mata ke dokter spesialis retina, yang kupanggil Dr. Nanda di RS. Bina Husada yang berlokasi di Jalan Raya Mayor Oking Jaya Atmaja No. Km 1 No. 101, Ciriung, Cibinong, Kab. Bogor, Jawa Barat 16917, sesuai rujukan dari dokter rumah sakit sebelumnya.

Seperti biasa aku diliputi keraguan untuk berkunjung ke sana karena jarak dari rumahku cukup jauh. Selain itu, aku yang tipikal penakut rasanya butuh seseorang untuk menemani, tepatnya untuk menenangkan hati disaat gemetar jika rasa takut menghampiri. Akan meminta suami terbaikku untuk menemani. Dan lagi aku akan mengganggu waktu kerjanya untuk kesekian kalinya.

Ups, aku juga punya anak bayi. Kalau aku ajak suami, bayiku gimana?. hmm... aku akan merepotkan mertuaku untuk yang ke sekian kalinya. Tuh kan banyak pihak yang terlibat disini, makanya aku ragu untuk berkunjung ke sana, tetapi aku juga khawatir dengan kondisi mata kiriku ini. Akhirnya setelah dapat dukungan sana-sini, kubuatlah keputusan mantap.

Permohonan minta ditemani sudah dapat acc dari suami, pun dengan permintaan tolong untuk jaga anak sudah berhasil di acc oleh mertua, sekarang waktunya menghubungi pihak RS. Bina Husada untuk memastikan jadwal dokter yang bersangkutan, mengingat jarak antara rumahku dan rumah sakit yang cukup jauh, ditambah lagi sebagai pasien baru perlu memastikan teknis pendaftarannya seperti apa, bisa online atau hanya on the spot, serta berapa banyak quota pasien yang ditanganinya perhari.

Fyi, ternyata RS. Bina Husada memiliki poli mata terpisah yang dinamai Bogor Eye Center. Gedungnya terpisah, letaknya bersebelahan dengan RS. Bina Husada. Jadi, jika memiliki keluhan mata bisa berkunjung ke Bogor Eye Center, tak perlu ke RS. Bina Husada seperti yang baru saja dikatakan oleh mbak Customer Service (CS).

Untuk mendapatkan jadwal dokter, aku diminta mengirimkan foto surat rujukan ke admin Bogor Eye Center via whatsapp yang nomornya baru saja disebutkan oleh mbak CS. Akhirnya aku dapat jadwal hari Kamis jam lima sore. Hmmm, mana jauh, dapat jadwal sore lagi.

Selepas Ashar aku ditemani suami terbaikku berangkat ke Bogor Eye Center Kamis itu. Kami pilih via tol supaya lebih cepat tiba di sana. Alhamdulillaah jam setengah lima kami sudah berada di TKP. Subhanalloh sudah banyak yang mengantre di sana, ada yang duduk, ada juga yang berdiri. Jika diperhatikan tempatnya memang agak kecil sehingga ruangan tampak penuh. Segera kucetak nomor antrean di mesin dekat pintu masuk dan keluar (hanya ada satu pintu).

Aku duduk di kursi hingga nomorku dipanggil. Aku menuju ke bagian pendaftaran. Kuserahkan beberapa dokumen pribadi yang diminta oleh bagian pendaftaran, seperti, KTP dan kartu asuransi, aku pakai asuransi fasilitas dari tempat kerja suami. Setelah mengisi beberapa formulir, aku diminta duduk kembali. Nomor sembilan adalah nomor antreanku untuk bertemu dokter yang katanya belum tiba.

Dikarenakan sudah masuk waktu Magrib, aku dan suami shalat dulu di mushola yang telah disediakan. Tinggal keluar, lalu ke arah kanan. nggak jauh dari situ ada mushola bersebelahan dengan cafetaria. Jadi, kalau mau jajan-jajan bisa disitu ya. Sekitar jam tujuh aku kembali menunggu antrean, sedangkan suami pergi beli cemilan dulu, lapar bos. Tiba-tiba namaku dipanggil, kupikir sudah waktunya bertemu dokter, ternyata baru tahap pra pemeriksaan, sama seperti yang dilakukan di rumah sakit sebelumnya. Mataku ditetesi pelebar pupil. Sumpah.. perih pisan. Aku kembali menuju tempat duduk.

Kurang lebih sekitar jam delapan malam, namaku dipanggil. Aku dipersilakan masuk ke ruangan dokter. Di depan Dr. Nanda aku menceritakan keluhanku secara utuh. Eng... ing.. eng.. mataku ditetesi pelebar pupil lagi setelah sebelumnya dokter memeriksa mataku pakai slit lamp. Mungkin efek dari tetes pelebar pupil yang sebelumnya mulai memudar saking terlalu lamanya, wuehehehe. dan aku pun diminta menunggu lagi di luar. Jam setengah sembilan, namaku dipanggil lagi.

Kali ini mataku benar-benar diperiksa dan memang betul ada robekan di retina mata kiriku. Dr. Nanda menyarankan agar aku melakukan laser untuk menutup robekan di retina mata kiriku. Tanpa pikir panjang aku pun mengiyakan. Aku diminta menunggu lagi di luar ruangannya untuk proses laser retina yang katanya akan dilakukan malam itu juga. Aku juga diminta menandatangani surat persetujuan tindakan laser retina.

Ruang laser berada tepat di sebelah ruangan Dr. Nanda. Sekitar jam 9 aku melihat Dr. Nanda masuk ruang laser diikuti asistennya. Beberapa pasien yang kurasa punya keluhan sama denganku pun satu persatu masuk ke ruang laser sesuai urutan nama yang dipanggil, tetapi kenapa namaku nggak dipanggil juga. Nggak apa-apa, aku masih berusaha santai menunggu hingga Dr. Nanda kembali ke ruangannya dan namaku memang tidak dipanggil.

Ting.. tong, tak lama kemudian, tepatnya jam sepuluh namaku dipanggil oleh bagian pendaftaran. Aku diberitahu bahwa laser retina untuk mata kiriku belum bisa dilakukan malam itu karena sampai detik itu pihak Bogor Eye Center belum mendapat verifikasi perihal tindakan laser retina dari pihak asuransi yang bersangkutan. aku berpikir daripada harus balik lagi esok harinya dengan jarak tempuh yang cukup lama, ditambah kasihan suami terbaikku jika harus cuti lagi, akhirnya kuputuskan untuk pakai jalur umum. biaya untuk tindakan laser retina kurang lebih 1,7 juta belum termasuk biaya dokter, obat dan lainnya. Namun…

Maaf Bu, tadi itu pasien laser terakhir untuk Dr. Nanda. Jadi, Ibu belum bisa hari ini. beliau sudah membuat reschedule dua minggu lagi untuk jadwal laser ibu.

Begitu katanya. Saat itu aku hanya menghela napas panjang. Hehehe. Seorang perawat memberiku secarik kertas surat kontrol untuk dibawa saat aku berkunjung dua minggu lagi. aku juga diberikan resep obat tetes untuk melembabkan mataku. Aku berdiri lemas menunggu obat tetes di depan counter farmasi yang merangkap sebagai counter kasir dan pendaftaran. Kutengok kanan dan kiri, ternyata hanya aku pasien yang tersisa. Di tempat tunggu hanya ada suami terbaikku. Sisanya petugas Bogor Eye Center yang masih berlalu-lalang.

Alhamdulillaah.. jam 23.30 WIB aku dan suami terbaikku sampai ke rumah dengan selamat. Dari luar, aku maendengar suara anak bayiku, pertanda ia msih terjaga. Btw disini anakku sudah masuk usia makan. Jadi, tak terlalu khawatir ditinggal sebentar. Hehehe. Aku sangat bersyukur, meski bayiku belum tidur, tetapi dia sudah makan dan mandi. Terimakasih untuk mertuaku yang sepertinya belum sempat mandi dari sore. Hehehe. Ok Diaris, cerita selanjutnya kutulis di next diary ya, see you..

Baca juga : PENGALAMAN LASER RETINA DI BOGOR EYE CENTER

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PENGALAMAN PERTAMA KALI IKUT SELEKSI CPNS KEMENTERIAN KEUANGAN

  Assalamu'alaykum Diaris Beberapa minggu yang lalu aku mendapat informasi pembukaan pendaftaran CPNS (Calon Pegawai Negeri Sipil) dari sebuah grup whatsapp. Aku coba iseng buka tautannya, lalu membaca beberapa persyaratan umum yang tertera di sana. Ternyata batas usia untuk CPNS tahun ini sampai 35 tahun. Lumayan juga ya nggak seperti terakhir kali aku ikut pendaftaran CPNS yang mana batas usianya rata-rata sampai 25 tahun aja. Aku ingat waktu itu tinggal hitungan hari usiaku sudah masuk 25 tahun. Cukup ketar-ketir. Sudah tiga kali aku ikut mendaftar CPNS. Kalau nggak salah sih dari tahun 2017, 2018, dan 2019. Wah ternyata tiap tahun ada pembukaan CPNS ya. Menjadi PNS merupakan salah satu hal yang diinginkan oleh kedua orang tuaku karena menurut mereka PNS adalah jenjang karir yang bisa dikatakan aman mengingat adanya uang pensiun saat purna bakti. Seperti Bapakku mantan pegawai BUMN yang sampai saat ini sudah dalam masa purna bakti, tapi masih mendapatkan uang pensiun yang alhamd...

Pengalaman lahiran normal anak pertama di Rumah Sakit

  Assa lamu’alaikum… Dear diary. Kali ini aku hanya ingin berbagi cerita tentang pengalaman melahirkan anak pertama di rumah sakit dengan harapan ada manfaat yang bisa diambil dari pengalaman pertamaku ini. Kenapa Rumah Sakit? Sebelum memilih rumah sakit, aku mengunjungi bidan terlebih dahulu untuk memastikan di dalam rahimku ada calon bayi setelah kuyakin dengan benar test pack  yang kupakai bergaris dua, tapi di sana aku tidak mendapatkan apa-apa selain hasil tensi darah bahkan bu bidan tak menyentuh perutku sama sekali karena alasan usia kandunganku terbilang masih sangat muda, “belum kepegang” begitu katanya. Dia juga bilang bisa saja aku menstruasi lagi dan menyarankan untuk berkunjung lagi bulan depan. Kondisiku makin hari makin nggak karuan. Aku mulai merasakan pusing, mual, muntah hingga badan terasa lemas. Tak tahan rasanya jika harus menunggu hingga bulan depan. Kuputuskan untuk periksa ke dokter saja sekalian USG dan siapa tahu dikasih vitamin atau obat pereda rasa ...

Muntah darah saat hamil trimester pertama, mungkin ini penyebabnya...

Assalamu’alaikum…. Muntah darah. Kok ngeri ya judulnya berdarah-darah. Jadi, ini adalah pengalaman pertamaku menjalani kehamilan. Seperti wanita-wanita hamil pada umumnya yang mengalami morning sickness yaitu suatu kondisi dimana wanita hamil merasa mual dan muntah pada trimester pertama. Memang tidak semua wanita hamil mengalaminya, tapi morning sickness wajar dirasakan oleh wanita hamil karena adanya peningkatan hormon beta HCG . Berdasarkan informasi yang didapat dari Halodoc.com, kondisi tersebut dikatakan normal dan pertanda baik karena mengindikasikan adanya plasenta yang tumbuh dengan baik dan normal.  Meski begitu, morning sickness bisa saja mengganggu aktivitas sehari-hari bahkan dapat membahayakan jika mual dan muntah dirasa berlebihan, seperti yang pernah kualami di trimester pertama. Jika dilihat dari kalimatnya, morning sickness harusnya terjadi pada pagi hari. Namun, kenyataannya dapat dirasakan dalam beragam waktu, entah itu pagi, siang, sore atau malam. Aku...